Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Lafazh Cinta Kesyukuran  

Lafazh Cinta Kesyukuran  

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(bidadari_Azzam)
(bidadari_Azzam)

dakwatuna.com – “Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan” (Qs. ar-Rahman:)

Segala puji dan syukur atas segala rahmat dan hidayah dari Allah swt. Tak habis-habisnya rasa syukur ini terucap atas karunia besar yang telah Allah berikan. Karunia terbesar itu datang pada tanggal 5 Desember 2013 tepatnya pada hari Kamis, dan menjadi sejarah hidup yang tak terlupakan. Di sinilah kehidupan baru saya dimulai, dengan seorang laki-laki yang Allah titipkan menjadi pedamping hidup untuk melawati hidup bersama, mengarungi suka dan duka dalam bahtera rumah tangga, dan menyatukan visi misi untuk menggapai ridha-Nya.

Alhamdulillah, hampir genap tiga bulan bahtera rumah tanggaku berlayar. Walaupun masih terbilang seumuran jagung, tapi sudah banyak perjalanan kisah yang telah tertoreh di dalamnya. Dari masa beradaptasi, pengenalan masing-masing karakter dan masa-masa yang pada akhirnya kami terbiasa dengan kehadiran sosok lain yang selalu medampingi, yang kehadirannya menjadi penting dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.

Syukur itu juga terpanjat, karena proses pengenalan saya dan suami sampai dengan jenjang pernikahan dilalui dengan proses ta’aruf. Yaitu salah satu proses tuntunan syari’ah Islam sebelum adanya akad nikah.

Oleh karena itu, tak terpungkiri, rasa kecanggunan tercipta ketika awal-awal pernikahan. Tetapi, karena itulah semuanya menjadi indah. Walaupun terkadang adanya perbedaan karakter dan pandangan untuk menyatukan visi dan misi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Dan ini juga menjadi sebuah rasa syukur bagi saya. Allah masih memberikan nikmat kecanggunanan. Karena realitanya, banyak pasangan-pasangan yang sudah kehilangan nikmatnya rasa canggun di awal pernikahannya. Sebab sebelum akad nikah, pasangan-pasangan ini sudah terlalu dekat. Bahkan sudah menjalin hubungan yang disebut pacaran.

Padahal jelas sekali, pacaran dilarang dalam agama Islam karena mendekati zina. Sebagaiman Allah sudah berfirman di dalam al-Quran surat al-Israa’ ayat 32, “Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan sesuatu yang buruk.”

Pepatah bijak mengatakan, “Sesuatu yang dimulai dengan kebaikan maka akan berakhir dengan kebaikan pula.” Jadi, tidak ada salahnya kalau kita memulai segala aktivitas dan keinginan dengan kebaikan, apalagi pernikahan yang merupakan ibadah. Pertanggungjawabannya dunia sampai akherat.

Ada tiga kategori bagaimana jodoh itu didapat. Pertama, jodoh karena Allah. Jodoh ini didapat sesuai dengan ajaran syariah Islam. Mulai perkenalan sampai akad nikah terjadi tidak adanya pelanggaran terhadap ajaran Islam. Biasanya dilalui dengan proses ta’aruf. Kedua, jodoh karena nafsu. Biasanya adanya jalinan sebelum akad nikah berlangsung seperti pacaran. Ketiga, jodoh karena setan. Adalah pernikahan yang dipaksakan seperti telah melakukan zina besar. Na’uzubillahiminzalik.

Kini, setelah karunia yang besar ini telah Allah berikan, hanya syukur dan doa yang terpanjatkan. Semoga pernikahan ini barokah, selalu  dalam ridha-Nya dan lelaki yang telah Allah amanahkan untuk berada di sisiku, menemani hari-hariku merupakan jodoh yang diberikan oleh-Nya. Harapanku, semoga kelak kami dipertemukan kembali dalam jannah-Nya. Aamiin.

Wallahu A’alam Bishshawwab.

“Jika aku diberi kesempatan untuk memilih sekali lagi, maka aku akan tetap memilihmu”. (Ainun Habibie)

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pekerja sosial di sebuah Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU, yang ditempatkan di cabang PKPU Aceh. Selain itu juga seorang istri yang gemar membaca dan belajar untuk menulis. Sekarang bertempat tinggal di Aceh.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization