Topic
Home / Narasi Islam / Wanita / Ke Manakah Jilbab Syar’imu Ketika Sang Pangeran Datang?  

Ke Manakah Jilbab Syar’imu Ketika Sang Pangeran Datang?  

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: yana8nurel6bdkbaik.deviantart.com)
Ilustrasi. (Foto: yana8nurel6bdkbaik.deviantart.com)

dakwatuna.com – Hijab. Hijab adalah identitas seorang muslimah, agar mudah dikenali. Hijab adalah penutup, pepelindung dan tabir. Sebuah pakaian longgar untuk para muslimah yang mengaku mencintai Islam  ditambah khimar (kerudung) untuk wanita shalihah.

Allah Menghendaki agar wanita dimuliakan. Bagi yang sudah berhijab, maka berhijab saja tidak cukup. Masih ada satu kewajian yang harus kita lakukan. Yaitu belajar, belajar bagaimana cara memakai jilbab yang sesuai syari’at. Semakin kita memberikan penghias pada jilbab, semakin kita ingin membuat mata orang tertuju pada kita. Maka semakin kita menghilangkan esensi jilbab sebenarnya.

Saking cintanya Allah kepada wanita, maka cara berpakaian wanita pun diatur-Nya.

“Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu & istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Jilbab adalah kesederhanaan, bukan penghias. Hijab adalah pakaian orang-orang yang mencintai Allah.

Salah satu kemajuan di negeri kita adalah menjamurnya wanita yang memakai hijab. Tak luput salah satu penyebabnya adalah karena beberapa artis sudah mulai berhijrah untuk berhijab, entah itu hijab syar’i maupun hijab sebagai penghias saja.

Sebagian orang mencemooh karena yang berhijab tak melakukan bagaimana cara memakai hijab sesuai syariat, tapi sebagian lain menganggap itu sebagai satu kemajuan kecil, daripada tidak berhijab.

Di sisi lain, seorang muslimah berhijab dengan jilbab modisnya menampakkan lekukan tubuh dan bertaburan kemerlap indah hiasan hijab yang dikenakannya. “Itu tabaruj”, katanya suatu hari. “Dan kita semestinya menghindari hal tersebut,” lanjutnya.

Tak bisa dipungkiri, bahwa semua wanita ingin cantik walaupun dengan hijab. Cantik di mata wanita kebanyakan identik dengan hiasan. Maka banyak pula para akhowati pun melakukan hal yang sama ketika tiba di hari-hari bahagianya. Hari dimana dia didekap erat oleh pangeran yang baru sehari kemarin menjadi suaminya.

Ya akhowati, jika jilbab itu kesederhanaan, kenapa engkau musti berhias berlebih di depan tamu-tamu yang menyaksikan kebahagianmu itu?

Bukankah menyambung bulu mata itu perbuatan yang dilaknat oleh Allah? Engkau pun sudah tau kalimat ini, bukan?

“Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya (termasuk bulu mata) dan meminta rambutnya disambung.” (Shahih al-Bukhari : 5934)

Jilbab yang menjulur ke dada di baju pengantin, bukannya dimasukkan ke dalam baju untuk memperlihatkan dada yang terbalut baju berbordir indah.

Di sisi lain, seorang akhwat berjibaku untuk mempertahankan kesyar’iannya dengan tukang salon maupun orang tua yang mendanai pesta pernikahan. Sulit memang, dan tidak dalam waktu yang instan. Pendekatan kepada orang tua semestinya lebih intens. Ya, yang lebih mengetahui kondisi keluarga adalah kita sendiri, bukan mereka maupun para pengamat. Dan yang semsestinya berusaha memperjuangkan pun kita sendiri, bukan orang lain.

Kita sudah tau bahwa hal tersebut masuk ke dalam tabaruj, maka sepantasnya pula kita untuk tidak melaksanakannya. Ilmu yang didapatkan kemudian diamalkan sebagaimana yang diucapkan dan diyakini.

Yakinlah akan sikap kita, seperti yakinnya diri saat memutuskan untuk berhijab pertama kali. Kekhawatiran kita tentang ma’isyah yang tidak kita dapatkan di tempat kerja yang menolak jilbab syar’i adalah tidak beralasan sebab Allah yang telah mengatur rezeki. Lalu, apa yang dikhawatirkan ketika memakai hijab sederhana di hari teristimewa kita? Apakah takut tidak cantik lagi dan tersaingi dengan tamu undangan? Bagaimana kalau terlihat cantik di mata manusia tetapi tidak cantik dan tidak berarti dalam pandangan Allah? Percayalah akhowati,  kita cantik apa adanya. Karena yang kita cari adalah ridhanya.

Akhowati yang diridhai Allah, jika kita bisa memperjuangkan, maka perjuangkanlah keyakinan: pakaian yang sesuai dengan hijab syar’i. Gaun pengantin yang melindungi kecantikanmu, bukan gaun pengantin yang menjadi penghias dirimu. Karena kita berhias untuk suami, bukan untuk tamu-tamu kita. Karena kita, cantik apa adanya.

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Blasteran Kebumen dan Klaten, dan akhirnya diputuskan untuk menghabiskan masa kecilnya di Klaten. Bercita-cita menjadi penulis dan pengen ke Jepang.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization