Topic
Home / Berita / Opini / Penonton, Simpatisan, dan Pemain

Penonton, Simpatisan, dan Pemain

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Pasangan Capres dan Cawapres yang akan mengikuti Pilpres 2014 - (lensaindonesia.com)
Pasangan Capres dan Cawapres yang akan mengikuti Pilpres 2014 – (lensaindonesia.com)

dakwatuna.com – Sebagaimana dalam pertandingan olahraga, dalam politik pun ada banyak peran yang bisa dimainkan oleh seseorang atau sekelompok orang. Mereka ini merupakan orang-orang yang akan ikut meramaikan arena pertandingan dalam dunia perpolitikan. Siapakah mereka? Mereka adalah  penonton, simpatisan dan pemain.

Penonton, yaitu orang yang cuma  menonton dari pinggir lapangan dan sesekali bersorak-sorai menyemangati para jagoannya yang sedang bermain di tengah lapangan. Dia tidak ikut bermain sama sekali. Adapun simpatisan, yaitu orang yang kadang berada di pinggir lapangan, namun sekali waktu dia ikut terjun juga ke dalam lapangan guna memberikan sumbangsihnya kepada para jagoannya yang sedang bermain.

Sedangkan pemain, yaitu orang yang aktif bertanding di tengah lapangan dengan mengerahkan seluruh kemampuan serta daya upayanya (jiwa-raga) guna memenangkan pertandingan yang diikutinya. Mereka ini bisa berupa Cabup, Cagub, Caleg, Capres dan lain-lain, termasuk juga para pendukung (timses.) Baik resmi ataupun tidak dari calon-calon yang sedang berlaga tersebut.

Di antara ketiga peranan ini, tentu saja yang paling lelah adalah sang pemain. Mengapa? Karena dia yang berhadapan langsung dengan lawan-lawannya. Dia yang merasakan suka-dukanya serta pahit-manisnya pertandingan. Bahkan tak jarang, dia harus mengalami luka-luka yang cukup parah dalam “baku hantam” tersebut.

Meskipun demikian, sebagai pemain sejati dia takkan pernah menyerah apalagi kapok. Tidak juga merasa marah dan kecewa apabila mengalami kekalahan dalam pertandingan. Karena dia sangat mengerti betul apa arti sebuah pertarungan. Bahwa menang dan kalah adalah hal biasa yang pasti dialami oleh setiap pemain.

Baginya bukan masalah menang atau kalahnya, namun lebih dari itu. Yakni bagaimana dia bisa menampilkan dan memperagakan permainan terbaiknya, tanpa harus dicederai oleh segala tipu daya yang bersifat negatif. Sportivitas dan bermain bersih adalah semboyannya.

Seorang pemain sejati juga tidak akan pernah berhenti bertanding dan berjuang.  Tak ada kamus berhenti dalam hidupnya. Meskipun nantinya dia tidak lagi berperan aktif sebagai pemain, namun dia akan tetap memberikan serta menyalurkan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada generasi berikutnya. Inilah watak pemain dan pemenang yang sesungguhnya, bukan watak para pecundang.

Pada saat dia masih aktif sebagai pemain, dia pasti akan merasa sangat enjoy. Karena pada saat bermain atau bertanding itulah, dia bisa menikmati permainannya dalam pertandingan tersebut dengan segala gegap-gempitanya. Dia merasakan ada keasyikan dan kepuasan tersendiri yang tidak mungkin bisa dirasakan oleh orang lain, terutama penonton.

Tetapi di antara penonton dan simpatisan, menurut saya masih lebih mending menjadi seorang simpatisan. Sebab selain bisa bertindak sebagai penonton, dia juga bisa berperan aktif sebagai pemain. Hal ini tentu saja sedikit banyak mampu memberikan tambahan energi bagi sang pemain yang sedang bertanding.

Sedangkan penonton cuma sebatas jadi penonton, tanpa bisa memberikan apa-apa. Kecuali sorak-sorainya ataupun komentar-komentar (hujatan, kecaman) yang terkadang justru terdengar sinis serta mampu memerahkan telinga sang pemain dan simpatisan. Meskipun demikian, kehadiran para penonton tetap saja dirindukan oleh para pemain. Karena tak bisa dipungkiri, penonton juga mampu memompakan semangat para pemain. Tanpa penonton, pertandingan akan terasa sepi dan hampa. Ibarat makanan tanpa garam, akan terasa hambar.

Nah…di antara ketiga peranan di atas, di manakah posisi kita? Silahkan tentukan, sebagai apa kita akan berperan saat ini. Apakah kita sudah merasa nyaman dan aman sebagai pemain dan simpatisan? Ataukah kita sudah merasa cukup puas hanya menjadi penonton saja? Cuma kita sendiri yang bisa menjawabnya.

Akan tetapi, apapun peran yang kita pilih, yakinkan bahwa itu adalah pilihan yang terbaik. Bukan pilihan tanpa makna atau basa-basi belaka. Namun, pilihan yang cerdas dan bertanggungjawab. Wallahu A’lam.

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga dengan 5 orang anak.Terus berkarya, baik dalam diam maupun bergerak, tak ada kata berhenti sampai Allah yang menghentikannya, tetap tegar walau badai menghadang.

Lihat Juga

Taushiyah Dewan Pimpinan MUI Menyambut Idul Fitri 1439 H

Figure
Organization