Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menjadi Guru Model dan Berkarakter

Menjadi Guru Model dan Berkarakter

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (ydsf.org)
Ilustrasi. (ydsf.org)

dakwatuna.com –Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, pecinta, dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima sehingga kamu menjadi rusak.”(Hadits)

Melihat problem pendidikan di Indonesia, banyak hal yang menjadi masalah utamanya, baik dari segi system pemerintahan, pendidikan maupun guru yang menjadi pencetus anak-anak bangsa yang berjiwa karakter pemimpin.

Ternyata semua feeling itu salah, berharap menciptakan regenerasi yang cerdas, jenius dan berjiwa pemimpin malah yang terjadi pada pendidikan di Indonesia pada saat ini adalah sebaliknya.

Problem itu terjadi karena didikan pemerintah terhadap guru-guru yang menjadi senjata tajam untuk mengasah anak didiknya sebagai pencetus regenerasi muda Indonesia tidak begitu jenius, yang bisa dibilang orang yang mampu mewujudkan cita-cita peserta didiknya yaitu guru. Guru yang akan menjadi factor utama dalam menciptakan, menghasilkan, mendidik, dan membimbing regenerasi muda Indonesia.

Guru yang ditugaskan dengan penuh dedikasi tinggi untuk mengemban misi mencerdaskan generasi masa depan bangsa. Namun, tidak sedikit pula guru yang hanya menjadikan guru sebagai mata pencarian atau malah menjadi “hamba” sertifikasi. Secara tidak sadar, itu sama saja mencoreng corp pendidik. Seperti kata Gordie Howe, “Berhentilah menjadi guru, jika tidak mencintai tugas mulia itu! Berikan kesempatan kepada orang lain yang lebih mencintainya.”

Oleh sebab itu, dalam tulisan ini, penulis mengangkat sebuah judul “Menjadi Guru Model dan Berkarakter”. Apa tujuan untuk menjadi Guru Model dan Berkarakter? Menjadi guru itu gampang dan mudah tetapi belum tentu bisa menjadi guru model dan berkarakter, karena guru model dan berkarakter sulit kita temukan, guru model adalah model untuk orang lain atau guru-guru yang seprofesi dengan kita, oleh sebab itu menjadi guru model itu sangat penting karena guru model adalah contoh guru yang berdedikasi tinggi, yang banyak orang-orang yang akan meniru, baik dari segi karakter maupun penampilan, kemudian dibangun lagi dengan guru yang berkarakter, karena karakter seorang guru harus bisa atau mampu mengubah keadaan atau karakter anak-anak didiknya menjadi lebih baik karena belakangan ini yang berkarakter adalah administrasi mengajar atau RPP, jangan sekadar RPP yang berkarakter tetapi menghasilkan guru –guru yang berkarakter itu penting juga, dengan demikian, guru berkarakter akan menghasilkan juga anak-anak didik yang berkarakter pemimpin.

Pemerintah sekarang ini telah menciptakan administrasi mengajar atau RPP yang berkarakter, jadi guru tidak pernah di didik untuk meningkatkan dan mempelajari karakternya. Ada yang namanya RPP berkarakter, Silabus berkarakter, model pembelajaran yang berkarakter dll. Padahal yang menjadi ujung tombak yang akan membawa, mengasah anak-anak didik yang sukses bukanlah administrasi mengajar, tetapi ruh guru yang harus ditingkatkan Seperti kata Ahmad Fu’adi, Metode pendidikan boleh canggih, pelajaran boleh hebat, tapi di atas segalanya itu, ruh guru yang bersih dan berdedikasilah yang paling menentukan dalam menyamai generasi terbaik.”

Guru model adalah guru yang akan menjadi teladan, baik sesama guru/profesi, orang tua para murid dan masyarakat yang akan menjadi guru di rumah tangganya dan lebih penting lagi adalah teladan bagi peserta didiknya, inilah dinamakan sebagai guru model. Sedangkan guru berkarakter adalah guru yang mentransfer nilai-nilai karakter positif atau yang baik terhadap murid/peserta didiknya, Karena para siswa itu sendiri akan meniru bahkan mengikuti jejak-jejak guru itu sendiri, marilah kita tanam pada diri mereka sebuah ilmu yang baik yang akan mereka tiru pada diri kita, sebagaimana terdapat dalam sebuah ungkapan “Guru pandai berdiri, Murid pandai berlari”. Jadi, itulah yang harus kita tanam dalam diri mereka bukan malah sebaliknya, yang pernah terjadi dalam sebuah ungkapan Guru kencing berdiri, Murid kencing berlari.”

Oleh sebab itu, guru harus memberikan sesuatu yang positif terhadap para peserta didiknya. Dan mampu memahami karakter peserta didiknya, bukan sekadar memahami karakter sendiri karena guru adalah orangtua kedua para siswa, jadi guru harus mampu memahami dan mempelajari karakter peserta didiknya. Ada 3 macam tugas pokok guru dalam sekolah dalam versi SGI, di antaranya;

  1. Guru sebagai pengajar yaitu guru yang mentransfer pengetahuan (knowledge) kepada peserta didiknya.
  2. Guru sebagai pendidik yaitu guru yang mentransfer nilai-nilai (value) baik dari segi tingkah lakunya, sikap ataupun karakter.
  3. Guru sebagai pemimpin yaitu guru yang menjadikan dirinya sebagai pemimpin untuk peserta didiknya dan mengajarkan kepada peserta didiknya tentang pemimpin.

Jadi, guru yang disertifikasi ataupun PNS bukanlah jaminan menjadi guru professional, karena yang disertifikasi dan PNS itu belum tentu professional dalam hal mengajar, mendidik, dan memimpin dan belum tentu mampu memahami karakter siswa, dan bahkan saya pastikan belum tentu bisa menjadi model buat guru-guru yang lain ataupun siswa yang menjadi objek utama dalam dunia pendidikan. Karena guru professional adalah guru yang mencakup dua hal utama yaitu guru model dan berkarakter. Banyak orang mengatakan, guru professional adalah guru yang di sertifikasi atau PNS, padahal tidak demikian, karena guru professional adalah guru yang mampu mengasah, menggali, kemampuan dan memotivasi siswa-siswinya, menghargai hasil karyanya, dan imajinasinya, selain itu juga guru professional yang mampu memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya, bukan menguburi kemampuan siswa justru menggali kemampuannya sebagaimana ungkapan Direktur Sekolah Guru Indonesia (SGI), “Guru yang hebat adalah guru yang mampu mencetak dan mendidik siswa yang lebih hebat dan unggul dari dirinya.” Tapi yang terjadi di zaman pendidikan sekarang ini ialah sebaliknya, guru yang mengasah kemampuannya sendiri, menganggap dirinya lebih pintar dari pada muridnya, menganggap telah professional dalam mendidik.

Jadi, pertanyaan saya adalah untuk apa menjadi guru? Saya yakin bapak-bapak, ibu-ibu yang telah mengabadikan profesinya sebagai guru mampu merealisasikan, memahami tujuannya sebagai guru dan saya pribadi mengajak para guru di seluruh Indonesia untuk mengabadikan profesi kita sebagai guru yang mampu memberikan yang terbaik untuk generasi muda Indonesia. Dan menjadi guru sebagai Investasi untuk Indonesia. Siapa mereka yang paham arti ‘Investasi untuk Indonesia’? Semoga saya, Anda dan orang-orang yang telah mengabadikan dirinya sebagai guru di seantero penjuru Nusantara.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Guru SGI.

Lihat Juga

Hisabmu Tergantung Ibadah Salatmu

Figure
Organization