Topic
Home / Berita / Opini / Melacak Sejarah Maulid Nabi

Melacak Sejarah Maulid Nabi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Sungguh Aku mengutus engkau (Muhammad) dengan membawa kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada satu umat pun kecuali telah pernah diutus kepadanya seorang pembawa peringatan.” (QS. Fathir 24).

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia terbaik yang diciptakan secara maknawi, tapi menjadi Nabi terakhir yang diutus ke alam duniawi. Ucapannya adalah wahyu, langkahnya menjadi petunjuk, perilakunya merupakan cermin keteladanan.  Keagungan jiwa Rasulullah diakui kawan maupun lawan, keberaniannya mampu menggetarkan singa padang pasir, kelembutannya melebihi belaian kasih seorang ibu. Beliau sangat dicintai penghuni langit dan bumi, hingga potongan rambut dan bekas air wudhunya pun diperebutkan oleh sahabat-sahabatnya.

Rasulullah merupakan manusia termasyhur yang memancarkan keharuman alami. Tetesan keringat pun yang keluar dari tubuhnya diambil dan dimanfaatkan oleh para sahabat. Semesta raya memanjatkan doa, mengucap salam dan memohonkan kasih Allah baginya. Bahkan Sang Pencipta sendiri ikut mengucapkan salam kepadanya. “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi (Muhammad). Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu sekalian untuk Nabi, dan berikan salam penghormatan untuknya.”€ (QS Al Ahzab: 56).

Kehadiran Rasulullah di bumi adalah anugerah terbesar yang membuat butiran-butiran gurun pasir seolah menjadi mutiara yang indah. Jejak langkahnya seolah menyejukkan padang tandus menjadi taman surga yang selalu membangkitkan rasa rindu dan ingin selalu diziarahi oleh setiap umat. Pengetahuan yang diajarkannya terus-menerus mengalirkan hikmah dan kearifan bagaikan mata air zamzam yang tak pernah kering sepanjang zaman.

Hingga detik ini Rasulullah tetap dikenang sebagai Nabi yang agung, pemimpin yang adil, panglima yang gagah berani. Bahkan salah seorang sejarawan terkemuka, La Martine pernah mengungkapkan kekagumannya kepada Rasulullah. Dalam bukunya Histoire De La Turquie,1854, ia menyatakan bahwa, “Muhammad adalah seorang agamawan, reformis sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang menyenangkan, suami yang penuh kasih dan seorang ayah yang penyayang, semua menjadi satu.”

Kini lebih dari 14 abad pasca hari kelahiran beliau, setiap bulan Rabiul Awwal masyarakat muslim dunia mengenangnya sebagai hari kelahiran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak sedikit di antara mereka memperingati hari Maulid Nabi tersebut pada tanggal 12 Rabiul Awwal dengan berbagai macam ritual peringatan. Namun muncul pertanyaan, benarkah tanggal 12 Rabiul Awwal merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad sebagaimana yang dianut oleh mayoritas masyarakat muslim dunia saat ini?

Tanggal Kelahiran Rasulullah

Pada umumnya masyarakat muslim dunia tentu sudah sepakat bahwa hari kelahiran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hari Senin. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab, “Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim).

Sedangkan mengenai tanggal lahirnya masih diperselisihkan, ada pendapat yang mengatakan bahwa beliau lahir tanggal 8 Rabiul Awwal, seperti pendapat Ibnu Hazm. Ada pula yang mengatakan tanggal 10 Rabiul Awwal dan yang masyhur menurut sebagian ulama adalah tanggal 12 Rabiul Awwal. Sedangkan pendapat Syeikh Shafiyuurrahman Al Mubarokhfury penulis kitab Ar Rahiq Al Makhtum yang merupakan ahli hisab dan falak menyebutkan dalam bukunya bahwa kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pada hari senin tanggal 9 Rabiul Awwal pada permulaan tahun dari peristiwa gajah yang bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M.

Memang telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang tanggal kelahiran Nabi Muhammad. Di antara mereka ada yang mendasari pendapatnya dari riwayat yang sampai kepada mereka dan ada juga yang mendasarinya pada perhitungan falak. Namun Al Mubarokhfury mendasari pendapatnya kepada hasil penelitian seorang ulama terkenal yang bernama Muhammad Sulaiman al Manshurfury dan seorang pakar astronomi, Muhammad Basya. Dan pendapat inilah yang diyakini tepat oleh sebagian besar ulama salaf, apalagi kitab yang ditulis Al Mubarokhfury tersebut adalah pemenang pertama dalam lomba penulisan Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi) yang diselenggarakan oleh Rabithah Al Alam Al Islamiy yang bermarkas di Mekah pada tahun 1399 H / 1978 M.

Jika memperhatikan lebih jauh pendapat jumhur ulama dan para ahli sejarah, ternyata yang paling dekat dengan tanggal 12 Rabiul Awwal adalah hari wafatnya Rasulullah ­Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga dalam tinjauan histori dapat dikatakan ada ‘sedikit’ kekeliruan dalam peringatan Maulid Nabi yang diperingati pada tanggal 12 Rabiul Awwal, karena sejatinya hari itu adalah hari kematian beliau.

Perbedaan pendapat yang tak berujung tersebut menunjukkan bahwa perayaan Maulid Nabi pada dasarnya tidaklah begitu urgent bagi setiap umat. Seandainya moment bersejarah itu dianjurkan untuk diperingati setiap tahun, maka seharusnya ada konsensus para ulama yang menetapkan tanggal pasti perayaan Maulid Nabi agar umat Islam di seluruh dunia tidak berselisih waktu dalam memperingatinya.

Apalagi jika kembali membuka lembaran-lembaran sejarah dari kehidupan Rasulullah, maka tidak akan dijumpai ada satu riwayat pun yang menyebutkan bahwa beliau pada tiap ulang tahun kelahirannya melakukan ritual tertentu. Bahkan para sahabat beliau sekaliber Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib tidak pernah tercatat dalam sejarah mengadakan ihtifal (perayaan) secara khusus setiap tahun untuk mengekspresikan kecintaan dan kegembiraan atas hari kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sejatinya, cinta kepada Nabi Muhammad tidak hanya mengingatnya tatkala bulan Rabiul Awwal tiba tapi dengan berpegang teguh di atas sunnahnya, mengikuti segala sesuatu yang datang darinya dan meninggalkan hal-hal yang bertentangan dengan sunnahnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an: “Dan apapun yang diberikan Rasulullah kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al Hasy: 7)

Wallahua’lam bisshawaab.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pengurus International Student Society NUS Singapore.

Lihat Juga

Sekilas Tentang Maulid Nabi SAW

Figure
Organization