Topic
Home / Narasi Islam / Sejarah / Mempelajari Yahudi Tiap Hari

Mempelajari Yahudi Tiap Hari

Yahudi, militer dan sipil sama saja (inet)
Yahudi; militer dan sipil sama saja (inet)

dakwatuna.com. Seekor burung hanya akan bisa melesat ke udara jika terbang dengan kedua belah sayapnya. Kalau hanya mengandalkan satu sayap, burung itu tidak akan bergerak meninggalkan tanah. Dia hanya akan meloncat-loncat tak seberapa tinggi. Hal yang sama terjadi jika sebelah sayapnya besar, kuat, dan sehat, sedangkan sebelah sayap yang lain kecil, lemah, dan sakit.

Fenomena yang harus kita syukuri, ketika kota Gaza diserang, gelombang demontrasi dukungan kepada Palestina menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, gelombang itu bahkan sangat terasa juga di kota-kota kecil, di sekolah-sekolah dasar, majelis-majelis taklim, dan sebagainya. Selain pernyataan dukungan, mereka juga memobilisasi dana bantuan. Bahkan ada sebuah sekolah dasar yang tak seberapa besar, di daerah Kebayoran Lama, bisa menghimpun dana lebih dari 100 juta rupiah.

Seringkali kita menghimpun dana untuk membangun kembali Palestina yang hancur dibombardir Yahudi. Baru saja sebuah bangunan selasai didirikan, datanglah serangan Yahudi. Demikian, tidak ada habis dan selesainya. Oleh karena itu, harus dipikirkan bagaimana umat Islam bersatu-padu melawan dan menghancurkan Yahudi, seperti mereka bersatu-padu membantu rakyat Palestina. Dua sayap dikepakkan bersamaan.

Yahudi atau Israel?

Umat Islam sangat kurang memahami musuhnya. Bahkan namanya saja, masih dibingungkan. Masih banyak yang menyebut mereka sebagai Israel. Padahal sangat berbeda antara Yahudi dan Israel. Israel atau Bani Israil bermakna anak-cucu (keturunan) Nabi Yakqub as. Karena Israel bermakna “Hamba Allah swt.”, yang merupakan gelar Nabi Yakqub as. Orang-orang Yahudi sangat senang dengan sebutan ini. Karena dengan demikian mereka adalah pewaris kenabian; mereka juga merupakan bangsa pilihan, sesuai dengan firman Allah swt.: “Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” [Al-Baqarah: 47]. Mereka pun akhirnya berhak dengan tanah yang dijanjikan Allah swt.

Sedangkan Yahudi adalah nama yang digunakan Allah swt. untuk menyebut mereka yang hidup setelah diutusnya Rasulullah saw., dan tidak mau beriman dengan risalah yang dibawanya. Kata yang senada dengan nama tersebut adalah (الذين هادوا), (الذين قالوا إنا هدنا إليك), dan (هود). Al-Qur’an yang turun pada fase Madinah, menggunakan kata-kata ini untuk menyebut mereka.

Sebaiknya kita tidak menggunakan kata Israel atau Bani Israil untuk menyebut mereka. Apalagi dalam demo-demo yang melaknat mereka. Karena kata Bani Israil masih bisa meliputi para nabi dan orang-orang shalih dari kalangan keturunan Nabi Yakqub. Misalnya Nabi Yusuf, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, Nabi Yahya, Nabi Isa, dan sebagainya. Mereka semua adalah Bani Israil, dan bukan Yahudi. Allah swt. berfirman: “Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: “Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah?” [Al-Baqarah; 140].

Sedangkan segelintir dari kalangan mereka yang mau beriman dan mengikuti Rasulullah saw. masih bisa dipanggil dengan sebutan Bani Israil. Sehingga ada istilah israiliyyat, yaitu kisah-kisah yang diriwayatkan oleh kalangan Bani Israil yang masuk Islam.

Yahudi dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menceritakan kisah Yahudi dengan sangat detail dan panjang, yaitu ketika bercerita tentang mereka bersama Nabi Ya’qub, Yusuf, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa. Sehingga kisah mereka demikian panjang dan detail. Berbeda dengan kisah-kisah kaum yang lain. Ketika masa Nabi Muhammad saw., beliau mulai berhadapan dengan mereka setelah hijrah ke Madinah. Saat itu ada beberapa suku Yahudi yang tinggal di sekitar Madinah, yaitu Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Khaibar. Hal tersebut juga diceritakan dalam Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an juga terdapat surat yang dinamakan dengan nama mereka, surat Bani Israil. Ada juga surat yang dinamakan dengan salah satu kisah mereka, surat Al-Baqarah (kisah mereka diperintahkan untuk menyembelih sapi)

Seluruh kisah tersebut tersebar dalam surat-surat Al-Qur’an. Di samping ada surat-surat tertentu yang membahas mereka. Sehingga seorang muslim yang membaca Al-Qur’an satu juz, atau setengah juz, atau seperempat juz, setiap hari, dia pasti akan bertemu dengan salah satu kisah mereka. Ini mengisyaratkan bahwa setiap muslim harus mempelajari detail Yahudi secara intensif. Bahkan setiap hari, seperti disiratkan dengan wirid harian Al-Qur’an di atas.

Kisah mereka yang tertulis dari awal hingga akhir Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa permusuhan antara umat Islam dan Yahudi akan berlangsung hingga hari kiamat. Bahkan Rasulullah saw. menyebutkan bahwa berhentinya permusuhan tersebut dengan kemenangan umat Islam menandakan segera datangnya hari Kiamat. Rasulullah saw. bersabda: “Kiamat tidak akan datang sebelum kalian memerangi Yahudi. Hingga bebatuan pun akan berkata, ‘Wahai Muslim, di belakangku ada seorang Yahudi, kemarilah, bunuh dia. [HR. Bukhari].

Jadi, bisakah kita mengharapkan perdamaian dengan mereka?

Lain Dulu Lain Sekarang?

Ada sebagian kalangan yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi jaman sekarang berbeda dengan mereka yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Orang-orang Yahudi menyadari diri mereka telah habis ditelanjangi dalam Al-Qur’an, sehingga mereka pun menyebarkan persepsi ini.

Kalau Yahudi jaman Rasulullah saw. sama dengan Yahudi jaman Nabi Musa as. yang berselisih waktu puluhan abad, maka Yahudi jaman sekarang pun akan tetap sama. Dalam sejarah modern pun, diketahi bahwa sifat-sifat mereka sangat dibenci oleh negara-negara tempat mereka berada, sehingga mereka pun misalnya dibantai dan diusir dari Eropa.

Walaupun mereka membenci seluruh bangsa yang berlainan ras, ada kebencian khusus mereka kepada umat Islam. Hal itu disebabkan sifat kedengkian mereka bahwa nabi terakhir yang mereka tunggu-tunggu ternyata tidak berasal dari garis keturunan mereka, Nabi Yakqub as., tapi berasal dari saudaranya yang berlainan ibu, Nabi Ismail as. Kedengkian ini tidak akan pernah sembuh karena semakin besar umat Islam, akan semakin dengki mereka kepada umat Islam. Sehingga wajarlah kalau ada sumber sirah nabawiyah yang menyebutkan bahwa Yahudi yang beriman kepada Rasulullah saw. hanya berjumlah 15 orang. Berbeda dengan orang-orang musyrikin yang berjumlah ratusan ribu. (msa/dakwatuna)

Redaktur: M Sofwan

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ketua Studi Informasi Alam Islami (SINAI) periode 2000-2003, Kairo-Mesir

Lihat Juga

Palestina Tolak Rekonsiliasi Tanpa Kemerdekaan

Figure
Organization