Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Mata Uang Dinar dan Dirham, Kenapa Tidak?

Mata Uang Dinar dan Dirham, Kenapa Tidak?

Emas dan Perak - Ilustrasi (Foto: rimanews.com)
Emas dan Perak – Ilustrasi (Foto: rimanews.com)

dakwatuna.com – Emas dan perak sudah lama menjadi mata uang, khususnya di Timur Tengah. Ya, dinar dan dirham bukan mata uang biasa, karena keduanya dibuat dari emas dan perak sehingga nilainya tidak akan turun walaupun nilai mata uang menurun.

Saat ini sebagian masyarakat muslim, termasuk di Indonesia, ada keinginan untuk kembali menggunakan dinar dan dirham. Dinar berasal dari emas dan dirham berasal dari perak. Ketika nilai dinar dan dirham turun, coin fisik keduanya tetap berharga sesuai dengan harga emas dan perak. Hal inilah yang membuat sejumlah kalangan mengoleksi dan mencoba menggunakannya.

Pengelola Wakala Induk Nusantara, Abdarrahman, mengatakan bahwa dinar dan dirham tidak diperdagangkan. Sebagai mata uang, keduanya dipergunakan untuk keperluan ”muamalah” oleh sebagian masyarakat. Seperti untuk gaji, zakat, dan muamalah lain. Memang kadang ada penukaran rupiah dengan dinar atau dirham, namun itu cara terakhir untuk mendapatkan dua mata uang tersebut.

Abdarrahman menjelaskan, orang memperoleh dinar dan dirham dari zakat. Di Indonesia dinar dan dirham juga sering dipergunakan untuk mahar pernikahan. Penggunaan keduanya disebabkan terbuat dari emas dan perak yang nilainya tidak pernah turun. ”Mata uang ini dipergunakan sejak lama. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu ditemukan kepingan uang emas di Aceh,” kata Abdarrahman.

Di Indonesia saat ini banyak muncul wakala yaitu pusat distribusi dirham dan dinar. Salah satunya adalah Wakala Induk Nusantara yang merupakan pusat dinar dirham yang berfungsi sebagai pusat distribusi dinar emas Islam dan dirham perak Islam dengan sejumlah layanan. Seperti jasa penitipan, payment system, kliring, hingga penukaran dengan mata uang rupiah atau logam emas dan perak (menurut pengelola Walaka Induk Nusantara ini merupakan cara terakhir).

Penggunaan dinar dan dirham di Indonesia, selain untuk investasi, juga sebagai romantisme, pengingat masa dinasti Islam yang sempat mencapai kejayaannya. Saat itu pemerintahan muslim menggunakan dinar dan dirham sebagai mata uang resmi mereka. Dan, terbukti bahan yang terbuat dari emas membuat nilai mata uang tersebut tidak hilang dimakan zaman. Ada beberapa pecahan dinar yang beredar.

Misalnya, Ω dinar yang berupa 2,125 kg emas (22 karat, 917, diameter: 20 mm), 1 dinar sebesar 4,250 kg emas (22 karat, 917, diameter: 23 mm). Ada pecahan 2 dinar yaitu 8,5 kg emas (22 karat, 917, diameter: 26 mm ) dan pecahan lain. Menurut pakar keuangan Islam, Wiku Suryomurti, mata uang dinar dan dirham memiliki kelebihan ganda.

Selain dapat dijadikan sebagai mata uang alternatif, dirham dan dinar juga lebih bisa terhindar dari terjadinya inflasi. Kini di Indonesia telah ada komunitas- komunitas yang kerap menggunakan dua mata uang tersebut sebagai alat transaksinya setiap saat. Setiap komunitas memiliki produk sendiri, sehingga anggota komunitas bisa membeli satu sama lain dengan menggunakan mata uang dari emas atau perak tersebut.

”Etika dalam komunitas ini adalah saling percaya. Jadi, ketika ada yang membeli kambing untuk korban di hari raya Iedul Adha, mereka cukup menggunakan dinar atau dirham dalam jual belinya, tidak memakai rupiah,” kata Wiku.

Dua mata uang ini legal beredar di Indonesia, dan dapat dipakai juga untuk bertransaksi di sejumlah negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Arab Saudi. ”Investasi mata uang ini juga lebih baik dibanding berbentuk emas batangan. Keduanya berstandar internasional yang dibuat Antam dan Peruri,” jelas Wiku.

Prospek komunitas yang memakai dinar dan dirham sebagai mata uang yang berlaku di Indonesia bisa meluas. Sebab, sistem penggunaan mata uang ini adalah saling percaya antara satu pihak dengan yang lainnya. Jadi, trend sekarang ini orang yang memiliki dinar atau dirham bukan hanya sebagai koleksi, tapi juga bisa dibuat alat transaksi yang legal.

Namun harus diakui bahwa keberadaan komunitas yang memakai dua mata uang ini belum banyak. Hanya orang-orang tertentu yang punya keinginan kuat sebagai rasa kecintaan mereka atau hobi mereka terhadap dua mata uang ini. (okezone/sbb/dakwatuna)

 

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir dan besar di Jakarta, Ayah dari 5 orang Anak yang hobi Membaca dan Olah Raga. Setelah berpetualang di dunia kerja, panggilan jiwa membawanya menekuni dunia membaca dan menulis.

Lihat Juga

FOKMA Perak Gelar Pembekalan K3 untuk Para Pekerja

Figure
Organization