Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Penerimaan Tulus, Kenapa Sulit?

Penerimaan Tulus, Kenapa Sulit?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (nyepsycho.wordpress.com)
Ilustrasi (nyepsycho.wordpress.com)

dakwatuna.com – Berat. Satu kata yang cocok untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang kehilangan benda berharga atau kehilangan seseorang yang spesial dalam hidupnya. Sebagai manusia biasa kita tidak bisa menutupi rasa kehilangan itu dengan perasaan biasa-biasa saja. Pasti ada lubang perih yang tertoreh di hati kita, ada air mata hiba yang mengapung di mata kita. Mau seperti apa pun pekerjaan kita, status kita, atau apalah namanya, jika kehilangan itu menimpa diri kita maka sakit dan pedih akan segera mendera.

Contohnya saja, ketika ada salah seorang dari orang tua kita yang telah ALLAH jemput terlebih dahulu meninggalkan kita dan dunia ini, maka pastilah langit yang ada di atas kita rasa terbelah-belah berkeping. Muncul pertanyaan-pertanyaan tak terima, mengapa harus begini, mengapa harus terjadi kepada saya, atau sebagainya. Seolah kita ingin lari dari kenyataan, kabur dari takdir Tuhan. Tapi, pernahkah kita pertanyakan, apakah rahasia yang telah ALLAH sediakan dibalik ini? Apakah hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari semua kejadian ini? Mengapa kebanyakan kita seringkali lupa akan hal tersebut. Padahal ALLAH tidak pernah main-main dengan janji-NYA, ketika DIA telah berucap “sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan” maka yakinlah bahwa sesungguhnya pasti sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Contoh tersebut setidaknya bisa memberikan kita pemahaman yang baik. Rasa sakit dari kejadian menyakitkan bertahan sementara, namun penerimaan yang tulus akan semua itu, pemahaman yang baik setelahnya, itulah yang abadi.

Kita tidak bisa mematokkan bahwa yang berada di dekat kita selamanya akan bersama kita. Apapun itu jelas tidak ada yang abadi. Harus kita sadari dari awal bahwa segala yang ada di dunia akan hilang dan berganti, baik itu orang tua kita, harta, teman, atau bahkan malah kita. Tapi satu yang jelas, ALLAH dan janji-NYA itulah yang abadi.

Ingatlah, ketika kehilangan itu menimpa diri kita, ketika kita kehilangan kesempatan emas, kehilangan seseorang yang sangat berharga, pun kehilangan harta benda milik kita. Maka tenang saja, akan datang sesuatu pengganti yang lebih baik, lebih pantas untuk kita. Asalkan syarat kita penuhi, yakni bersabar. Kepada orang-orang yang sabar menerima segala kehendak Sang Rahman maka hal-hal yang jauh lebih baik akan datang kepadanya, bahkan melebihi apa yang sebelumnya pernah ada. Begitulah janji Tuhan

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi Psikologi Unand. Ingin menjadi penulis inspiratif. Saat ini sedang menggarap satu buku nonfiksi bergenre psikologi, dan 2 novel.

Lihat Juga

Istighfar Melapangkan Kesulitan

Figure
Organization