Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sekolah dan Kepemimpinan

Sekolah dan Kepemimpinan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Ibnu Qadri Al-Banjari)
Ilustrasi. (Ibnu Qadri Al-Banjari)

dakwatuna.com – Dalam Islam, pendidikan dan kepemimpinan memang bukan hal baru. Ayat yang pertama turun – yang menandakan dimulainya kenabian beliau – jelas mengisyaratkan pentingnya pendidikan. Tak berhenti pada ayat tersebut, Al-Qur’an pun banyak sekali bertutur tentang kepemimpinan. Di antara ayat yang jelas memaparkan pada kita tentang kepemimpinan adalah pada Surah Al-Baqarah ayat 247-252.

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (247)

Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan [156] dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. (248)

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (249)

Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdoa: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (250)

Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah [157] (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (251)

Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus. (252)

Cerita selanjutnya adalah tentang musa, dalam beberapa ayat berikut

أَنِ ٱقْذِفِيهِ فِى ٱلتَّابُوتِ فَٱقْذِفِيهِ فِى ٱلْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ ٱلْيَمُّ بِٱلسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّۭ لِّى وَعَدُوٌّۭ لَّهُۥ ۚ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةًۭ مِّنِّى وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِىٓ

‘Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir`aun) musuh-Ku dan musuhnya’. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di atas mataku (QS Thaha [20]: 39)

وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِىٓ adalah titik inti pembicaraan. Ini bukti bahwa sosok kepemimpinan agung yang melekat pada Nabi Musa sesungguhnya hasil dari pendidikan dari Allah swt.

Lalu Allah melanjutkan penegasannya pada ayat ke 41 di surah yang sama.

واصطنعتك لنفسي

Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku (menjadi rasul).

Pendidikan langsung dari Allah untuk para rasul seperti pada Nabi Musa As seperti di atas pun diakui oleh Nabi Muhammad saw dalam haditsnya.

أدبنى ربى فاحسن تأديبي

“Tuhanku telah mendidikku, maka menjadi baiklah adabku”

Mengapa pendidikan kepemimpinan menjadi begitu penting?

Memanusiawikan manusia, Itu yang sering kita dengar sebagai tujuan pendidikan. Formal atau pun tidak lembaganya tujuan di atas tak bisa dikesampingkan letaknya. Di sisi lain, ada kepemimpinan, suatu hal yang niscaya, yang harus dan selalu ada pada kehidupan manusia.

Di mana pun kita berada, kita memang tak bisa lari dari kenyataan ini. Jika tidak sebagai sosok yang memimpin, kita pasti sedang berada di posisi orang yang dipimpin, kapan pun dan di manapun itu.

Seorang laki-laki berusia 25 tahun yang sudah menikah, misalnya. Di rumah tangganya,  ia adalah pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Lain lagi ketika di kantor, (mungkin) ia tidak lagi sebagai pemimpin, melainkan sebagai karyawan, – yang artinya – dia menjadi sosok yang dipimpin. Sebagai warga masyarakat, ia menjadi warga yang harus taat pada pemimpinnya, RT, RW, Lurah, dan seterusnya. Jika ia pulang kampung, ia bertemu dengan orang tuanya, ia pun berubah peran lagi menjadi anak yang dipimpin orang tuanya.

Maka tak perlu heran, sebab masing-masing kita akan terus berada pada salah satu dari dua posisi itu di manapun kita berada. Diharapkan atau tidak, memimpin atau dipimpin adalah dua sisi mata uang keniscayaan yang tak bisa ditolak kehadirannya. Maka, tidak ada pilihan lain lagi, yang ada hanyalah konsekuensi dan penunaian amanah yang harus ditunaikan.

Mari kembali merenungi wejangan nabi saw yang diriwayatkan olah Ibnu Umar RA.

Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal hal yang dipimpinnya. (HR Bukhari & muslim)

Selanjutnya mari kita lihat penjelasan tentang pentingnya ilmu kepemimpinan. Umar bin Khattab menerangkan lebih dalam akan pentingnya hal ini. Tentunya untuk memaksimalkan tugas dan fungsi kita dalam kepemimpinan. Tegasnya, di manapun posisi kita, sebagai pemimpinkah atau pun sebagai orang yang dipimpin, tentu ada kebutuhan yang harus dipenuhi agar kita mampu memainkan peran dengan sebaik-baiknya.

Beliau mengungkapkannya dengan kata-kata singkat namun penuh makna dan mendalam. “Hendaklah kamu belajar menjadi faqih sebelum kamu dilantik menjadi pemimpin”. (Riwayat Al-Bukhari)

Mafhum mukholafah dari ungkapan Sayyidina Umar bin Khattab di atas adalah hadits di bawah ini

Dari Abu Hurairah R.A bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Apabila amanah dipersia-siakan, tunggulah saat kehancurannya!” Seorang bertanya lagi: “Bagaimanakah amanah itu dipersia-siakan?” Jawab baginda: “Apabila diserahkan urusan kepemimpinan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak layak), maka tunggulah saat kehancuran (hari kiamat)”. (Riwayat al-Bukhari)

Apa yang harus dilakukan sekolah untuk pendidikan kepemimpinan?

Kegiatan “Guest Speaker” di SMP IT Abdurrab – dengan tema “a leader always study hard”. (Dok SMP IT Abdurrab)
Kegiatan “Guest Speaker” di SMP IT Abdurrab – dengan tema “a leader always study hard”. (Dok SMP IT Abdurrab)

Menjadi teranglah bahwa keberadaan pendidikan kepemimpinan sangat penting di masyarakat. Tapi, sudahkah gelanggang penggodokan kepemimpinan di Negara ini berfungsi dengan baik? Barang kali itulah pertanyaan yang mesti segera dijawab juga direalisasikan.

A.B chombs – sebuah sekolah di barat – pernah melakukan survey yang bertujuan mengungkap apa saja yang menjadi harapan orang tua saat anak-anaknya lulus dari sebuah lembaga pendidikan. Anehnya, tak satu pun dari orang tua yang menyinggung masalah prestasi akademis anak-anaknya. Menjadi mayoritas, bahwa orang tua mengatakan “Dunia telah berubah. Saya ingin anak saya tetep melek teknologi, lebih kreatif, mampu membuat keputusan yang lebih baik, dan mampu bekerja sama lebih baik dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Pada saat bersamaan, saya ingin mereka baik budi, jujur, sopan, tegas, hormat, disiplin, dan menjadi warga terhormat.”  – lihat buku “the leader in me” Stephen R. Covey

Ungkapan orang tua di atas sebenarnya mengarah pada hal-hal kebaikan universal yang diajarkan Islam jauh sebelum mereka mengadakan survey tersebut. Lihat saja literatur Islam tentang akhlak yang telah menyentuh dengan tepat setiap sisi yang menjadi harapan orang tua itu. Maka, jika ditanya bagaimana lembaga pendidikan mampu menjadi solusi atas harapan orang tua tersebut? Kita tawarkan satu jawaban saja, Syumuliyatul Islam. Sebab pemahaman dan pengamalan Islam yang syumul akan dapat menjadi pemecah bagi masalah apapun, kapan pun, dan di manapun. Dengan berislam seseorang akan memiliki tabungan kebiasaan-kebiasaan baik universal yang banyak.

Lihat kembali beberapa kutipan di bawah ini, cukup membuktikan bahwa Islam telah menjadi jawaban atas persoalan yang orang tua harapkan dari anak-anaknya terkait kepemimpinan dan kebaikan-kebaikan universal. Maka, ke sinilah hendaknya pendidikan kita arahkan.

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم

« المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »

Diriwayatkan dari Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

ان الصدق يهدى الى البر, ان البر يهدى الى الجنة, وان الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا, وان الكذب يهدى الى القجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا

رواه البخارى و مسلم

“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada kelaliman, dan kelaliman itu akan menghantarkan ke arah neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

اية المنافق ثلاث : اذا حدث كذب واذا وعد أخلف واذا ؤتمن خان

“Tanda orang yang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berbohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya ia berbuat khianat” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.).

… وشاورهم في الأمر …

… Dan bermusyawarahlah dalam urusan-urusan mereka … (QS Ali Imran: 159)

الوقت كالسيف ان لم تقطعه قطعك

Waktu itu bagaikan pedang, jika kau tak menebasnya, engkaulah yang ditebas (pepatah Arab)

Demikianlah kesempurnaan Islam mampu menjadi problem solver bagi apapun permasalahan yang dihadapi. Dan satu dari permasalahan itu adalah mencetak generasi yang memiliki karakter pemimpin melalui pendidikan.

Maka sekolah sebagai salah satu penanggung jawab pendidikan harus mampu menerjemahkan prinsip-prinsip Islam tentang kepemimpinan ke dalam kurikulum dan ekstra kurikulum di sekolah. Sehingga pendidikan tak melulu berkutat pada harapan kegemilangan akademis siswa yang sering menjadi beban di pundak siswa yang menjadikan mereka sulit untuk bisa berjalan tegak melangkah ke hari depan.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Staf Pengajar di Leadership School SMP IT Abdurrab ; Sekolah Sains Qur�ani � Pekanbaru. Relawan di Ma�had Mus�ab bin Umair, Yayasan Madinatul Qur�an Riau � Pekanbaru.

Lihat Juga

Tradisi Ilmu dan Pendidikan antara Islam dan Barat

Figure
Organization