Topic
Home / Berita / Opini / Kesabaran Umat di Tanah Bertuah Para Nabi

Kesabaran Umat di Tanah Bertuah Para Nabi

Masjid Al-Azhar (arsip)
Masjid Al-Azhar (arsip)

dakwatuna.com – Hampir genap 10 bulan sudah peristiwa penggulingan Presiden Mursi terjadi di Mesir sejak 3 Juli 2013 lalu, tetapi belum ada tanda-tanda jika aksi pembajakan demokrasi tersebut akan segera berakhir. Sebaliknya, arogansi pelaku dan pendukung kudeta semakin menjadi-jadi yang dipertontonkan dengan sederetan kezaliman terhadap pihak yang lemah, hanya karena mereka punya senjata dan pihak yang dizalimi masih tetap bersabar dengan aksi damainya.

Barangkali itu makna di balik penamaan ‘Negeri Para Nabi’ yang identik dengan bumi tempat para utusan Allah menghadapi kesombongan ahlul bathil. Maka kilas balik potongan-potongan peristiwa seperti dibakar yang dialami Nabi Ibrahim as, dibuang ke sumur yang dialami Nabi Yusuf as, dijadikan buron seperti penjahat yang dialami Nabi Musa as, masih ditayangkan kembali sepanjang sejarah Mesir hingga sekarang, tentu dengan pemeran yang berbeda.

Memang benar apa yang disampaikan Dr. Mustafa As-Siba’i dalam salah satu bukunya bahwa pelaku/pendukung kebatilan akan melakukan segala cara untuk membungkam kebenaran dan pendukungnya. Hanya kesabaran serta ikhtiar tiada henti yang dapat mengatasi kejahatan dan kezaliman ahlul bathil tersebut.

Sejarah mengajarkan tentang hal itu kepada kita, bagaimana para kabilah Quraisy berkumpul di Darun Nadwah dan membicarakan solusi untuk membungkam dakwah al-haq yang dirintis Baginda Nabi dan sahabat di Mekah. Berbagai cara telah dilakukan selama ini, mulai dari yang paling halus dengan ‘menyuap’ Rasulullah, sampai yang paling kasar dan kejam, menyiksa para sahabat yang masuk Islam, khususnya dari kaum papa seperti Bilal dan keluarga Yasir radhiyallahu ‘anhum. Namun, usaha mereka ternyata tidak berhasil, karena umat ketika itu punya nafas panjang untuk bertahan dan bersabar.

Akhirnya, mereka pun sepakat dengan jalan pintas, membunuh Rasulullah. Setiap kabilah mengutus satu pemuda. Tujuannya, agar keluarga Rasullullah saw, Bani Hasyim dan Bani Muthallib, tidak berani menuntut balas atas kematian Rasulullah saw dengan memerangi seluruh kabilah Quraisy. Begitulah tabiat ahlul bathil, yang akan menghalalkan segala cara agar kepentingannya tidak terganggu oleh ahlul haq.

Tetapi sebaik-baik makar adalah yang dibuat oleh Allah Swt, sehingga Rasulullah pun selamat dan hijrah ke Madinah dengan ditemani sahabat karibnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, setelah hampir ditemukan ahlul bathil di Gua Tsur atau Suraqah bin Ja’tsam yang akhirnya masuk Islam setelah kudanya tersungkur beberapa kali tatkala mengejar Baginda Nabi.

Dan di Mesir saat ini, para ahlul bathil itu juga mempertontonkan segala kekuatan dan kepongahan yang mereka miliki. Militer dengan senjatanya. Polisi dengan penjara dan algojonya. Pengadilan dengan hakim dan terali besi (bilik) terdakwanya. Dan tidak ketinggalan, media dengan tulisan dan penanya.

Tak kurang kiranya mata dan telinga kita disuguhkan bacaan dan tontonan yang tidak masuk akal oleh pendukung kezaliman itu. Hukuman mati secara massal 529 warga Mesir. Dipenjara hampir 1 tahun tanpa alasan yang jelas seorang wartawan Aljazeera. Penangkapan lebih 5 bulan tiga mahasiswi di Mansurah. Serta penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi terhadap lebih dari 20 ribu tahanan politik di negara itu.

Kurang tidak manusiawi apalagi berita itu, dan mirisnya, kita umat Islam, penghuni terbesar planet ini hanya diam membisu dan lemah tidak berdaya. Entah apa yang salah hingga lidah kita ini kelu dan anggota tubuh kita hanya diam tidak memberikan respons apa-apa.

Hasbunallahu wa ni’mal wakiil, itu doa ampuh satu-satunya yang dimiliki umat Islam di Mesir saat ini. Semoga kita diam bukan karena putus asa, sebab Allah sekali-kali tidak akan meridhai orang yang berputus asa. Dalam diam kita tetap berusaha, minimal dengan menyelipkan doa agar saudara-saudara kita itu diberi kesabaran, keteguhan, ketenangan dan keyakinan akan pertolongan Allah, dan tidak putus asa untuk tetap berusaha melepaskan diri dari kezaliman yang ada.

Ketika orang-orang yang kafir menanamkan kesombongan dalam hati mereka (yaitu) kesombongan jahiliah, maka Allah Swt. menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan orang-orang beriman, dan (Allah) mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa, dan mereka lebih berhak dengan itu dan patut memilikinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu,” begitu janji Allah dalam QS Al-Fath, ayat 26. Ya Allah, berilah kekuatan, keteguhan, dan pertolongan buat saudara-saudara kami di Mesir. Amin.

Redaktur: Rio Erismen

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumnus Universitas Al-Azhar Cairo dan Institut Riset dan Studi Arab Cairo.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization