Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kenapa Begitu Takut dengan “Kiamat”?

Kenapa Begitu Takut dengan “Kiamat”?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Badai Alexa (lensaindonesia.com)
Ilustrasi – Turunnya salju di Jazirah Arab akibat badai Alexa (lensaindonesia.com)

dakwatuna.com – Kiki: Mbak, salju turun di Arab yo?

Ana: oh iya

Kiki: itu benar-benar tanda-tanda kiamat ta mbak?

Ana: saya belum sempat baca beritanya ki, cuman lihat judulnya tadi di dakwatuna tapi belum sempat baca karena banyak kerjaan. Ya, mungkin aja ki. Secara itu daerah gurun pasir e….

Riris: Iya mbak dan ternyata Rasulullah sudah bersabda sebelumnya ya? Ih benar-benar Kiamat sudah dekat yo?? (Memandang kami sambil menuggetarkan bahunya sendiri)

Ana:  (tersenyum karena memang saya belum pernah membaca hal tersebut dan belum tahu tentang Sabda Rasulullah tersebut).

Owalah ris, sekarang lo kalau bicara tentang tanda hari kiamat, sudah terlalu banyak cuman kita aja yang gak memperhatikan. Dulu ada bapak tiri yang memperkosa anak tirinya, kita pikir mungkin karena bukan anak kandungnya, eh skarang malah sudah ada bapak memperkosa anak kandung sendiri.

Riris: bener mbak, bener. Saya pernah baca beritanya.

Ana: trus ada adek yang memperkosa kakaknya sendiri. Kalau itu dipikir secara logika dan prasaan juga pastinya. Itu kan gak mungkin. Makanya kalau depan saudara sendiri walaupun muhrim, jangan memakai pakaian yang terlalu seksi. Kasian.

Kiki: jadi kiamat sudah dekat ya mbak?

Ana: kan memang sudah banyak to tanda-tandanya. Cuman perhitungan “dekat”nya ini kan kita gak tahu. Perbedaan waktu di akhirat dan dunia kan juga sangat jauh berbeda.

Riris: iyo yo, dari dulu lo orang-orang bilang kiamat sudah dekat, bahkan dikatakan sudah dekat saat Rasulullah pertama kali muncul.

(Saya hanya bisa tersenyum mendengarkan karena saya sendiri tidak tahu bahkan sempat berfikir bahwa teman saya ini Sokta (Sok Tahu) he…, Astaghfirullah)

Riris: kita pake pakaian ketat gini yo juga tanda-tanda kiamat kiki….

(Saya hanya tersenyum melihat dan mendengarkan mereka)

Itu adalah sebuah perbincangan yang terjadi di kantor saya saat istirahat. Cukup seru perbincangan kami ketika itu tapi kurang lebih seperti itulah sebagian isi perbincangan kami di istirahat yang cukup singkat itu. Setelah jam istirahat selesai, saya pun membaca artikel tersebut di dakwatuna ini. Sebenarnya, bagi saya pribadi. Hal tersebut bukanlah suatu yang “WAH”, dalam artian bukan suatu berita yang meng”heran”kan. Karena bagi saya, sudah terlalu banyak kejadian di dunia ini khususnya di negri kita tercinta ini yang membuat saya selalu bertanya-tanya pada diri saya sendiri “Kok bisa gitu ya? Kenapa bisa terjadi seperti itu?”Dan pertanyaan-pertanyaan seperti itu berakhir dengan “Istighfar”. Ketika dulu, ada seorang bapak yang pemabuk dan kerjanya judi aja. Itu hanya saya baca di novel dan sekarang itu terjadi di dunia nyata. Tentang kasus pembunuhan antara teman sendiri, dulu hanya ada di film tapi skarang sudah banyak kasus tersebut di dunia nyata dengan segala macam bentuknya dan yang paling “sadis” menurut saya adalah kasus “mutilasi”. Ketika mendengar kata “mutilasi”, saya langsung merinding. Pertama mendengar berita itu dan tahu maksudnya. Saya tidak pernah membayangkan seseorang bisa melakukan itu. “Bagaimana dia bisa memotong-motong tubuh seseorang? Bagaimana perasaannya saat melakukan itu? Apa yang dia pikirkan?” Dan untuk mengakhiri itu, saya hanya bisa istighfar dan berfikir “apa sih yang tidak bisa di dunia ini?” Astaghfirullah…kemudian ada seorang cucu yang membunuh neneknya hanya karena dilarang keluar malam (kalau tidak salah ingat itu penyebabnya), dan masih banyak lagi kejadian-kejadian di luar logika yang telah terjadi di dunia ini. Belum kasus seseorang yang berubah jadi binatang dsb. Mungkin pembaca juga punya se”gudang” kisah nyata yang tidak masuk akal yang pembaca ketahui.

Kembali pada perbincangan di atas. Setelah perbincangan dengan teman-teman dan membaca berita tersebut kemudian merenungi semua yang saya paparkan tersebut di atas. Saya pun berpikir dan berkata dalam hati “ternyata mereka takut dengan kiamat??” Saya bukannya tidak takut sama kiamat, saya sangat takut malah tentang hari Kiamat. Siapa yang tidak takut sama kiamat? Semuanya pasti “takut”. Hanya saja, yang menarik perhatian saya adalah. Kenapa kita sangat takut dengan hari Kiamat?? Sesuatu yang pasti terjadi tapi kejadiannya kita juga belum tahu apakah kiamat itu terjadi pada saat kita masih hidup di dunia ini atau sudah tidak? Kenapa kita sibuk memikirkan itu?? Sebenarnya sangat bagus memikirkan hal tersebut, tapi kenapa kita tidak memikirkan tentang “kiamat” kita sendiri yaitu kematian. Sesuatu yang pasti terjadi dan pasti terjadi pada diri kita sendiri dan terjadi pada setiap orang. Bukankah itu yang harus selalu kita ingat?? “Hari kiamat” memiliki banyak tanda-tanda tapi kematian seseorang, apakah punya tanda-tanda? Bahkan kalaupun ada (katanya), biasanya orang-orang membicarakannya setelah seseorang tersebut mati. Bukan sebelum orang tersebut masih hidup. Apa gunanya? Orang sakit bisa saja umurnya lebih panjang dibandingkan dengan orang sehat. Hari ini kita bisa makan, membaca tapi tidak ada yang bisa menjamin kita bisa melakukannya besok bahkan nanti malam. Dokter memvonis umur seseorang yang punya penyakit hanya 3 bulan, tapi ternyata ada yang bisa melalui itu. Seseorang yang baru saja kita temui hari ini dengan sehat bugarnya, ternyata esok hari ada berita bahwa dia telah meninggal. Pernahkah kita berfikir bahwa bisa saja itu terjadi pada kita. Hari ini kita masih bisa berbincang-bincang dengan teman kantor kita tapi mungkin saja besok mereka akan mendengar tentang “kematian” kita. Hal itu bisa saja terjadi kan?? Jadi maksud dari tulisan saya ini adalah… mari kita mengambil pelajaran dan hikmah dari semua kejadian yang terjadi. Tanda-tanda “Hari Kiamat” sudah terlalu banyak jadi mari kita renungi hal tersebut dan yang lebih penting lagi adalah. Setiap orang memiliki “hari kiamat”nya sendiri yang pasti akan dialami pada diri masing-masing. Ketika “Hari Kiamat” itu dialami oleh sebagian orang, tapi kematian seseorang pasti akan terjadi dan dialami oleh semua orang. Mungkin itu yang ingin saya sampaikan sebagai Pengingat khususnya untuk Ana pribadi. Seperti firman Allah SWT berikut ini:

“Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kelak pada hari kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan disempurnakan, barang siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia adalah orang yang beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran: 185)

“Dan bagi tiap-tiap jiwa sudah ditetapkan waktu (kematiannya), jika telah tiba waktu kematian, tidak akan bisa mereka mengundurkannya ataupun mempercepat, meskipun hanya sesaat”. (QS. Al A’raf:34)

Oh iya, pernah ada pesan dari seorang teman kepada saya. Kurang lebih seperti ini pesannya “Kesadaran tanpa aksi itu tidak ada gunanya”. Jadi, ketika kita sudah merenungi dan sadar akan hal tersebut tapi tetap tidak ada perubahan pada diri kita. Dalam artian tidak ada perubahan kebaikan pada diri kita dan tidak ada upaya untuk memperbanyak “bekal” kita untuk menghadapi hari itu, maka itu tidak ada artinya. Wallahu’alam.

Mohon maaf ketika kata-katanya tidak tertata dengan baik. Semoga bermanfaat.

Wassalam.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Bekerja di Bank Syariah. Aktif di Iqro' Club di salah satu kota Jawa Timur.

Lihat Juga

Rekonsiliasi Tidak Gratis, Israel Jamin Keamanan Arab Terhadap Ancaman Iran

Figure
Organization