dakwatuna.com – Pemilu tahun 2014 sudah memasuki tahapan kampanye terbuka, berbagai daya dan upaya dikerahkan oleh para calon legislatif yang menjadi ujung tombak bagi partai politik untuk mampu meraup suara sehingga bisa menjadi partai yang paling banyak mendudukkan kadernya di kursi legislatif.
Sepanjang sejarah pemilu di Indonesia peta politik selalu diwarnai oleh dinamika yang beragam setelah saya amati ternyata pusat konsentrasi suara dalam setiap pemilu hanya berada di dua kelompok yaitu kelompok Islam dan nasionalis, namun setiap pertarungan selalu kelompok nasionalis yang keluar sebagai pemenang.
Dalam sejarah dituliskan bahwa Pemilu 1955, dianggap sebagai pemilu yang paling demokratis sepanjang perjalanan pesta demokrasi di Indonesia di mana saat itu Partai Islam MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang didirikan oleh M Natsir mampu meraih suara 22 persen dan 58 kursi namun masih kalah dari partai nasional Indonesia (PNI) yang meraup suara 22,3 persen
Apa yang terjadi saat itu merupakan puncak tertinggi Capaian suara partai Islam yang akan sulit terulang padahal di Indonesia umat Islam menjadi penduduk mayoritas dibanding agama lain .
Berbagai cara sudah dilakukan untuk menyatukan persepsi untuk kembali mengangkat citra politik Islam namun hingga kini belum ada satupun tokoh yang mampu menyatukan pandangan antar kelompok dalam rangka mengangkat citra Islam di dunia Internasional, yang terjadi malah sebaliknya kualitas dan popularitas partai Islam terus tergerus hingga sekarang,
Meski ada beberapa aktivis partai Islam yang optimis pada pemilu tahun 2014 ini akan mampu menjadi partai yang menduduki angka tiga besar namun setelah saya amati di lapangan partai tersebut belum mampu meraih simpati publik secara umum dan maksimal bahkan banyak tidak jarang masyarakat mencibir simbol-simbol dan isu-isu keIslaman baik dalam negeri maupun di dunia internasional
Oleh karena itu saya menyarankan kepada partai politik terutama yang berbasis Islam untuk melakukan sosialisi yang lebih elegan dengan cara terus berkomitmen dalam membantu memenuhi kebutuhan dan menjawab kegelisahan masyarakat terkait pemenuhan kebutuhan sehari hari
Jika kita amati Ada beberapa isu yang bersifat Universal dan juga masih relevan untuk diangkat seperti kemiskinan, pendidikan dan pembenahan Infrastruktur dan Pemberantasan korupsi serta Ahklaq karena ini sangat erat kaitannya dengan upaya meningkatkan kesejahteraan untuk mempersatukan kelompok manapun jika dikemas dengan apik
Menurun saya menurunkannya kepercayaan masyarakat terhadap partai Islam seakan sudah diskenariokan akibat kelalaian sendiri sehingga mudah dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk memperburuk citra partai Islam meski apa yang dilakukan tidak sebanding dengan kasus yang menimpa kelompok partai nasionalis
Memang sangat disayangkan jika tingkah laku yang ditunjukkan oleh para politisi akhir-akhir ini tidak mencerminkan sebagai sosok yang harus dipanuti dan dihormati, padahal semua tahu sebelum berkuasa mereka selalu memberikan janji yang membuat kita terkagum kagum, namun setelah berkuasa malah melakukan pendustaan terhadap kepercayaan yang diberikan oleh rakyat.
Jika ingin umat Islam Ingin menguasai perpolitikan Indonesia sebetulnya tidak selamanya harus semua berkumpul di partai Islam, tapi harus menyebar dengan menempatkan tokoh yang memiliki komitmen moral yang tinggi dan memiliki kualitas dan komitmen yang besar terhadap urusan umat dan kebangsaan di berbagai partai politik yang ada
Jika tokoh Islam bisa diterima oleh semua kalangan dan memiliki hubungan baik dengan partai manapun saya yakin mereka akan menjadi orang yang mampu mempengaruhi kebijakan yang menyangkut kemaslahatan Umat. Jika tokoh Islam hanya berkumpul dalam satu partai politik saja maka akan sangat mudah dihancurkan oleh kelompok yang memusuhi Islam.
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: