Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Cinta & Harapan di Masa Tua

Cinta & Harapan di Masa Tua

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Judul Buku: Cinta & Harapan di Masa Tua
Penulis:  Naqiyyah Syam DKK
Penerbit:  Penerbit Jendela (Lini Zikrul Hakim)
Genre:  Antologi Kisah Inspiratif
Terbit:  Cetakan Pertama Juli 2013
Jumlah Halaman: 256 Halaman
ISBN: 978-979-063-814-3

Bagaimana Menyayangi Lansia di Usia Senja

Cover buku "Cinta & Harapan di Masa Tua".
Cover buku “Cinta & Harapan di Masa Tua”.

dakwatuna.com – Kata-kata yang sangat benar adalah, bahwa orang-orang tua sudah pernah merasakan muda. Sedangkan orang muda belum pernah merasakan menjadi tua. Ringkih, berkurang produktivitas, kesempurnaan fisik dan juga kesehatan.

Ketika memasuki dunia senja, para lansia itu terkadang mengalami perubahan yang harus diiringi dengan berbagai pemakluman dan pengertian anak-anaknya juga orang-orang dekat yang berada di sisinya. Baik merawat atau sekadar menemani mereka.

Terkadang mereka berubah sifatnya menjadi kembali seperti anak kecil, sebagaimana diceritakan dalam buku bersampul hijau lembut ini, oleh Annisa Widiyarti. Betapa Bapaknya yang sudah sepuh selalu menginginkan jajanan apa saja yang dimakan cucunya. Maka bagi penulis, saat itulah saatnya memenuhi segala permintaan bapaknya, jika dulu sang Bapak sering berjalan jauh hanya untuk membeli bubur atau jajanan yang diinginkan anak-anaknya, maka saat itulah sang anak harus memenuhi permintaan Bapaknya. (Hal 88).

Ada juga dalam kisah lain, Lansia yang mengalami perubahan karakter secara drastis. Ketika masa mudanya begitu hangat dan humoris. Namun saat renta dan sakit-sakitan sifat hangatnya itu hilang berganti dengan karakter cerewet dan selalu menganggap serba salah sikap orang-orang yang menemani dan merawatnya. Sehingga seiring waktu bergulir, segala upaya pengobatan dan perawatan adalah perjuangan bagi anak-anaknya. Perjuangan menjaga bakti agar tetap putih, menjaga persaudaraan agar tetap rapi, dan yang lebih pasti adalah menjaga rasa hati dari sebuah noktah bernama bosan. (hal 194)

Merawat lansia yang sakit memang bukan hal mudah. Jika merawat balita dengan ompolnya kita masih bisa tersenyum, berharap buah hati tumbuh besar dan sehat untuk selanjutnya memberi warna dan harapan di masa depan. Bagaimana jika yang dirawat adalah “bayi” renta? Setiap menit serasa tidak mungkin diharapkan kesembuhan, apalagi pertumbuhan menjadi lebih baik. Pernahkah terbersit angan dan tanya hitam, ‘kapan saat itu tiba?’

Tantangan paling nyata adalah lansia yang hidup bersama kita itu membawa dua pilihan, yaitu: membuka pintu surga atau menguak keburukan sifat dan sikap kita. Semua tergantung kita menyikapinya saat kita dihadapkan dengan dunia lansia yang penuh teka-teki, keharuan, kelucuan bahkan juga bisa jadi menjengkelkan.

Buku yang diangkat dari kisah nyata beberapa penulis ini mencoba membuka tabir seputar dunia lansia untuk memberi pemahaman kepada kita terhadap dunia mereka, sehingga kita bisa menyikapinya secara benar, tanpa beban dan bahkan perasaan senang.

Buku ini juga disertai beberapa tips berdasarkan pengalaman penulis, misalnya saat memperlakukan orang tua yang sudah lumpuh. Disarankan saat aktivitas mandi tidak hanya dimandikan di tempat tidur. Sebaiknya tetaplah memandikannya di kamar mandi, mengguyur dengan air agar lebih menyegarkan badannya. Kemudian tetap mengajak mereka melihat dunia luar dan terus memotivasi.

Tidak semua lansia itu menjadi merepotkan dan mau dirawat anak-anaknya. Beberapa dikisahkan juga lansia yang selalu berusaha mandiri dan mengisi hari-hari tuanya dengan kegiatan yang bermanfaat. Sebagaimana yang diceritakan oleh Sinta Handini tentang neneknya. Di masa senja menjadi lansia dan hidup berjauhan dengan semua anak-anaknya, sang nenek memilih tak mau tinggal dengan salah satu anaknya namun tetap tinggal di kampung tempat sang suami dimakamkan. Sang nenek suka merawat kucing dan ayam. Bahkan juga mengasuh banyak anak putus sekolah untuk dibantu pendidikannya hingga mandiri. Bahkan sang nenek juga rajin menulis diary, yang pada akhirnya ditemukan oleh cucunya sehingga bisa menyusuri jejak perbuatan-perbuatan mulia dari sang nenek. (hal 117)

Buku yang sangat direkomendasikan buat orang-orang yang masih diberikan kesempatan untuk menemani dan merawat orang tuanya. Untuk bisa mengambil pelajaran tentang sabar, telaten dan ikhlas berbakti. Bahkan juga pelajaran untuk bersiap diri bagaimana kelak saat kita harus menjadi tua?

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization