Topic
Home / Keluarga / Kesehatan / Konsumsi Ikan Laut, Antara Keuntungan dan Ancaman

Konsumsi Ikan Laut, Antara Keuntungan dan Ancaman

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Mungkin bila kita lakukan survei tentang preferensi makanan antara ikan laut dengan daging atau telur, akan lebih banyak responden yang memilih ikan laut. Jika pun ada yang mengatakan menghindari olahan ikan laut, penyebabnya mungkin hanyalah alergi atau bau yang amis. Olahan beragam ikan laut memang seringkali lebih menggugah selera dibanding olahan daging-dagingan yang lain. Olahan yang tepat juga mampu menghindarkan bau amis dari tubuh ikan sehingga semakin lezat untuk dinikmati. Tidak hanya itu, dari segi kualitas gizi ikan laut memiliki lebih banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh sumber protein hewani lain, sehingga tidak salah memang jika ikan laut lebih dipilih.

Produk perikanan, khususnya ikan laut memiliki banyak kelebihan dibandingkan produk hewani lain. Diantaranya adalah mengandung protein tinggi dengan nilai biologis mencapai 90% serta jaringan ikat sedikit sehingga mudah dicerna. Ikan laut juga mengandung asam amino dengan pola hampir sama dengan asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia. Mutu gizi ikan hampir setingkat dengan makanan sumber protein hewani lain yang berasal dari ternak dan olahannya. Daging ikan mengandung protein 18.0-30.0 % serta lemak 0.1-2.2 %. Lemak yang terkandung dalam ikan laut adalah asam-asam lemak tak jenuh yang terdiri dari asam lemak linolenat (ω-3) dan linoleat (ω -6) serta kolesterol yang sangat rendah. Hal ini membuat ikan laut aman dikonsumsi oleh siapapun, termasuk penderita penyakit kardiovaskular. Sejumlah mineral seperti K, Cl, P, S, Mg, Ca, Fe, Ma, Zn, F, Ar, Cu, serta vitamin A dan D juga terkandung dalam ikan laut dengan jumlah yang cukup (Suhartini dan Hidayat 2005). Setiap jenis ikan laut memiliki karakteristik tersendiri dalam hal kandungan gizinya. Sebagai contoh ikan laut jenis Salmon, Cakalang, dan Tuna, memiliki kandungan lemak tak jenuh ω-3 dan ω-6 yang tinggi. Sedangkan ikan Teri memiliki kandungan iodium dan zat kapur (Ca) yang tinggi (Ditjen KKP 2004).

Kelebihan lain yang diperoleh dengan mengonsumsi ikan laut adalah asam lemak ω-3 dan ω-6 yang terkandung di dalamnya berperan penting dalam pembentukan kecerdasan. Omega-3 yang dalam diet mudah diperoleh melalui ikan laut dan berbagai seafood yang lain adalah zat gizi esensial yang menjadi komponen struktural pada pertumbuhan dan perkembangan otak (Khomsan 2002). Konsumsi makanan mengandung ω-3 DHA pada masa kehamilan berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan kognitif dan visual yang lebih baik pada anak-anak yang dilahirkannya (Fernandez et al. 1999; Etschmann 2007; Oken et al. 2008). Penelitian juga membuktikan bahwa prestasi belajar anak-anak daerah pantai yang sehari-harinya mengonsumsi ikan laut lebih tinggi dibanding anak-anak daerah pegunungan yang jauh aksesnya dari ikan laut (Farida & Roosita 2012). Tidak hanya itu, interaksi zat-zat gizi yang terdapat dalam tubuh ikan yakni berbagai mineral dan asam-asam lemak tidak jenuh, turut membantu kesehatan jantung sehingga mengurangi resiko penyakit CVD (cardiovaskular disease). Hal ini dibuktikan dengan beberapa penelitian kepada orang-orang Eskimo dan orang-orang Jepang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi ikan laut, prevalensi CVD diantara mereka sangatlah rendah (Ka He 2009).

Namun, dewasa ini paradigma tersebut sudah mulai sedikit tergeser seiring dengan meningkatnya pencemaran laut oleh logam berat dan berbagai limbah industri yang berbahaya. Ikan laut segar maupun yang telah diawetkan dengan pengasinan sama-sama patut diwaspadai. Banyak media yang meliput kejadian keracunan akibat ikan yang diawetkan. Pengawetan ikan laut bukan lagi menggunakan garam murni tetapi juga disemprot pestisida (semisal obat pembasmi nyamuk) atau boraks dan formalin.

Membeli ikan laut segar juga perlu diwaspadai dari perairan mana ikan-ikan tersebut ditangkap. Jangan membeli ikan laut yang ditangkap dari perairan yang dekat dengan lokasi perindustrian atau tambang karena dapat dipastikan perairan di sekitar tempat tersebut sudah tercemar. Seperti kasus yang pernah terjadi di sekitar Teluk Donggala, Poso, misalnya. Warga mengalami keracunan akibat mengonsumsi ikan laut segar yang hidup di perairan yang tercemar oleh limbah industri penyamakan kulit. Ikan laut yang ditangkap di perairan Jakarta misalnya, juga sangat perlu diwaspadai mengingat melimpahnya jumlah industri di Jakarta yang mana dapat dipastikan sebagian besar limbah dibuang di laut sekitarnya.

Dr Toto Sudargo, SKM, M.Kes, dosen Gizi dan Kesehatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bahkan menempatkan ikan laut sebagai bahan pangan yang paling rawan pencemaran. “Pencemaran saat ikan masih hidup, ketika diawetkan, maupun ketika diolah. Efek samping pencemaran oleh logam berat atau zat-zat berbahaya lain (pestisida, boraks, formalin) juga tidak tampak saat ini. Tapi sepuluh atau dua puluh tahun mendatang, karena zat zat tersebut sifatnya akumulatif, merusakkan organ-organ dan sisten dalam tubuh secara perlahan dalam jangka waktu yang lama. Seperti penyakit kanker, kerusakan hati dan ginjal, atau kegagalan pembentukan otak dan syaraf pada keturunannya. Hati-hati, terutama bagi wanita. Karena zat-zat berbahaya tersebut akan dilimpahkan juga pada anak-anaknya nanti melalui saluran plasenta ketika hamil dan air susu ketika menyusui.

Referensi:

Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Direktori Ikan Konsumsi dan Produk Olahan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.

Etschmann SK et al. 2007. Effects of fish-oil and folate supplementation of pregnant women on maternal and fetal plasma concentration of docosahexaenoic acid and eicosaepentaenoic acid: a European randomized multicenter trial. Am J Clin Nutr. 85: 1392-140

Farida dan Roosita K. 2012. Kebiasaan konsumsi ikan laut, tingkat konsumsi, status gizi, dan prestasi belajar siswa sekolah dasar di daerah pantai dan bukan pantai [skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Fernandez E et al. 1999. Fish consumption and cancer risk. Am J Clin Nutr. 70: 85-90

Ka He. 2009. Fish, long chain omega-3 polyunsaturated fatty acids and prevention of cardiovascular disease-eat fish or take fish oil supplement?. J Prog Cardiovasc Dis. 52: 95-114.

Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan GMSK Fakultas Pertanian IPB.

Oken E et al. 2008. Association of maternal fish intake during pregnancy and breastfeeding duration with attainment of developmental milestones in early childhood: a study from the Danish National Birth Cohort. Am J Clin Nutr. 88: 789-796.

Suhartini dan Hidayat. 2005. Olahan Ikan Segar. Surabaya: Trubus Agrisarana.

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization