Topic
Home / Berita / Internasional / Eropa / Krimea, Akankah Kembali Membangkitkan Perang Dingin?

Krimea, Akankah Kembali Membangkitkan Perang Dingin?

Vladimir Putin dan Viktor Yanucovych (japantimes.co.jp)
Vladimir Putin dan Viktor Yanucovych (japantimes.co.jp)

dakwatuna.com – Kiev, Simferopol. Demonstrasi yang awalnya mengedepankan tuntutan kerja sama ekonomi dengan Eropa berubah menjadi tuntutan politis. Demonstrasi tersebut juga tidak hanya berujung pada terciptanya kerja sama ekonomi dengan Eropa. Para elit politik pro-Barat sampai pada pemerintahan Ukraina. Mereka menurunkan Presiden Viktor Yanukovych dan seluruh elit politik yang pro-Rusia.

Hal ini mengisyaratkan akan terjadi perubahan kebijakan pemerintah Ukraina yang baru dan juga negara-negara di kawasan tersebut. Hingga akhirnya, bisa dikatakan bahwa krisis Ukraina tidak hanya berupa krisis pemerintahan, tapi kini berubah menjadi krisis yang mendunia antara Rusia dan negara-negara Eropa. Akankah Perang Dingin kembali lagi ke permukaan? Demikian Mohammed Safwan Jolak menulis dalam Ucraine Press, Kamis (20/3/20140 yang lalu.

Isyarat kembalinya lagi Perang Dingin kian nyata setelah Rusia mengirimkan pasukan militernya ke Semenanjung Krimea. Rusia menduduki wilayah di sebelah timur Ukraina tersebut, bersamaan dengan propaganda yang terus-menerus dari sebagian penduduknya untuk disintegrasi dari Ukraina.

Saat ini krisis Ukraina, yang dimulai pada bulan November tahun lalu,  telah berpindah dari Kiev ke Simferopol, ibukota Semenanjung Krimea. Presiden Putin menyangkal militernya telah menduduki Krimea beberapa pekan yang lalu. Tapi para pendukung Rusia di Krimea mengakui bahwa kelompok-kelompok bersenjata yang menguasi beberapa gedung pemerintahan, airport, pangkalan militer, stasiun televisi, adalah pasukan AL Rusia yang berpangkalan di Laut Hitam. Mereka sudah bersiap siaga sejak waktu yang lama di pesisir laut Simferopol.

Keberadaan Rusia di Krimea diperkuat setelah parlemen Krimea menunjuk Sergey Aksyonov sebagai perdana menteri. Padahal Aksyonov adalah pemimpin gerakan “Persatuan Rusia” yang hanya memiliki 3 dari 100 kursi di parlemen Krimea. (msa/dakwatuna/ucrainepress)

Redaktur: M Sofwan

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ketua Studi Informasi Alam Islami (SINAI) periode 2000-2003, Kairo-Mesir

Lihat Juga

Ini Alasan Turki Beli Sistem Pertahanan dari Rusia

Figure
Organization