Topic
Home / Pemuda / Essay / Alfath di Mata Ane…

Alfath di Mata Ane…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Irhamni, Hazim Anis Matta dan Alfath di Darul Quran Mulia Bogor. (Foto: Irhamni Rofiun)
Irhamni, Hazim Anis Matta dan Alfath di Darul Quran Mulia Bogor. (Foto: Irhamni Rofiun)

dakwatuna.com – Alfath yeh? Pertama kali mengenal dia itu semenjak ikutan MTQ, awalnya kenal dengan kawan-kawan sepermainannya dulu, Ikram, Basyir, Rizqi, Luthfi, para remaja yang masih berusia 17-18 tahun, ane sendiri sudah 25 tahun. Kok orang dewasa mainnya sama anak remaja? Lho kenapa? Masalah? Bagi ane selama mereka orangnya asyik, dan bisa mengingatkan ane dalam kebaikan, why not? Lagipula mereka remaja yang menginspirasi, pengakuan ane ini sepertinya memang penting, sebab orang-orang seperti ini pasti banyak musuhnya, musuhnya ya anak-anak yang tidak suka dengan prestasinya. Iri sih boleh aja, asal tidak jatuh kepada hasad dan dengki, penyakit hati itu gak baik bro!

Sebenarnya ada yang istimewa dari mereka, meskipun rada gaul tapi mereka semua hafizh lho! Prestasinya juga udah segudang, dari mulai menjuarai tahfizh 10 juz, 20 juz, 30 juz semua sudah dilahap mereka, baik itu dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan sampai internasional. Wheeww banget gak sih? Subhanallah banget. Sombong gituh? Nggak lah, wong prestasi kebaikan kok, saling memotivasi, apalagi ini berhubungan dengan Al-Qur’an, dikhawatirkan yang bilang sombong itu bakal kena boomerang omongannya sendiri, loh kok? Yongkray, harusnya mikir prestasi apa yang sudah diraih, sudah hafizh kah, awas kalau hafizh sakit hati, bisa gawat lho! Hati-hati! Dia sih santai aja, karena Al-Qur’an selalu membimbingnya, lah sampeyan? Buruan deh minta maaf, masa iya dia mulu yang minta maaf. Lucu nggak sih? Nggak, cuma ane ikutan banyak beristighfar.

Ane sendiri sebenarnya pernah diingatkan salah satu di antara mereka, itupun sewaktu bermain dengannya, nadanya bercanda sambil senyum sih, tapi dalem, oyah? Masa sih? Apaan tuh? Mau tahu banget apa mau tahu aja? Keppo aja nih! Ya, intinya jangan terlalu mengumbar masalah pribadi ke orang-orang, maksudnya? Ya jangan dikisahkan masalah percintaan itu lho, hafizh juga punya harga diri, jangan terlalu tawadhu banget deh, seolah ngarep banget mengharapkan cintanya. Bercanda brader, saling mengingatkan aja, ditenangkan. Oyah, sombong itu artinya menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Semoga kita dijauhkan dari sifat sombong yeh!

Kembali ke Alfath, bocah yang satu ini, eh kok bocah sih, maaf ya brader. Maksudnya Syekh Alfath, dia itu orangnya asyik, pandai bergaul, pintar, cerdas, terampil, berjiwa pemimpin, bahasa Arab dan Inggrisnya bagus, jenius lah. Lho kok bagusnya aja sih? Kan yang diminta positif dan negatif. Ya sih, ane sebenarnya bingung ketika diminta Alfath menulis tentang dirinya sebanyak-banyaknya, katanya buat koreksi dan evaluasi diri. “Salah orang brader, ente jauh lebih hebat dari ane lho. Seharusnya ane yang minta dikoreksi”.

Yo weslah, tak panjang kalam. Selagi dikasih kepercayaan, siap-siap kena bully dan kuping panas ya. Gak sampai segitunya kali. Alfath itu… Orangnya ta’ashub (fanatik), loh kok? Kan gak boleh, iya Alfath itu terlalu ta’ashub dengan Liverpool. Pokoknya maniak lah, maklum masih remaja labil. Nanti juga sadar sendiri, entahlah itu terserah dia.

Alfath gak mau dibilang kudet (kurang update), gaptek (gagap teknologi) makanya informasi dari luar dia selalu terdepan. Makanya pas ane main ke “penjara suci”nya, yang mau dipinjam pertama kali adalah laptop. Ya laptop buat browsing, dan ada hal lain juga sih sebenarnya, kasih tahu gak yah? Gak penting ah, yang pasti dia jago main bola. Dia pernah bilang, “Hari geneh hafizh masih kudet dan gaptek? Gak gaul banget sih”. Alfath memang lucu dan unik. Sampai ane ikutan gaya dia menulis seperti ini, gaul dan apa adanya. Hehe Oyah, ada satu hal, entah sadar atau gak, meski otak ente luar biasa, apa biasa di luar nih, pokoknya meskipun mentor atau apalah namanya, yang usianya jauh lebih tua dibanding ente, bahasa kasarnya pengetahuannya lebih banyak dari ente atau bahkan ente pernah mengalahkan dia dalam suatu pertandingan di ring perlombaan, coba usahakan meskipun lagi kesal, akhlak dan rasa hormat harus tetap dijaga, ente lebih tahu lah.

Ane sebenarnya iri juga sama ente, masih remaja prestasinya udah menumpuk, terlebih prestasi ente di bidang Al-Qur’an, sebuah anugerah dari Allah, bersyukur. Masih kecil aja udah bisa ngalahin peserta-peserta tafsir yang udah “bangkotan”, yang kebanyakan mereka sudah menikah, hafalan Al-Qur’annya mutqin, referensi tafsirnya melotok, ustadz, bahkan imam-imam besar masjid raya. Tapi untungnya ente belum pernah ngalahin ane di ring, secara kita beda bahasa tafsirnya. Hehe Bercanda brader, ente memang hebat.

Tapi kita sama-sama makan nasi lho, keluar negeri pun ane pernah lebih dari sekali, ya bedanya kelas terbang ente jauh lebih banyak di banding ane. Lagi-lagi itu sebuah anugerah Allah buat ente brader, yang orang lain belum tentu dapatkan sebelum mereka usaha maksimal, semoga ini bisa buat bahan renungan di saat futur untuk bangkit, apalagi di saat ente diserang banyak orang yang tidak suka sama ente, banyak sabar dan selalu evaluasi diri. Minta nasihat kepada yang ente tuakan, dan orang itu bisa menjaga amanah. Ini nasihat buat ane juga sih. Semoga kita terhindar dari sifat riya, sum’ah, kibr, ujub dan sifat-sifat tercela lainnya. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahan serta kekhilafan yang pernah kita lakukan sebagai manusia di bumi.

Brader, perkataan ente masih terngiang-ngiang di pikiran ane, “Melompat lampaui ekspektasi, itu yang akan kulakukan. Tidak selamanya underdog ada di bawah. Terkadang, karena status mereka yang tidak diperhitungkan, mereka menjelma menjadi kuda hitam yang siap mengkudeta mereka yang terlalu berleha-leha di atas…”. Subhanallah… Ajib.

Pokoknya ente itu rajulun masya Allah. Salut dan bangga apalagi pas ente cerita bahwa ente itu keturunan muallaf dari kakek dan kalau ente dulunya juga pernah divonis dokter waktu dalam kandungan bakalan menjadi anak idiot.

Jujur, ane terpana dengan komentar umi (ibu) ente mengenai vonis dokter dan komentar-komentar mengenai ente: “Insya Allah komen buruk tidak akan membuat kami terpuruk, begitupun komen baik tidak akan membuat kami takabur”.

Alfath memang lahir dengan tumor di belakang otak kecilnya. Waktu lahir diameter kepalanya 11cm dan diameter tumornya 4cm, sampai sekarang tumor tersebut masih di kepalanya.

Alhamdulillah fii barokatil Qur’an prediksi-prediksi buruk dokter tidak terbukti, prediksinya adalah kecacatan mental dan kelumpuhan, bahkan dokter memprediksi rongga hidungnya pun hanya satu. Dan kami (umi dan abi) disuruh main saja ke bagian Tumbuh Kembang supaya tidak kaget dengan kondisi anak kami nanti.

Pernah sebelumnya dokter mengatakan kalau saja kandungannya (waktu itu sudah sekitar 30 pekan) masih di bawah 5 bulan maka baiknya disedot saja (aborsi maksudnya), karena kecacatan di otak efeknya sangat besar terhadap kualitas hidupnya kelak kata dokter demikian, dokter pun berharap dengan kemajuan teknologi sekarang anak-anak yang lahir bisa dipilih yang berpeluang kualitas hidupnya baik.

Apapun kata dokter ahli ini, kami (umi dan abi) meyakini ketetapan Allah atas diri kami adalah yang terbaik dan kebaikan buat kami adalah ketika dia (Alfath) menjadi jalan kami (umi dan abi) lebih kenal dan lebih dekat dengan Allah. Dia (Alfath) menjadi jalan kami (umi dan abi) menuju Surga-Nya. Aamiin

Ane pun baru tahu dari umi ente, beliau bilang: “Alfath pernah test IQ, IQ umumnya 139, IQ penalarannya 150”. Subhanallah. Berkah Al-Qur’an.

Ane juga salut dan bangga sama ente, pas banget nih bulan maulid, di saat sebagian orang merayakan hari ulang tahunnya dengan menghabiskan banyak uang, tapi ente malah beda sendiri, saat memasuki umur yang ke tiga belas tahun, ente malah membuat bangga dan terharu kedua orangtua dengan memberikan hadiah gelar hafizh yang telah ente raih dalam menyempurnakan hafalan Al-Qur’an 30 juz. Semoga hal ini bisa dicontoh, karena ini contoh yang terbaik menurut ane. Menjadi penyemangat buat yang lain.

Semoga kita selalu diberikan hidayah-Nya dan keistiqamahan hingga ajal menutup mata. Aamiin. Semangat.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Moderat, pecinta Al-Quran, suka menulis dan berbagi informasi, juga blogger mania.

Lihat Juga

Gaza Eksekusi Mati 3 Orang Mata-Mata Israel

Figure
Organization