Topic
Home / Dasar-Dasar Islam / Aqidah / Al-Madzahib al-Islamiyah (Bagian ke-7): Celaan Terhadap Bid’ah, Kelompok Bid’ah, dan Pelakunya

Al-Madzahib al-Islamiyah (Bagian ke-7): Celaan Terhadap Bid’ah, Kelompok Bid’ah, dan Pelakunya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com –

III. D. Celaan Terhadap Bid’ah, Kelompok Bid’ah, dan Pelakunya

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa mengada-adakan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kami yang bukan termasuk darinya, maka ia tertolak.” (HR. Muttafaq ‘AlaihRiyadhus shalihin no. 169, Maktabatul Iman, Kairo)

Hadits serupa, “Barang siapa yang beramal yang aku tidak pernah memberi contoh maka ia tertolak.” (HR. MuslimIbid)

Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baiknya perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan seburuk-buruknya urusan (dalam agama) adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. MuslimIbid, no. 170)

Juga ada hadits serupa dari Irbadh bin Sariyah Radhiallahu ‘Anhu.

Isa bin Ali adh Dhabby berkata, ada seseorang bersama kami yang berbeda pendapat dengan Ibrahim an-Nakha’i. Tak lama kemudian, Ibrahim mendengar bahwa orang itu masuk ke golongan Murji’ah. Maka Ibrahim berkata, “Jika engkau meninggalkan kami, maka janganlah kembali lagi ke sini.”

Thawus bin Kaisan sedang bersama anaknya. Datanglah seorang Mu’tazilah mengajaknya bicara ini dan itu. Thawus langsung menyumbat telinganya dengan ujung jari dan berkata, “Wahai anakku, tutuplah kedua telingamu. Agar engkau tidak mendengar apa pun dari orang ini. Karena hati kita sangat lemah.”

Salam bin Abu Muthi’ berkata, “Ada seseorang dari orang-orang yang biasa mengikuti hawa nafsu bertanya kepada Ayyub as-Sukhtiyani, ‘Maukah engkau mendengarkan sepatah dua patah kata dariku ?’

Ayyub berkata, “Tidak, walau setengah kata.”

Ayyub juga berkata, “Tidaklah ahli bid’ah berijtihad, melainkan semakin membuatnya jauh dari Allah.”

Sufyan ats-Tsauri berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibanding kedurhakaan. Kedurhakaan masih ada pahalanya, sedangkan bid’ah tidak mendapat apa-apa.”

Mu’ammal bin Ismail menceritakan ketika Abdul Aziz bin Abu Daud seorang Murji’ah meninggal, manusia ingin menshalatinya. Ketika Sufyan ats-Tsauri datang, manusia memberinya jalan, ternyata Sufyan hanya melihat dan melewati jenazah Abdul Aziz, tidak mau menshalatinya karena kemurjia’ahannya.

Said al-Kariry berkata, “Sulaiman at-Tamimy menangis tersedu-sedu saat dia sakit. Lalu ada yang bertanya, ‘Mengapa kau menangis? Apa kau takut mati?’ ”

Dia menjawab, “Tidak, tetapi aku pernah berjalan melewati seorang pengikut Qadariyah, lalu aku takut Rabb akan menghisabku karena hal itu.”

Fudhail bin Iyadh berkata, “Apabila ada orang yang duduk satu majelis dengan ahli bid’ah, maka waspadailah orang itu.”

Masih banyak celaan dari para ulama salafus shalih terhadap bid’ah dan pelakunya.

Hari ini, Khawarij, Mu’tazilah. Qadariyah, Jabariyah dan Murji’ah, sudah tidak ada dalam tataran komunitas yang mengaku-aku sebagai madzhab tersebut. Namun, dalam tataran pemikiran, banyak kelompok Islam yang mewarisi pemikiran mereka.

Khawarij yang amat mudah mengkafirkan sesama muslim diwakili oleh LDII, NII, dan kelompok manapun yang mengkafirkan sesama muslim lantaran belum masuk kelompoknya.

Mu’tazilah dan Qadariyah, sebuah kelompok rasional ekstrem, telah diwakili oleh JIL yang lebih mendahulukan akal di atas nash. Semuanya adalah neo tetapi isinya sama saja, dan mudah diketahui bagi ahli ilmu.

Jabariyah, kelompok fatalis yang menganggap manusia seperti mayat yang tidak berdaya apa-apa, semua perbuatan adalah perbuatan Allah ‘Azza wa Jalla  sampai buang hajat, tepuk tangan, bahkan membunuh dan berzina, semuanya adalah perbuatan Allah, tidak ada sebab manusia di dalamnya. Maka, kita harus pasrah dan pasrah.  Kelompok ini, kadang diwakili oleh sufi ekstrem yang mengingkari sebab dan usaha manusia.

Adapun Syi’ah sampai hari ini masih eksis dan menjadi mayoritas di Persia (Iran dan Irak). Sebagian ada yang ekstrem, ada pula yang moderat. Wallahu A’lam bish-Shawab Walillahil ‘Izzah.

(Insya Allah) Bersambung…

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Lahir di Jakarta, Juni 1978. Alumni S1 Sastra Arab UI Depok (1996 - 2000). Pengajar di Bimbingan Konsultasi Belajar Nurul Fikri sejak tahun 1999, dan seorang muballigh. Juga pengisi majelis ta'lim di beberapa masjid, dan perkantoran. Pernah juga tugas dakwah di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, selama dua tahun. Tinggal di Depok, Jawa Barat.

Lihat Juga

Polisi Prancis Serbu Pusat Syiah di Prancis Utara

Figure
Organization