Topic
Home / Berita / Nasional / Tempo Dituding ‘Memeras’ Bank Mandiri; BHM: “Saya Rasa (Penulis) itu Bukan Karyawan Kami”

Tempo Dituding ‘Memeras’ Bank Mandiri; BHM: “Saya Rasa (Penulis) itu Bukan Karyawan Kami”

Cover Majalah Tempo Edisi 18 Agustus 2013. (store.tempo.co)
Cover Majalah Tempo Edisi 18 Agustus 2013. (store.tempo.co)

dakwatuna.com – Majalah Tempo bersama lembaga riset Katadata dituding melakukan pemerasan terhadap Bank Mandiri berkaitan dengan kasus suap SKK Migas yang melibatkan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini. Tudingan tersebut ditulis oleh seorang pengguna situs Kompasiana bernama “Jilbab Hitam”, yang mengaku bekas wartawan Tempo angkatan 2006, hari Senin kemarin (11/11/2013).

Di tulisan berjudul “TEMPO dan KataData ‘Memeras’ Bank Mandiri dalam Kasus SKK Migas?”, disebutkan Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk Bambang Harimurti menelepon Dirut Mandiri Budi Gunadi Sadikin menanyakan soal proposal Katadata, yang menawarkan diri sebagai konsultan komunikasi terkait penangkapan Direktur SKK Migas Rudi Rubiandini. Rudi adalah komisaris bank pemerintah itu.

Menurut penulis itu, karena Mandiri tak meloloskan proposal Katadata, majalah Tempo lalu menerbitkan laporan bertajuk “Setelah Rudi, Siapa Terciprat?” pada edisi 18 Agustus 2013 dengan gambar sampul Rudi Rubiandini.

Berikut ini kutipan dari tulisan tersebut:

“Alhasil, terbitlah Majalah TEMPO edisi 18 Agustus 2013 dengan judul Setelah Rudi, Siapa Terciprat? yang isinya begitu mendiskreditkan Bank Mandiri dalam kasus SKK Migas. TEMPO membentuk opini bahwa aksi suap Rudi Rubiandini tidak akan terjadi apabila Bank Mandiri tidak memfasilitasinya,” keluh dia.

Menanggapi tudingan tersebut, Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk Bambang Harimurti dalam pemberitaan di situs Tempo mengatakan “Saya malah baru tahu ada proposal Metta (KataData) ke Mandiri dari tulisan ini. Kalau Tempo jauhlah dari memeras. Iklan yang diduga ‘bermasalah’ saja kami tolak kok.”. Sedangkan KataData adalah lembaga riset yang dipimpin Metta Darmasaputra, mantan wartawan Tempo, demikian seperti dilansir Tempo.

Dalam berita di situs Tempo yang lain Bambang juga mengatakan bahwa penulis yang menjelek-jelekkan Tempo di Kompasiana bukanlah mantan wartawan media massa tersebut. “Saya rasa itu bukan karyawan kami, karena gaji wartawan Tempo tidak segitu,” kata Bambang, Selasa (12/11/2013).

Terkait dengan perihal gaji tersebut, akun anonim “Jilbab Hitam” menulis:

Memang, secara gaya, permainan uang dalam grup TEMPO berbeda gaya dengan grup Jawapos. Teman saya di Jawapos mengatakan, falsafah dari Dahlan Iskan (pemilik grup Jawapos) adalah, gaji para wartawan Jawapos tidak besar, namun manajemen Jawapos menganjurkan para wartawannya mencari ‘pendapatan sampingan’ di luar. Syukur-syukur bisa mendatangkan iklan bagi perusahaan.

TEMPO berbeda. Kami, wartawannya, digaji cukup besar. Start awal, di angka 3 jutaan. Terakhir malah mencapai 4 jutaan. Bukan untuk mencegah wartawan TEMPO bermain uang seperti yang dipikir banyak orang. Rupanya, agar para junior berpikir demikian, sementara para senior bermain proyek pemberitaan.

Berdasarkan penelusuran redaksi dakwatuna.com, tulisan tersebut sudah hilang dari kompasiana. Sedangkan akun “Jilbab Hitam” yang baru dibuat tanggal 11 November 2013 tidak memiliki arsip tulisan apapun. Dan dalam profilnya hanya dituliskan “Eks wartawan TEMPO, kini buruh biasa”. Namun demikian tulisan yang sempat muncul di Kompasiana tersebut sudah beredar di social media dan beberapa forum diskusi onlinebahkan dipublikasikan kembali oleh beberapa media online lainnya. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Harmonisasi Laporan Audit Bank Syariah Sebagai Tantangan Keuangan Islam di Masa Depan

Figure
Organization