Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Pidato Haniyah,Mulai dari Pembebasan Tawanan hingga Rekonsiliasi Palestina

Pidato Haniyah,Mulai dari Pembebasan Tawanan hingga Rekonsiliasi Palestina

haniyahdakwatuna.com – Gaza. Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah menegaskan bahwa masalah tawanan Palestina di penjara Israel masih terbuka kemungkinannya untuk diselesaikan dengan berbagai macam cara dan tidak akan ditutup kecuali mereka semuanya sudah dibebaskan. Haniyah juga menyerukan kepada bangsa Arab dan Islam agar melakukan Intifadhah Al-Aqsha Raya dari Thanja sampai Jakarta. Haniyah juga menegaskan, rekonsiliasi Palestina adalah pilihan strategis nasional dan menyerukan agar segera mewujudkan dalam waktu secepat mungkin.

Dalam pidato yang disampaikan hari Sabtu (19/10) memperingati 3 tahun penandatanganan perjanjian pertukaran tawanan Palestina dan serdadu Israel yang dihadiri oleh sejumlah pejabat, tokoh penting, akademisi dan pimpinan faksi-faksi Palestina, Haniyah menyampaikan seruannya kepada tawanan Palestina yang ada di penjara Israel, “Kami tidak akan mundur untuk membebaskan kalian semuanya dan kalian semuanya menjadi prioritas utama kami.”

Haniyah menegaskan bahwa pidato yang disampaikan ini dalam rangka untuk mengenang peristiwa pembebasan tawanan Palestina melalui perjanjian pertukaran tawanan yang sudah berhasil di teken dengan pembebasan 1027 tawanan Palestina dengan satu serdadu Israel Gilad Shalit bahwa capaian itu disebut sebagai sebuah peristiwa besar yang berhasil ditorehkan oleh bangsa Palestina. Haniyah menegaskan bahwa perjanjian tersebut telah menghilangkan seluruh garis-garis merah yang dimiliki Israel. Israel menyebutnya sebagai sebuah pukulan paling menyakitkan.

Haniyah mengisyaratkan, prinsip-prinsip untuk menciptakan kemenangan terwujud dalam perlawanan Palestina terutama Brigade Al-Qassam yang telah mewujudkan kemenangan bersejarah di dalam menawan Gilat Shalit dan merahasiakan tempatnya selama 5 tahun. Juga kemenangan dalam perundingan serta memaksakan syarat-syarat perlawanan terhadap musuh Israel. Akhirnya, perlawanan Palestina berhasil membebaskan tawanan Palestina yang saat ini juga turut dalam mengenang dan memperingati Hari Nasional yang besar tersebut.

Arsitek Al-Qassam Asy-Syahid Ahmad Jabari sebagai arsitek operasi tersebut memiliki peran yang begitu kuat di dalam operasi tersebut. “Kami katakan kepada saudara-saudaranya yang ada di Al-Qassam dan faksi faksi Palestina, perlawanan Palestina yang membebaskan tawanan kita.”

Dia mengisyaratkan prinsip kedua dalam perjanjian tersebut adalah pentingnya para mediator terutama Mesir yang telah memberikan peran besar sebagai mediator yang memiliki kepedulian tinggi yang akhirnya mampu melanjutkan revolusi mereka pada 25 Januari di Mesir. Karena itu, Palestina menegaskan kembali komitmennya terhadap Mesir untuk menjaga stabilitas dan keamanan nasional Mesir.

Selain itu Haniyah menegaskan, pihaknya tetap akan komitmen berpegang teguh dengan prinsip dan tidak akan berubah.

Pertama, “Kami yakin kepada Allah dan kemenangan yang akan diberikannya. Kami telah melalui masa-masa sulit dengan tantangan yang begitu besar, peperangan yang sangat dahsyat, maka Allah – subhanahu wata’ala – memberikan petunjuk kepada kami dan memberikan kesabaran serta menguatkan azam dan tekad kami dan kami dikeluarkan dari ujian yang sangat besar. Bangsa Palestina juga masih percaya dan setia berjuang dan melakukan perlawanan untuk membebaskan tanah air mereka dan mengembalikan hak mereka, menjaga prinsip, perjuangan mereka serta memimpikan berdirinya negara Palestina di atas seluruh tanah melalui jalan perlawanan.”

Haniyah menegaskan prinsip selanjutnya dalam perjuangan adalah kepercayaan yang tinggi terhadap perlawanan sebagai prinsip strategis dalam lautan konflik melawan Israel yang telah menciptakan para pejuang-pejuang yang tulus dan setia. Mereka akan tetap melanjutkan perjuangan Palestina. Para pejuang Palestina itu siap melanjutkan perjuangannya.

Selanjutnya, prinsip lain adalah, “Kepercayaan kami terhadap Hamas yang sudah melalui usianya seperempat abad semenjak didirikan dan masih akan terus melanjutkan perjuangannya dengan jalan perlawanan.”

Al-Quds dan Al-Aqsha

Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah dalam pidatonya menegaskan Israel telah memulai operasi pembagian Al-Aqsha dari sisi waktu dan tempatnya dengan memberikan izin kepada warga Zionis dan Yahudi untuk menyerang masjid Al-Aqsha seperti halnya yang masih terjadi sat ini. Ia menegaskan, musuh Israel memanfaatkan perundingan yang digelar dengan otoritas Palestina dan melakukan koordinasi keamanan dan perpecahan yang terjadi di kalangan Palestina dengan melakukan penyerangan intensif terhadap masjid Al-Aqsha.

Haniyah menegaskan masjid Al-Aqsha adalah bagian dari aqidah umat Islam. Tempat suci ini murni Islam dan murni milik umat Islam dan tidak akan pernah dibagi baik waktu ataupun jadwalnya selamanya. PM Palestina ini menegaskan, kejahatan-kejahatan Israel terhadap masjid Al-Aqsha tak akan mampu mengambil hak bangsa Palestina dan umat Islam serta tidak akan mampu menghapus identitasnya. Perlawanan terus akan berkobar membela masjid Al-Aqsha. Ia menyerukan kepada bangsa Palestina untuk senantiasa melakukan perjalanan ke masjid Al-Aqsha dan berjaga di sana.

Rekonsiliasi Palestina

Haniyah menegaskan rekonsiliasi Palestina adalah agenda nasional dan pilihan strategi. Dia menyerukan kepada bangsa Palestina terutama gerakan Fatah untuk segera mewujudkan dalam waktu secepatnya. “Sikap kami sudah jelas dan kami tegaskan kembali agar segera menghentikan perpecahan berdasarkan apa yang sudah kami sepakati dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sejak awal kami tidak berubah yaitu ingin segera mewujudkan rekonsiliasi Palestina.  (pip/sbb/dakwatuna)

 

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Opick: Jangan Berhenti Bantu Rakyat Palestina!

Figure
Organization