Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pintu Kegagalan yang Sebenarnya

Pintu Kegagalan yang Sebenarnya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (www.huntingenglish.com)
Ilustrasi. (www.huntingenglish.com)

dakwatuna.com – Pernahkah kita merasa berhasil dan sukses? Setiap ide, waktu terbaik yang telah dikorbankan, serta kerja keras yang telah diusahakan, berakhir dengan karya teramat besar. Semua orang mengakui dan mengaguminya. Fenomenal.

Perasaan kita pun terasa berbunga-bunga. Terasa begitu indah, iya kan? Kegagalan-kegagalan yang selama ini pernah dirasakan, seakan sirna seketika. Bahkan, serasa tak pernah ada.

Namun, justru di waktu yang sama, saat capaian kesuksesan itu diperoleh, kita dihadapkan dengan peluang untuk memilih ‘pintu kegagalan yang sebenarnya’. Hebatnya, pintu kegagalan yang sebenarnya ini, selalu hadir sesaat setelah kesuksesan tercapai.

Pintunya seakan terbuka lebar, persis selebar kesuksesan yang kita capai. Ukiran pintunya pun indah. Sangat menarik hati. Sayangnya, di balik pintu indah yang terbuka lebar itu, hanya ada kehancuran dan kehinaan.

Sebenarnya, banyak di antara kita menyadarinya. Karena bukan sekali dua, hati ini pernah tergoda untuk masuk ke dalamnya. Kehancuran pun datang. Tapi, di kemudian hari kita mengulanginya lagi. Apalagi pintunya kini semakin indah. Persis seindah kesuksesan yang tengah kita raih. Ketahuilah, pintu itu adalah kesombongan.

Kebanyakan manusia mempunyai kelemahan yang sama, yaitu godaan untuk sombong. Perasaan senang dipuji, merasa ditinggikan, adalah sesuatu yang teramat disukai. Dari sanalah kesombongan terlahir, kemudian tumbuh membesar. Hingga akhirnya, menghimpit orang-orang yang telah memilihnya sebagai teman hidup.

Sudah banyak dampak buruk yang telah kita lihat langsung akibat kesombongan ini. Ahh, semua pasti tahu. Tak perlu dijelaskan lebih detil lagi. Karena mungkin kita pernah sebagai pelakunya atau merasakan dampak buruknya. Contohnya terlalu banyak.

Alkisah, ada seekor katak yang bermimpi untuk terbang. Hampir semua teman-temannya tahu akan impiannya itu. Karena, selalu itu yang dijadikan bahan cerita saat bertemu dengan siapapun. Namun, banyak teman-temannya yang mencemooh impiannya itu. Mustahil.

Semakin dicemooh, sang katak semakin bersemangat untuk merealisasikannya. Berbagai cara telah ditempuhnya, namun tetap saja gagal. Katak ini tak pernah menyerah. Hingga akhirnya sang katak mendapat ide brilliant usai memperhatikan burung-burung terbang mengangkut serpihan-serpihan jerami.

Sang katak bergegas menuju ke tumpukan jerami. Sampai di sana, Ia berusaha menggigit bagian tengah batang jerami. Tak lama kemudian, dua ekor burung membawa terbang jerami itu. Katak pun ikut terangkut. Ia semakin mengencangkan gigitannya agar tidak jatuh.

Kini sang katak bisa terbang. Impiannya tercapai sudah. Hatinya senang. Sepanjang jalan dia bertemu dengan teman-temannya.  Semua mengaguminya. Decak salut serta pujian pun melimpah. Hingga akhirnya katak mulai sombong.

Tiba-tiba ada suara dari bawah bertanya, “Duhai, hebatnya dikau wahai katak. Impianmu untuk terbang kini telah tercapai. Ide hebat siapa kah itu?”

Sang katak tak mau kehilangan kesempatan untuk menguatkan eksistensinya. Dengan perasaan meluap Ia pun hendak menjawab dengan sedikit berteriak, agar semua orang mendengar. “SAYA…” Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, sang katak lupa dan melepaskan gigitannya pada jerami. Tubuh mungil sang katak yang awalnya terbang tinggi di angkasa itu, kini menukik tajam menuju bumi. Tubuhnya hancur membentur tanah dan bebatuan. Sang katak pun mati seketika.

Begitulah, selalu ada pintu dengan ukiran indah yang terbuka lebar sesaat setelah kesuksesan hadir. Tapi di balik pintu itu hanya ada kehancuran dan kehinaan. Itulah kegagalan yang sebenarnya. Semoga kita tidak tergoda untuk memasukinya. Karena pintu itu adalah kesombongan.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Sarjana Sains (S.Si) di bidang Fisika, FMIPA Universitas Andalas, kini aktif di bidang Social Entrepreneure.

Lihat Juga

Adakah Cinta Itu? Dan Untuk Siapa Cinta Sebenarnya?

Figure
Organization