Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Golput? Al-A’raf Menjawabnya

Golput? Al-A’raf Menjawabnya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: imageshack.us)
Ilustrasi. (Foto: imageshack.us)

dakwatuna.com – Kita telah sama-sama paham, belum lagi banyak media menambahkan. Pemerintahan kita terlihat benar-benar bobrok dengan sederet problematikanya. Seakan-akan sudah tak ada lagi ruang untuk perbaikan. Orang-orang baik berhati malaikat itu sekadar dongeng belaka. Semuanya, tak ada yang sepenuhnya berjuang bagi kebajikan.

Sebab itu, isu golput menjelang pentas pemilu nanti, kembali dikumandangkan. Mereka ingin netral. Tidak memihak siapa jua. Sama saja katanya. Ceritanya selalu berakhir dengan uang rakyat penuh mengisi perut penguasa.

Tak sadarkah?

Tidak ada yang benar-benar netral. Hatta Indonesia di zaman dahulu. Maksud hati menghindari Blok Barat dan Blok Timur di perang dunia, malah tergabung dalam satu blok. Gerakan Non-Blok membentuk blok tersendiri.

Blok yang ‘netral’, tetapi ia tetaplah blok. Tidak ada yang benar-benar netral, hanya sebutannya lebih tepat ‘memihak diri sendiri’.

Kita lupa, atau barangkali pura-pura lupa. Ada orang-orang dengan segudang prestasi, bukan sekadar bermodal pencitraan sana-sini. Masih ada partai-partai yang saban hari setia melayani, bukan hanya di pemilu tahun ini.

Politik dan pemerintahan memang selalu tentang 2 kubu. Pertarungan antara mereka yang haq dan golongan yang bathil. Antara yang ingin menyejahterakan dan yang ingin memiskinkan. Antara yang ingin menciptakan keadilan dan yang ingin membuat kerusakan. Antara yang menyeru pada yang ma’ruf dan yang ingkar pada Tuhannya.

Dan Allah membagikan kepada kita kisah bagaimana akhir dari keduanya, bahkan untuk mereka yang golput, netral, dan meninggikan panji ketidakpedulian.

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Al-A’raf: 163).

Ayat ini menceritakan kisah Bani Israil di sebuah tempat (dalam beberapa riwayat bernama Aylah) pada zaman Nabi Musa as. Mereka diperintahkan untuk fokus beribadah pada hari Sabtu dan dilarang menangkap ikan pada hari itu. Sedangkan ikan-ikan hanya berkumpul di laut pada hari Sabtu, tidak di hari lain. Ini adalah satu bentuk cobaan bagi mereka.

Sebagian golongan kemudian mengakali larangan ini. Mereka meletakkan jaring pada Jum’at malam lalu mengambilnya kembali pada hari Minggu.

Peristiwa ini membagi kaum Bani Israil menjadi 3 golongan; yang melakukan perbuatan tersebut, yang tidak melakukannya tapi tidak pula melarang, dan kelompok yang tidak melakukannya sekaligus mencegah mereka.

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa”. (Al-A’raf:164).

Kemudian kisah ini berakhir dengan:

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina.” (Al-A’raf: 165-166).

Bagi yang melarang perbuatan itu, Allah selamatkan. Bagi yang ingkar, Allah beri siksaan. Bagi mereka yang mengambil bagian dalam kebaikan, Allah hindarkan dari azab. Bagi mereka yang mengeruk keburukan, Allah timpakan azab.

Lalu di mana posisi mereka yang berdiam diri?

Para mufassirin berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa mereka ikut tertimpa siksaan pula. Ada yang berpendapat bahwa mereka tidak dipedulikan Allah sebab sikap mereka yang tak acuh. Tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Tidak memberi dukungan pada kebaikan.

Golput jelas bukanlah jawaban atas permasalahan negeri ini. Lihat baik-baik mereka yang duduk dan sedang menuju kursi parlemen. Perhatikan track record-nya. Jadilah pemilih yang cerdas. Memilih memang hak kita, namun tiap pilihan yang kita ambil akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah. Bagaimana nanti bila orang-orang yang berbuat kerusakan malah yang memimpin negeri ini akibat kita golput? Akibat kita tidak memberikan suara bagi mereka yang tulus ingin memakmurkan.

Masih mau golput?

Allahu a’lam.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa STIDA Al Manar, Utan Kayu jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Bekerja sebagai guru Bimbel bid. Matematika di Bimbingan Belajar Clever. Merangkap juga sebagai Owner SETIA Distributor (facebook.com/setiabuku dan @SAdistributor) yang menjual buku-buku, terutama yang bertema keislaman.

Lihat Juga

Kemenangan Erdogan Dinilai Bekukan Rencana Turki Gabung Uni Eropa

Figure
Organization