Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Politik untuk Kemanusiaan, Mainstream Baru Gerakan Politik Indonesia

Politik untuk Kemanusiaan, Mainstream Baru Gerakan Politik Indonesia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Cover buku "Politik untuk Kemanusiaan, Mainstream Baru Gerakan Politik Indonesia".
Cover buku “Politik untuk Kemanusiaan, Mainstream Baru Gerakan Politik Indonesia”.

Judul Buku:  Politik untuk Kemanusiaan, Mainstream Baru Gerakan Politik Indonesia

Penulis:  Tamsil Linrung

Penerbit:  PT. Tali Writing dan Publishing House

Jumlah Halaman:  xvi + 320 halaman

Cetakan I: September 2013

Cetakan II: Januari 2014

ISBN: 978-602-14871-1-2

Harga:  RP.79.000

 

dakwatuna.com – Memutar kembali panggung sandiwara dalam Pemilu Legislatif yang menggoncang perpolitikan Negri Indonesia tercinta ini, hingga mengakibatkan berbagai macam getaran. Getaran-getaran itu merambat dan merasuki relung hati setiap manusia. Bahkan menjelajah dalam keramaian secara kolektif. Goncangan dan getaran menyatu, membentuk pribadi  yang penuh dengan pencitraan dan intrik-intrik politik busuk demi menjatuhkan lawan. Lupa kawan, hilang kemanusiaan.

Pencitraan yang sangat luarbiasa, tiba-tiba dapat mengubah seseorang yang bakhil menjadi dermawan, peduli sosial dan lingkungan, tiba-tiba merubah gaya hidup glamor menjadi sangat sederhana, tidak berjilbab tiba-tiba berjilbab, tiba-tiba berkopiah, berbaju koko dan bersarung, blusukan diiringi dengan indahnya jepretan cahaya kamera, baliho-baliho dipasang dengan senyum paling menawan, ulama’ digunakan sebagai alat untuk membentengi moral ketidakjujuran dalam pelegitimasian kekuasaan mereka. Belum lagi miliaran bahkan sampai triliunan uang yang digelontorkan demi memihak mereka . Secuil tentang gambaran pencitraan, calon dewan wakil rakyat dan sang penguasa negri ini.

Menarik sekali dan membuat saya sejenak merenung tentang politik yang terjadi saat ini, penulis Tamsil Linrung adalah seorang anggota dewan DPR RI 2009-2014 dari Fraksi PKS, sekaligus wakil ketua badan anggaran DPR-RI. Beliau berasal dari pemilihan Daerah Sulawesi Selatan II. Menukil potongan sejarah politik Islam seperti telah diuraikan pada bagian pengantar bagian pertama buku ini. Misalnya sikap kebersahajaan Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, serta Sultan Malik azh-Zhahir dari kerajaan Samudera Pasai dan terdekat dengan rakyat di Indonesia.

Terbukti,  sikap kebersahajaan tiga contoh penguasa atau pemimpin pada zaman dan Negeri yang berbeda itu, dapat mensejahterakan rakyatnya dengan semangat mengayomi, melayani, serta semangat iman kepada Allah Swt yang terpatri dalam hati sanubari. Seperti munajat  Abu Bakar ash-Shiddiq r.a, sahabat Nabi Muhammad Saw, “ Jadikanlah kami kaum yang memegang dunia dengan tangan kami, bukan hati kami.”

Iman adalah inti kebahagiaan bagi setiap muslim. Kemanusiaan berdasarkan prinsip-prinsip keagamaan, pilihan tepat. Pesan dan harapan itulah yang sebetulnya ditegaskan oleh penulis Tamsil Linrung dalam buku Politik Untuk Kemanusiaan  (Mainstream Baru Gerakan Politik Indonesia)

Keimanan yang kuat dan terpatri dalam sanubari seorang muslim khususnya pemempin Negri, seharunya bisa diimplementasikan dalam kehidupan pribadi sehari-hari, keluarga, masyarakat, bahkan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keimanan yang kuat juga menjadikan seorang pemimpin penuh dengan kehati-hatian dalam bersikap dan bertindak dalam memutuskan sebuah perkara.

Tamsil Linrung pada bagian pertama bukunya yang diberi judul Purifikasi Politik, mencoba menghadirkan pemahaman kepada pembaca bahwa politik adalah bagian dari Islam. Politik dapat menyatu dengan nilai-nilai agama. Beberapa dalil al-Qur’an yang tertulis di bagian pertama seperti (Q.s. Shaad [38]:26), (Q.s. al-Qashas [28]:26), (Q.s. al-Anfaal [8]: 27 -28). Semua menjelaskan karakter seorang pemimpin dalam kaca mata Islam, juga menghadirkan pemikiran-pemikiran Islam dan cendikiawan Muslim seperti Abdul Hamid al-Ghazali, Ibnul Qayyim, al-Mawardi, bahkan pemikir kontemporer Hasan al-Banna yang semua merujuk kepada al-Qur’an dan al-Hadits.

Keimanan yang kuat akan memancarkan pribadi yang baik. Baik terhadap sosial masyarakat, keluarga, bangsa dan negara. Implementasi iman dalam kehidupan manusia akan mewujudkan Metropolis Humanis seperti dipaparkan dalam bagian ke dua dalam buku ini.

Pemerintah harus memberikan perhatian khusus pada masyarakat yang memiliki keunggulan dalam mengembangkan potensi dirinya. Misalnya memberikan beasiswa pendidikan, menyediakan lapangan kerja yang lebih banyak dan pekerjaan yang bergaji tinggi. Pemerintah juga harus memperhatikan pengelolaan urbanisasi yang akan menjadi masalah besar terhadap kenyamanan kota. Seperti kemiskinan, kriminalitas dan pengangguran.

Pemerintah justru harus membangun dan menciptakan kota yang bernuansa kemanusiaan. Alasannya, kota dapat melindungi kedaulatan dan stabilitas masyarakat. Luar biasa seorang penulis Tamsil Linrung dalam mengkonsep dan menggagas idenya dalam buku Politik Untuk Kemanusiaan ini. Jelas akan menguntungkan rakyat Indonesia secara umum.

Kota hijau adalah kota yang lebih humanis pada semua kalangan, tidak hanya terbatas bagi masyarakat yang memiliki uang banyak dan mudah aksesnya. Penulis menyadari bahwa merubah wajah kota bukan persoalan mudah bagi seorang pemimpin negri Indonesia. Apalagi yang hanya memiliki visi dan tidak memiliki konsep kota jauh ke depan dan tidak memhami sejarah pembangunan kota sejak NKRI. No action nothing happen’s. Tetapi, bukan berarti mengorbankan orang lain dalam artian saling sikut kanan-kiri.

Adakalanya, pemerintah kota di Indonesia harus berkaca pada negara-negara yang maju dan berhasil menjadikan kota untuk kemanusiaan. Seperti  Paris, New York dan Curitiba di Brazil. Sebuah kota, seharusnya sesuai dengan budaya masyarakatnya. Tidak hanya demi capaian fisik dan materi saja. Belajar dari sejarah Rasulullah Saw mengenai kota, masyarakat dan negerawan. Yaitu sikap humanis dan toleran dalam kemajemukan. Begitu yang saya fahami dari uraian pada bagian ke dua buku ini.

Bagian ke tiga dan ke empat yaitu Ketahanan Pangan sebagai Jalan Kemanusiaan dan Humanisasi Pemberdayaan Ekonomi dalam buku ini, bahwa Indonesia mengandung tanah yang subur dan luas. Tetapi pemerintah malah menanam padi di luar negri (Myanmar). Bulog adalah perusahaan umum sekaligus perpanjangan tangan pemerintah dalam membantu food security atau ketahanan pangan. Oleh karena itu, Bulog harus siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta yang merajai pasar pangan nasional.

Selain itu, pemerintah harus jelas, akan menjadikan Indonesia agraris atau industri. Sehingga perhatian utama ekonomi negara akan fokus misalnya pada pertanian yang memiliki nilai ekonomis dan berbasis kearifan lokal, juga akan fokus pada kelautan yang memiliki ekosistem laut yang paling beragam di dunia dengan berbagai macam karang dan spesies ikan. Pertanian dan kelautan adalah sumber pangan yang dapat membantu mengentaskan kemiskinan.

Bagian terakhir, penulis menegaskan pada rakyat Indonesia, khususnya pada para pembaca buku ini. Kontribusi nyata  untuk kemanusiaan, tak terbatas oleh ruang dan waktu. Kapan dan dengan kondisi apapun, semampu kita. Baik dalam pendidikan, pemberdayaan sosial, juga kesehatan. Mendukung masyarakat dengan memberikan pelatihan keterampilan dalam bidang yang ditekuninya akan membantu mereka untuk mandiri. Contoh nyata, Tali Foundation adalah bentuk konkret kontribusi penulis dalam bidang politik untuk kemanusiaan. Semoga menginspirasi spirit politik saya dan para pembaca. Hidup Indonesia!

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswi STIU Al Hikmah. Ketua Humas periode 2011-2012 KAMMI komsat Al Hikmah.

Lihat Juga

Masa Kampus: Sebuah Rangkaian Fase

Figure
Organization