Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kepastian Janji

Kepastian Janji

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Manusia merupakan sebaik-baiknya makhluk ciptaan. Yang bergerak, dikarenakan faktor penting kehidupan. Yaitu akal dan nafsu. Dari akal, manusia dapat mengukur situasi dalam skala logika. Dari nafsu, manusia terpicu melakukan kerja. Keduanya saling support. Tetap memainkan fungsinya masing-masing, tetapi tidak bisa bergerak sendiri.

Anugerah inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Malaikat merupakan makhluk yang taat, tetapi tidak memiliki nafsu. Sedangkan hewan merupakan hewan yang memiliki nafsu, tetapi tidak memiliki akal. Dari akal pula manusia bisa mawas diri, sedangkan semangat jiwanya tetap diimbangi oleh nafsu.

Akal dan nafsu merupakan media terbaik untuk meraba masa depan. Tanpa keduanya siklus kehidupan kita tidak akan dinamis. Yang ada hanyalah futur (stagnansi), dan alur yang membosankan. Dari anugerah ini pula, Allah mengisyaratkan kita untuk tetap yakin dengan janji-Nya.

Artinya: Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar, dan sekali-kali janganlah (karena ada) orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu, (akhirnya) menggelisahkan kamu. (QS 30:60)

Urgensi dari meyakini janjinya akan berdampak pada cara kita melihat masa depan. Antitesa iman, seperti takut (khauf) dan sedih (hazan) akan luntur dengan sendirinya. Kemantapan kita dalam melangkah juga akan tumbuh berkembang dengan sendirinya.

Begitulah cara Allah memberikan kemantapan pada umat yang meyakini kepastian janji-Nya. Ketenangan, keteguhan, keberanian, hingga kesabaran yang panjang menjadikannya makhluk yang senantiasa bekerja tanpa ketergesa-gesaan. Tinggal masalah waktulah yang menjawab janji surga-Nya.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Refleksi 29 Mei 564 Konstantinopel: Seorang Muhammad Al-Fatih, Sosok ‘Sosial Engineer’

Figure
Organization