Topic
Home / Berita / Profil / Desiaty; Mengunjungi Pelosok Negeri, Menjemput Aspirasi

Desiaty; Mengunjungi Pelosok Negeri, Menjemput Aspirasi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Desiaty, caleg DPRD untuk Provinsi Sumatera Barat daerah pemilihan VI (wilayah Kab. Sijunjung,  Kab. Tanah Datar, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang) yang di usung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). (Foto: kompasiana.com)
Desiaty, caleg DPRD untuk Provinsi Sumatera Barat daerah pemilihan VI (wilayah Kab. Sijunjung, Kab. Tanah Datar, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang) yang di usung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). (Foto: kompasiana.com)

dakwatuna.com – Ibu Desy, begitulah orang-orang memanggilnya. Beliau merupakan salah satu caleg DPRD untuk Provinsi Sumatera Barat daerah pemilihan VI (wilayah Kab. Sijunjung,  Kab. Tanah Datar, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang) yang di usung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ketika semua orang berlomba-lomba mendapatkan suara dengan berbagai cara agar bisa menang dan duduk di bangku DPRD tingkat provinsi, wanita  kelahiran 1 Desember 49 tahun yang lalu ini, setiap kali di tanya tentang strategi pemenangan pemilunya, dengan pelan selalu mengatakan, “Saya prinsipnya membantu siapa saja. Dan dengan demikian Allah juga akan bantu saya”.

Basirahnya sebagai kader dakwah diaktifkannya dengan tajam. Sehingga tidak ada yang istilah lawan politik baginya. Karena bagi wanita yang murah senyum ini, setiap yang terbaik pasti akan di tunjuk oleh Allah. “Yang pantaslah yang akan menang dan naik. Tugas saya, ya sosialisasi dengan cara mendatangi penduduk dan masyarakat untuk bersilaturahim dan menjemput aspirasi”. Ungkapnya setiap kali saya tanya.

Ibu Desiaty, caleg perempuan dari Partai Keadilan Sejahtera ini merupakan sosok wanita yang sederhana dan bersahaja. Mengikuti kisahnya dan perjalanannya selama melakukan sosialisasi dalam menjemput aspirasi, banyak rasa yang saya rasakan. Haru, mendengar ceritanya yang akhirnya beliau berhasil melobi seseorang yang semula menolak beliau. Romantika perjalanannya mengingkatkan kita kembali kepada era dahulu. Di tengah-tengah masa yang gila akan pamor dan harta, beliau tampil dengan segala kesederhanaan dan kebersahajaannya. Sehingga membuatnya di terima oleh masyarakat.

Namun di balik semua kesederhanaan dan kebersahajaannya ternyata wanita kelahiran 1 Desember ini  adalah seorang visioner  yang mempunyai pemikiran maju ke depan dan pandangan masa depan yang cemerlang. Terbukti, di tengah kesibukan beliau mendidik delapan orang putra putrinya, dia berhasil menjadi orang yang  cukup di perhitungkan di tengah-tengah masyarakat Sijunjung. Merupakan salah satu tokoh wanita dari Partai Keadilan Sejahtera.

Karena Ibu Desy, begitu sapaan akrab beliau merupakan pembina majelis taklim Ibu-Ibu di Kabupaten Sijunjung. Sebagai pembina majelis taklim, beliau aktif melakukan pembinaan kepada Ibu-Ibu di pelosok negeri Sijunjung. Di samping itu beliau juga berperan sebagai ketua KPPI (Kaukus Perempuan Politik Indonesia) Kab. Sijunjung, yang tidak pernah bosan mengarahkan dan memberikan pengetahuan politik kepada kaum Ibu dan perempuan. Bahwa sesungguhnya yang mengerti urusan perempuan adalah kaum perempuan itu sendiri. Untuk itu harus ada yang mewakili perempuan untuk duduk di parlemen dan memberikan masukan kepada Bapak-bapak untuk menjadikan wanita sebagai mitra dalam banyak hal dan juga mengusulkan kepada Bapak-bapak untuk tidak ragu memilih perempuan.

Ibu Desy yang merupakan Ketua Bidang Perempuan DPD PKS Kab. Sijunjung ini juga merupakan Ketua P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) tak henti menghimbau kepada seluruh masyarakat Sijunjung bahwa kaum Ibu dan perempuan, mereka berhak mendapatkan pengayoman dan perlakuan dan kasih sayang yang layak dari pasangannya. Sehingga hal itu mampu membantu perkembangan anak dengan baik, karena dengan orang tua yang saling menghargai dan mencintai akan membuat anak merasa aman dan merasa dilindungi oleh orang tuanya, sehingga anak mampu mengekspresikan dirinya dengan baik. Bagi Ibu delapan anak ini, anak-anak adalah aset berharga yang harus dijaga dengan baik, yang akan menjadi kunci bagi orang tuanya untuk menuju surganya Allah. Dengan demikian, agar terwujudnya generasi yang di harapkan, maka yang perlu dijaga pertama sekali adalah para Ibu dan Kaum wanita yang notabenenya merupakan madrasah pertama bagi si buah hati. Terbukti dari 8 anak beliau satu di antaranya adalah hafizh Al-Quran.

Maka, ketika pertama kali beliau di amanahkan oleh DPW PKS Sumatera Barat untuk menjadi Caleg DPRD untuk Provinsi, yang menjadi jargon utama beliau untuk maju adalah ingin memberdayakan kaum perempuan dan kaum Ibu. Karena masih banyak di pedesaan dan pelosok-pelosok  daerah dalam menjalankan kelangsungan hidup, kaum Ibu dan perempuan hanya dengan mengandalkan penghasilan dari suami saja, padahal mereka (kaum Ibu dan Perempuan)  punya potensi yang bisa dikembangkan dan bisa berpenghasilan tanpa harus meninggalkan dan menelantarkan anak dan suami mereka. Tanpa harus mengabaikan tugas utamanya sebagai seorang Ibu dan istri. Walaupun ada di antara mereka yang bekerja, namun semua tanggung jawab tertumpu kepada wanita. Sehingga tugas utamanya sebagai seorang Ibu dan Istri tergerus oleh kesibukan urusan nafkah.

Yang menjadi target utama beliau dalam menjalankan amanah ini adalah bagaimana beliau mampu mengembangkan potensi para kaum Ibu dan wanita di Sumatera Barat ini khususnya dan Indonesia secara umumnya dengan maksimal walaupun hanya berada di daerah yang terpencil. Karena menurut hematnya pemerintah tidak akan membantu orang perorangan dalam menyejahterakan kehidupan masyarakatnya, tetapi membantu per kelompok, jadi kaum Ibu dan perempuan di anjurkan untuk bergabung dalam suatu kelompok. Apakah dalam bentuk kelompok yasinan maupun Kelompok Tani Wanita (KWT). Dan yang menjadi target utama beliau adalah memfasilitasi terbentuknya koperasi bagi perempuan. Sehingga mampu membantu pergerakan perekonomian di pedesaan dengan terbentuknya usaha-usaha rumah tangga yang menjadi garapan kaum Ibu di sela-sela kesibukan mereka dalam mendidik buah hatinya.

Untuk mewujudkan semua itu, maka Ibu Desiati yang bernomor urut 6 ini, gencar melakukan silaturahim dengan masyarakat yang selalu di dampingi dan ditemani oleh suami tercintanya, sebagai bukti bahwa suaminya mendukung sepenuhnya cita-cita mulianya, beliau beserta suami memilih untuk turun langsung ke masyarakat mendengarkan segala keluh kesah masyarakat, memasuki segala pelosok negeri, mengetuk setiap hati nurani masyarakat, memohon doa dan dukungan dari segala pihak, agar cita-cita mulianya untuk negeri tercinta ini diridhai oleh Allah.

Di sela-sela kesibukannya ketika saya hubungi menanyakan tentang bagaimana persiapan beliau untuk menghadapi peperangan ideologi ini, karena semakin mendekati penghujung, maka akan semakin menanjak dan berliku, masih tetap seperti sebelumnya selalu optimis dan penuh dengan aura semangat untuk menang. Beliau menjawab, “Insya Allah jika kita memperjuangkan yang benar dan sesuai dengan apa yang di perintahkan Allah, maka Allah akan membukakan jalan dan memudahkan jalan menuju kemenangan itu. Karena kemenangan itu sejatinya hadiah dari Allah atas segala tawakal, usaha dan doa kita kepada-Nya”, ungkapnya dengan bersahaja.

Tak ada yang mampu saya lakukan untuk beliau, kecuali hanya berdoa, karena di kota tempat saya tinggalpun perang ideologi dan atribut sedang berkecamuk. Ibu Desi, doa kami selalu menyertai Ibu. Seperti yang pernah Ibu katakan, Siapa saja yang datang akan Ibu tolong, maka dengan demikian Allah akan menolong Ibu. Dan Insya Allah pertolongan itu akan datang secepatnya. Semoga Allah melunakkan hati setiap masyarakat tidak hanya memberikan dukungan untuk Ibu, tetapi juga memilih Ibu di pesta demokrasi nanti.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Aku adalah aku yang mempunyai seabrek kelemahan dan kelebihan yang semua itu jika disatukan akan menjadi sebuah potensi yang luar biasa. Aku tak pandai merangkai kata-kata indah layaknya para pujangga, karena aku bukan bagian dari para pujangga. Dan aku pun tak pandai berkata-kata layaknya para orator yang berorasi, karena sekali lagi aku bukan bagian dari mereka. Tapi, aku mempunyai sedikit rasa di dalam hatiku yang ingin aku bagi kepada semua orang. Walau terbata-bata lidah berucap, walau terpatah-patah tangan menulis akan kusampaikan. Karena itulah pesan dari sang idolaku sampaikanlah kebenaran walau hanya satu ayat saja.

Lihat Juga

Muhasabah, Kebaikan untuk Negeri

Figure
Organization