Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Percaya, Selalu Ada Jalan Terbaik Dari-Nya

Percaya, Selalu Ada Jalan Terbaik Dari-Nya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (flickr.com/aremac)
Ilustrasi (flickr.com/aremac)

dakwatuna.com – Manusia pasti memiliki pasang surut kehidupannya. Suka atau tidak suka, berbagai liku kehidupan harus dijalani, meski tak tahu ke mana liku itu bermuara. Namun, kita harus tetap yakin pada jalan yang ditetapkan Allah. Karena selalu ada jalan terbaik bagi orang-orang yang mempercayai segala ketentuan-Nya.

Kita sebagai manusia pasti memiliki keinginan untuk mewujudkan segala keinginan duniawi. Tapi, rasa kecewa sering kali hadir ketika usaha yang kita lakukan sama sekali tak membuahkan hasil atau gagal. Inilah yang biasanya membuat kita negatif memandang hidup. Berprasangka buruk terhadap ketentuan Allah. Kita lupa bahwa Allah SWT, Mahatahu apa yang sesungguhnya terbaik untuk kita.

Seperti firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 216:

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Aku pernah mengalami masa-masa itu. Masa ketika aku merasa Allah sama sekali tak mendengar doaku. Ketika aku menginginkan jalan hidup yang kupilih, namun Allah mengarahkanku ke jalan yang lain. Jalan yang entah bagaimana, aku harus mengalami kegagalan terlebih dahulu.

Ketika itu aku memiliki cita-cita. Ya, cita-cita yang sangat kuinginkan terwujud. Bagiku, cita-cita tersebut adalah sesuatu pencapaian yang besar. Tapi, aku yakin akan kemampuanku untuk meraihnya. Tujuannya hanya satu, membahagiakan kedua orang tuaku. Maka, kuyakinkan mereka bahwa aku dapat meraih cita-cita tersebut.

Masih tergambar jelas dalam ingatanku raut wajah mereka ketika kuuangkapkan semuanya, sumringah. Sorot kepercayaan terpancar jelas dari mata mereka. Aku merasa senang dapat melambungkan asa mereka dan membawa terbang setinggi langit. Aku pasti bisa meraihnya. Pasti. Kataku pada mereka.

Sayangnya, keyakinanku itu terpatahkan begitu saja. Aku gagal meraih apa yang sangat kuinginkan. Entah bagaimana semuanya bisa terjadi, padahal sebelumnya aku sangat yakin dapat meraihnya. Dan, ya, kegagalanku akhirnya menjatuhkan asa orang tuaku yang sudah melambung tinggi. Meski mereka tak mengungkapkannya padaku, kutahu rasa kecewa itu pasti telah hadir dalam hati mereka.

Kala itu aku merasa semesta telah mengkhianatiku. Di mana letak kebahagiaan yang akan menanti setiap orang yang berusaha? Jika aku telah berusaha mengapa takdir, lantas menjatuhkan kegagalan padaku seperti ini? Sekian banyak pertanyaan berkecamuk dalam hati. Tak kutemukan juga jawaban.

Setelah kegagalan itu, hari demi hari bagaikan sebuah keterpurukan. Aku begitu percaya pada kemampuanku, tapi nyatanya? Kurenungkan semua yang telah terjadi. Apa sebenarnya yang salah? Dan, baru kutemukan sendiri jawabannya. Aku telah takabur. Saat itu aku terlalu yakin pada kemampuanku. Terlalu percaya bahwa aku pasti bisa melakukan semuanya ‘sendiri’. Aku lupa dengan kuasa-Nya. Lupa bahwa selalu ada uluran tangan-Nya dalam setiap hal yang kulakukan. Sekian banyak usaha yang kulakukan, tapi aku sering kali lupa memanjatkan doa, meminta kepada satu-satunya tempat memohon. Dan aku juga lupa bahwa bukan tanpa sebab aku mengalami kegagalan ini. Kecewa terhadap kegagalan yang kudapatkan, membuatku tak sempat memikirkan bahwa Allah SWT selalu memiliki rencana yang lebih baik bagi hamba-Nya.

Bukankah, Allah SWT telah berfirman:

“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina’.” (QS. Al-Mu’Min: 60)

Ketika aku mulai tersadar dengan segala kealpaanku, aku berusaha mengubah semuanya. Aku menanamkan keyakinan bahwa Allah SWT memiliki jalan terbaik bagiku. Kegagalan itu adalah teguran dari-Nya akibat diri ini sempat melupakan kuasa-Nya. Kegagalan itu juga sebuah pertanda bahwa keinginanku bukanlah jalan terbaik bagiku. Ia Mahatahu atas segala sesuatu. Dan, ya benar. Allah SWT menunjukkan padaku jalan terbaik. Ketika aku tak mendapatkan cita-citaku yang dulu, ternyata Dia membimbingku untuk mendapatkan cita-cita lain yang lebih besar! Kini, aku sadar bahwa inilah yang sebenarnya lebih kubutuhkan. Ya, Allah, Tuhan semesta alam memang telah mengetahui apa yang lebih kubutuhkan. Sejak saat itu, aku percaya pada ketentuan-Nya.

Bertolak dari kisah yang pernah kualami, aku menyadari bahwa selalu ada hikmah di balik peristiwa yang terjadi. Allah SWT akan selalu menunjukkan jalan terbaik bagi hamba-Nya. Yang kita butuhkan adalah selalu percaya pada takdir-Nya. Ketika doa kita tak pernah terwujud, bukan berarti Allah SWT tak mendengarnya. Tapi, Dia memiliki rencana yang lebih baik untuk kita. Selama kita mau bersabar dan terus berikhtiar yang diiringi doa tiada putus pada-Nya.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

masih terus belajar untuk menjadi lebih baik.

Lihat Juga

Bentuk-Bentuk Penyimpangan di Jalan Dakwah (Bagian ke-3: Persoalan Jamaah dan Komitmen (Iltizam))

Figure
Organization