Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Bagiku Hari Ibu Setiap Hari

Bagiku Hari Ibu Setiap Hari

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ummi... Ibuku... (Irhamni Rofiun)
Ummi… Ibuku… (Irhamni Rofiun)

قالت لصغيرها: إذا قرأت سورة الإخلاص عشر مرات بنى الله لك قصرا في الجنة وبدأ الطفل يقرأ وأمه تردد معه فالتفت إليها قائلا لا تقرئي سوف أسكنك معي

لا إله إلا الله اللهم ارحم والدينا

dakwatuna.com – Umi (Ibu) berkata kepada putra kecilnya: Jika kamu membaca surah al-Ikhlas sepuluh kali, maka Allah nanti akan membangunkan istana untukmu di surga. Kemudian putranya mulai membaca dan timbullah keraguan Uminya kepadanya. Maka putranya menatapnya seraya berkata: “Umi tidak usah ikut membaca yah, karena aku akan menempatkanmu untuk tinggal bersamaku di surga, Umi. Tiada Tuhan selain Allah. Ya Allah… Sayangilah kedua orangtua kami.

Ummi… Bagiku beliau adalah sosok yang luar biasa, seorang ibu dari lima belas anak yang lahir dari rahim sucinya, meski kini yang tersisa hanya empat belas, tujuh laki-laki dan tujuh perempuan, mungkin ini hal yang sangat jarang dijumpai pada masa sekarang.

Di usianya yang sudah kepala lima, masih saja tersirat rona keawet-mudaan di wajahnya. Sepertinya kunci beliau adalah senyum khasnya, mental baja dan sikap toleransinya dalam menyikapi persoalan hidup yang terus datang bertubi-tubi, hal demikianlah yang membuatnya semakin tegar, sabar dan tenang.

“Masalah di dunia akan berhenti ketika jiwa kembali kepada-Nya, dan pelabuhan terakhir adalah akhirat tempat berkumpulnya berbagai macam ruh manusia”, nasihat sakti beliau yang selalu terngiang di telingaku.

Ummi… Bagiku beliau adalah sosok yang tangguh, berjiwa besar dan berkharisma, berkat doanyalah aku masih bertahan dalam meniti kehidupan yang fana ini, murkanya adalah hal yang paling aku takuti sebagai anak.

Kegiatan keseharian beliaulah yang sangat aku kagumi sebagai anak, yang juga menginspirasiku untuk mengikuti jejaknya, setiap hari beliau mengajarkan pengajian ta’lim ibu-ibu ke setiap penjuru di daerahku. Beliau tidak meminta, tapi undangan itu selalu datang kepadanya, meski beliau hanya tamatan Aliyah rasanya aku tak sanggup mengejar keilmuannya, beliau menikah muda karena seorang kyai di kampungku menjodohkannya dengan seorang pemuda yang bapaknya seorang bandar  tanah waktu itu, meski hati kecilnya ingin melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi, tapi karena beliau sangat menghormati gurunya itu akhirnya pinangan itupun diterima, ada pesan yang beliau selalu ingat dari kyainya itu ketika dirinya merasa belum cukup dalam mengais ilmu -pastinya ketika sudah berkeluarga harus lebih fokus kepada suami dan anak-anaknya-, “Udah cukup, luh ajarin ilmu gua ke tetangga luh yang ada di elor (utara), kidul (selatan), ngetan (timur), kulon (barat)”. Hmm.. pesan itu baru beliau rasakan ketika banyak panggilan ceramah dan mengaji di mana-mana.

Yang lebih aku salut lagi, ternyata beliau tipe manusia yang tak pernah puas terhadap ilmu, tak aneh bila beliau telah membagi waktu khusus untuk belajar dan mengaji kembali kepada para ulama di daerah Bekasi, Jakarta dan sekitarnya.  “Antara pengeluaran dan pemasukan harus seimbang”, mungkin itu salah satu prinsip hidupnya.

Sebenarnya yang paling aku kagumi dari beliau adalah suara tilawahnya yang indah pada saat membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Salah satu anugerah dari Allah yang diberikan kepadanya, memang di masa kecilnya dulu beliau pernah mendapatkan peringkat pertama dalam even MTQ pada cabang tilawah Al-Qur’an. Kadang aku iri, kenapa suara emasnya itu tidak turun kepadaku, sebagai anak ketujuh, malah turun kepada kakak dan adikku saja. “Tak mengapa, setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, terkadang tak sadar dari kekurangannya itu malah menjadi salah satu kelebihannya, karena selalu dan sering diasah”, yakinku dalam hati.

Ummi.. Rasanya aku ingin selalu membahagiakanmu sebelum aku membahagiakan istriku nanti, tak sanggup jika melihat tetesan air matanya yang selalu keluar di saat munajatnya kepada Allah, terlebih di sepertiga malam terakhir. Moga engkau panjang umur atau jika pada saatnya engkau tutup mata untuk selamanya, aku doakan itu tutup mata yang husnul khatimah. Ya Allah… Cita-cita terakhir yang aku ingin berikan kepadanya – dan juga kepada Abi (bapakku)-  adalah “jubah kemuliaan” ketika berada di akhirat nanti sebagai tanda anak shalih yang selalu mendoakannya, khususnya sebagai penghafal dan pemikul Al-Qur’an. Moga cita-cita dan harapan yang suci ini tercapai untuknya. Ya Rabb.

Allahummaghfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa. Aamiin…

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Moderat, pecinta Al-Quran, suka menulis dan berbagi informasi, juga blogger mania.

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization