Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ya Allah… Tulang Rusukku Sebenarnya yang Mana?!

Ya Allah… Tulang Rusukku Sebenarnya yang Mana?!

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (flowershopsflowers.com)
Ilustrasi (flowershopsflowers.com)

dakwatuna.com – Sebuah doa yang selalu dipanjatkan di antara banyaknya doa. Mungkin karena faktor umur, dan ingin segera memiliki regenerasi, Ahmad, sahabatku, ia bercerita kepada saya tentang kehidupannya. Dia mengakui banyak targetnya yang meleset, mungkin karena kurang fokus atau memang itu jalan Allah yang terbaik, dan saya yakin Allah sudah mempersiapkan sesuatu yang manis untuknya kemudian.

Sebagai sahabat, saya selalu meyakinkannya bahwa Allah tidak akan membiarkan hambanya yang taqwa merana, apalagi saya tahu dia adalah salah satu kawan saya yang paling jujur, apa adanya, dan yang paling saya banggakan adalah Allah mengaruniai dia menjadi seorang hafiz, penghafal Al-Qur’an. Saya yakin dia pasti kuat, meski saya tahu setiap manusia pasti butuh nasihat. Dia pasti tahu tentang “istidraj”, Allah mengangkat seseorang berupa ilmu dan harta setinggi mungkin, tapi akhirnya jatuh disebabkan oleh keangkuhannya sendiri.

Sebenarnya saya pun bingung dengannya, tampangnya tidak terlalu jelek, ilmunya lumayan, ditambah dia sedang meranjak untuk menyelesaikan proses studinya sampai ke puncak tertinggi, saya yakin banyak wanita shalihah yang mau dipersunting menjadi istrinya.

Ternyata dugaan saya benar, di balik kepolosannya terhadap wanita, ada cerita yang sedang ia jalani. Ia sedang dihadapi oleh banyak pilihan, hanya dua yang serius diceritakan kepada saya.

Pertama, ia pernah bertemu dengan seorang wanita di suatu tempat, entah seminar atau diskusi panel. Yang pasti setelah melihatnya hatinya langsung bergetar, tumben. Dia sangat menjaga wibawa, sebab dia malu dengan Al-Qur’an yang dimilikinya jika terjerumus kepada pergaulan yang kurang baik.

Singkat cerita, entah jodoh atau memang kebetulan, ketika sahabat saya itu mengunjungi suatu negara di timur tengah, ternyata dia ketemu lagi dengan wanita yang sempat membuat jantungnya berdebar tak karuan itu. Uniknya dia malah satu pesawat dengannya ketika pulang ke tanah air.

Beberapa bulan kemudian, Allah mempertemukannya lagi dengan wanita itu, sepertinya memang tak disengaja, keduanya ternyata bakalan berkumpul di satu negara dalam urusan studi. Dan belakangan ini dia baru tahu kalau wanita tadi ternyata anak seorang diplomat penting di timur tengah.

Keduanya memang tidak pernah mengobrol berdua secara langsung, saling menjaga satu sama lain, melakukan komunikasi hanya melalui pesan singkat, keduanya pun ternyata terlibat dalam proyek terjemahan. Memang, sahabat saya itu diam-diam mempunyai banyak proyek tulisan, kadang saya iri dengan keahliannya itu.

Ahmad bercerita bahwa wanita tadi memimpikan dirinya dalam suatu penerbangan bersama wanita itu dan keluarganya menuju suatu tempat yang indah, entah di mana. Ahmad hanya tersenyum dan mengaminkan hal yang baik ketika wanita itu bercerita.

Akhirnya Ahmad diam-diam mencari tahu seluk-beluk keluarga wanita tadi, melalui orang-orang yang dekat dengan kedua orang tuanya. Wanita itu ternyata seorang hafizah juga, sama-sama penghafal Al-Qur’an. Meski kedua orang tuanya dari keluarga terpandang dan berintelek, sama-sama lulusan doktoral universitas terpandang di dunia. Tapi wanita itu pernah bercerita kalau kedua orang tuanya menginginkan calon menantu seorang hafiz dan bisa bekerja sama dalam hal pendidikan, masalah uang atau kekayaan tak pernah dipersoalkannya.

Akhirnya Ahmad mendatangi gurunya yang juga dijadikannya sebagai penasihat spiritual, melakukan banyak obrolan dengan gurunya itu. Komunikasi dengan gurunya pun dilakukan melalui banyak media, karena memiliki banyak kesibukan dan memanfaatkan kecanggihan dunia teknologi sekarang.

Dan ternyata ini yang dimaksud cerita kedua Ahmad dalam mencari pilihan pasangan hidup. Ahmad tidak tahu kalau ternyata gurunya itu memiliki putri yang masih muda belia dan masih semangat belajar, mungkin jaraknya terpaut enam tahun atau lebih dari usia Ahmad. Putri yang memiliki tingkah laku yang lucu dan periang, sepertinya itu salah satu type Ahmad. Agar di dalam kehidupan keluarganya nanti diharapkan penuh keharmonisan dan kesejukan di saat kesibukan yang melanda dirinya. (Saya ikut tersenyum lebar ketika dia menceritakan hal ini).

Ahmad pun bercerita kalau kedua orang tua Ahmad, terkhusus ibunya menginginkan Ahmad fokus menyelesaikan studi sampai puncak, mungkin target maksimal Ahmad menikah adalah usia tiga puluh tahun, usia yang cukup matang.

Ahmad sangat ingin membahagiakan kedua orang tuanya terlebih dahulu, sebab dia pernah melakukan kesalahan yang ibunya tidak meridhainya, mungkin Ahmad trauma tidak mau menentang keinginan kedua orang tuanya lagi. Sebab selain ridha Allah, ridha kedua orang tuanya pun sangat diharapkan dan dijaga, itu mungkin salah satu prinsip Ahmad.

Sahabatku Ahmad, semoga engkau mendapatkan pasangan yang terbaik, Allah dan kedua orang tuamu ridha. Tidak usah risau dan gelisah lagi, lakukan saja apa yang sedang engkau jalankan sekarang. Insya Allah, saya yakin engkau pasti mampu dan bisa. Doakan sahabatmu ini juga, semoga berhasil meraih cita dan cinta.

Cerita ini banyak fiksinya, namanya pun sengaja disamarkan, sebab yang bersangkutan -dalam hal ini- tidak suka publikasi. Tapi untuk dijadikan cerita ibrah untuk yang lain, alhamdulillah telah mendapatkan izinnya.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Moderat, pecinta Al-Quran, suka menulis dan berbagi informasi, juga blogger mania.

Lihat Juga

Manisnya Ramadhan

Figure
Organization