Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Diplomasi Islam Damai Pelaut Cheng Ho Jadi Kajian

Diplomasi Islam Damai Pelaut Cheng Ho Jadi Kajian

Masjid Al-Islam Cheng Ho, Sriwijaya, di jalan Jakabaring, Palembang. (Foto: TEMPO/ Arif Ardiansyah)
Masjid Al-Islam Cheng Ho, Sriwijaya, di jalan Jakabaring, Palembang. (Foto: TEMPO/ Arif Ardiansyah)

dakwatuna.com – Magelang. Diplomasi pelaut asal Tiongkok, Laksamana Cheng Ho dikaji dalam acara Borubudur Writers and Cultural Festival, 17-20 Oktober 2013 di Hotel Manohara, Borobudur, Magelang Jawa Tengah. Festival tahunan ini ditutup dengan penyerahan penghargaan Sang Hyang Kamahayanikan kepada ilmuwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, A.B Lapian yang diterima perwakilan keluarganya di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Ahad malam, 20 Oktober 2013.

Presiden International Zheng He Society Cheng Ho Cultural Museum, Malaka, Tan Ta Sen, mengatakan Cheng Ho mempraktekkan diplomasi damai ketika melakukan penjelajahan laut di nusantara atau Indonesia dan negara kawasan lainnya.

Pelaut andal itu, menurut Tan Ta Sen, membawa perdamaian dan persahabatan dalam hubungan antarnegara yang memiliki perbedaan sistem politik. Tan Ta Sen mencontohkan peran Cheng Ho dalam mengukuhkan kekuatan maritim Cina pada Kekaisaran Dinasti Ming. “Cheng Ho juga menyebarluaskan keluhuran budaya Tiongkok tanpa menginvansi kawasan lain,” kata Tan Ta sen, Ahad sore, 20 Oktober 2013.

Tan Ta Sen mencontohkan bagaimana Cheng Ho mempromosikan budaya Cina ketika menjelajah samudera. Cheng Ho mengenalkan teknologi dan kemampuan produksi, gaya hidup masyarakat Tiongkok kepada masyarakat di tempat Cheng Ho menjelajah. Cheng Ho yang muslim memiliki pandangan dunia yang luas dan toleran terhadap bangsa yang memiliki beragam agama dan kebiasaan hidup.

Menurut Tan Ta Sen, selain pertukaran diplomasi, Cheng Ho berperan penting dalam bidang ekonomi, terutama pariwisata dan perdagangan laut. Cheng Ho melakukan perjalanan laut melintasi kawasan Asia. Di Indonesia, Cheng Ho singgah di Palembang, Samudra Pasai, Majapahit, Tuban, Gresik, Surabaya, Semarang, Cirebon, dan Demak.

Di Malaysia, Cheng Ho singgah di Malaka. Sedangkan di India, Cheng Ho sampai hingga Cochin dan Calicut. Di Malaka, kata Tan Ta Sen, terdapat bangunan yang menjadi jejak penghubung pelayaran Cheng Ho.

Guru Besar Chinese Studies Jurusan Sastra Cina, Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara, Abdullah Dahana mengatakan pelayaran Laksamana Cheng Ho menggambarkan diplomasi kebudayaan. Cheng Ho menyebarluaskan kebesaran kekuasaan dan keluhuran budaya Tiongkok tanpa menggunakan jalan kekerasan.

Contohnya, di kota-kota pesisir yang disinggahi Cheng Ho ditemukan tempat peribadatan. Tempat itu menunjukkan adanya sinkretisme antara Islam, budaya lokal, dan kepercayaan Tiongkok. “Itu dibuktikan dengan banyaknya tempat pemujaan untuk Cheng Ho sebagai muslim dan penganut Konfusianisme,” kata Dahana.

Selain itu, sebagian penduduk Cirebon mempercayai Cheng Ho dan anak buahnya mengajarkan leluhur orang Cirebon bercocok tanam padi. Begitu pula dengan corak batik Lasem yang menunjukkan pengaruh kuat motif Cina. Ini dipercayai sebagai warisan panglima Cheng Ho. Menurut Dahana, Cheng Ho memimpin armada besar dan kapal perang untuk ukuran zaman itu.

Cheng Ho menanamkan pengaruh kebesaran Tiongkok di negeri asing. Cheng Ho bisa saja menggunakan kekuatan senjata di bawah komandonya untuk menjajah wilayah laut selatan. Namun, Cheng Ho tidak melakukannya. “ Cheng Ho memamerkan kekuatan militer dan hegemoni Kekaisaran Tiongkok dengan jalan damai,” kata Dahana. (tempo/ded/dakwatuna)

 

 

Redaktur: Deddy S

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization