Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Faktanya Kita Kalah

Faktanya Kita Kalah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

 

Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Faktanya kita kalah. Itulah kenyataan yang kita tidak bisa abaikan. Islam agama dengan populasi pemeluk kurang lebih seperlima penghuni bumi ini kenyataannya dewasa ini kalah bertarung dari percaturan peradaban dunia. Islam sekarang ibarat penonton yang cemburu. Hanya mampu melihat dari luar tanpa bisa mengambil peran dan kontribusinya. Seperti sabda Nabi, suatu saat Islam akan seperti bui, mengikuti arus gelombang ke manapun kita dihempaskannya. Kita tertekan, terzhalimi, tertindas tanpa bisa berbuat banyak. Lihatlah betapa banyak saudara-saudara kita terusir dari tanahnya, hartanya dirampas, rumahnya dibakar, saudari-saudari kita di jarah kehormatannya, anak-anak di bunuh dan dimurtadkan. Apa yang kita lakukan? Paling berteriak-teriak marah, berdemonstrasi, mengecam, mengutuk, dan sedikit mengumpulkan dana. Selalu begitu tampilan kita. Rapuh dan antagonis, marah dan tidak berdaya, protes lalu lupa.

Kita tidak pernah menyalahkan Islam. Islam adalah sistem nilai yang mutlak kebenarannya.  Permasalahan utama dari umat ini bukan dari Islam itu sendiri, melainkan dari kualitas individunya. Dari pondasi aqidah yang rapuh, dari lemahnya iman, dari pemahaman yang begitu parsial, dari ukhuwah Islamiyah yang terabaikan, dari Al-Quran dan As-Sunnah yang tidak lagi dijadikan way of live.

Menengok jauh ke belakang, sejatinya kita punya sejarah. Islam menyimpan sejarah kedigdayaan imperiumnya. Sejarah mencatat Islam pernah berjaya selama lebih dari tujuh abad sebelum terakhir runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani 1942 silam. Sedangkan peradaban Barat yang hari ini baru berumur 450an tahunan sudah berada pada ambang batas masanya. Tinggal menunggu waktu dan kita akan lihat peradaban Barat ini akhirnya kolaps dan akan tinggal cerita seperti saudara-saudaranya, komunisme dan sosialisme.

Kita umat Islam sejatinya selalu punya kesempatan untuk bangkit. Jika pendahulu-pendahulu kita mampu membangun imperium sebesar itu, pastinya dengan ideologi yang sama, dengan sistem nilai yang sama, dengan Al-Qur’an yang sama tentu tidak menutup kemungkinan jalan yang sama itu terbuka lebar untuk kita lanjutkan tongkat estafetnya. Dan yang paling utama, kita jangan sampai melupakan janji Allah swt yang tidak pernah diingkari-Nya. Bahwa akan ada suatu masa Allah akan memberikan khilafah di muka bumi ini kepada orang-orang beriman (QS, 24:58). Dan juga nabi kita Muhammad saw dalam nubuwatnya telah memberikan isyarat tentang periodisasi perjalanan sejarah umatnya. Tahapan tersebut meliputi periode Nubuwwah -> periode Khilafah -> Mulkan ‘Adhon -> Mulkan Jabbariyah dan terakhir -> Khilafah ‘ala Manhaj Nubuwah. Masa sekarang ini dikategorikan para ulama sebagai periode Mulkan Jabbariyah masa di mana pemimpin-pemimpin sekuler mendominasi dan menindas umat Islam.

Jika barat sedang bergulat dengan kehancurannya, kita seharusnya sebagai generasi pengganti dan pewaris peradaban hendaknya juga lebih aktif, lebih giat mempersiapkan diri. Membangun fondasi aqidah yang lurus, mempersiapkan generasi-generasi Rabbani, mempersiapkan pemimpin-pemimpin yang kompatibel syariat, mempersiapkan sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem politik, hukum dan  sistem-sistem hidup dan tata nilai lainnya yang tentunya berlandaskan AL-Quran dan Sunnah.

Hal inilah yang terlalu lama kita lalaikan. Kita disibukkan dengan perkara-perkara furu’iah, masalah ikhtilaf dan lalai memperhatikan masalah utama kita. Kita terlalu sibuk mengurusi ocehan-ocehan kaum sekuler, membela diri dari tuduhan-tuduhan teroris yang dialamatkan kepada kita, menjawab isu-isu gender, poligami dan semisalnya. Kita terlalu disibukkan dengan perkara-perkara yang kontra produktif seperti itu. Kita seharusnya bekerja, memikirkan agenda-agenda besar yang harus dikerjakan, kita harus berlatih mengabaikan perkara-perkara kecil. Bukankah nabi sang manusia agung juga mengalami perkara yang sama. Beliau di tuduh penyihir, keluarganya difitnah, di hina, di boikot, bahkan di anggap gila. Pondasi pokok itulah yang seharusnya dibenahi, dipermantap, direkonstruksi ulang menjadi suatu agenda masa depan yang jelas yang akan membawa kita kepada kemenangan Islam. Wallahualam.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa tingkat akhir di Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang. Juga masih tercatat sebagai mahasiswa di Ma'had Abdurrahman bin A'uf, tingkat 2 jurusan bahasa Arab.

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization