Topic
Home / Berita / Opini / Evan Dimas: Akankah Menjadi “Korban” Keegoisan PSSI?

Evan Dimas: Akankah Menjadi “Korban” Keegoisan PSSI?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Pesepakbola Indonesia Evan Dimas melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Korea Selatan dalam laga kualifikasi group G AFC U-19 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (12/10/2013). (Yasin Habibi/Republika)
Pesepakbola Indonesia Evan Dimas melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Korea Selatan dalam laga kualifikasi group G AFC U-19 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (12/10/2013). (Yasin Habibi/Republika)

dakwatuna.com – Sukses membawa Timnas Garuda Muda Indonesia U-19 menjadi juara di Piala AFF U-19 2013, dengan mengalahkan Vietnam melalui drama adu penalti pada tanggal 22 September 2013 yang lalu. Di mana kemenangan ini telah menorehkan sejarah baru bagi Indonesia di pentas sepak bola dunia.  Dan sejak itulah nama Evan Dimas langsung menjadi buah bibir di mana-mana, baik dalam maupun luar negeri, terutama bagi para pecinta sepak bola di Indonesia. Remaja kelahiran Surabaya ini tiba-tiba saja menjadi seorang idola baru di Tanah Air. Suatu keadaan yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh dirinya sebelumnya di sepanjang usianya yang baru menginjak 18 tahun ini.

Namun berkat kepiawaiannya dalam menggocek bola di lapangan hijau, tak pelak lagi banyak orang yang mengelu-elukannya dan menaruh harapan besar kepadanya. Terlebih lagi setelah dia dan kawan-kawan berhasil dengan gemilang memenangkan pertandingan pada ajang Kualifikasi Kejuaraan U-19 AFC 2014, dengan menumbangkan raksasa sepak bola Asia, Korea Selatan. Kemenangan ini kembali membawa Indonesia lolos untuk ke-16 kalinya. Maka tak bisa dipungkiri bahwa Timnas U-19 yang dikomandoi oleh Evan Dimas ini,  telah mampu memberikan angin segar bagi dunia persepakbolaan di negeri ini, yang memang sudah lama “mati suri” dan tak pernah lagi menunjukkan prestasinya di tingkat internasional. Suatu prestasi yang seharusnya sangat layak untuk diapresiasi oleh siapa pun juga.

Namun sayangnya di balik segala kesuksesannya tersebut, ternyata ada sebuah ‘batu sandungan” bagi Evan Dimas. Hal ini terkait dengan kebijakan yang dibuat oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Dalam aturan yang diterapkan oleh PSSI, Evan Dimas belum diakui sebagai pemain profesional. Walaupun kehebatan & kelincahan pemuda ini dalam mengolah si kulit bundar sudah tidak diragukan lagi. Akan tetapi itu saja tidak cukup bagi satu-satunya organisasi nasional yang menangani persepakbolaan di Indonesia ini.

Hal ini disebabkan karena Evan Dimas sampai saat ini masih tercatat sebagai pemain yang memperkuat skuad Persebaya 1927. Klub asal Surabaya ini adalah salah satu tim  peserta Indonesian Premier Legaue (IPL), yang merupakan bentukan dari  Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI). Dan KPSI ini sendiri merupakan “saingan” dari PSSI, yang merasa tidak puas dengan kinerja orang-orang PSSI. Sebelumnya PSSI cuma mengakui Indonesia Super League (ISL) sebagai satu-satunya liga resmi sepak bola di Tanah Air, untuk menjaring pemain-pemain berbakat yang nantinya akan memperkuat Timnas Indonesia.

Akibat terjadinya perseteruan antara KPSI dengan PSSI ini, maka secara otomatis PSSI juga tidak mengakui kehadiran Evan Dimas sebagai salah satu pemain Timnas Indonesia U-19, karena dia masih tercatat sebagai pemain Persebaya 1927. Apa pasal…? Ternyata klub Persebaya 1927 ini dianggap ilegal oleh PSSI, walaupun klub ini sudah mengikuti seleksi di IPL. Selain itu pula Persebaya 1927 disinyalir tidak mampu menyelenggarakan administrasi klub secara sehat. Dan bagi PSSI  hanya Persebaya dari Divisi Utama-lah yang legal.

Siapa yang rugi?

Dari hasil kemenangan di ajang Kualifikasi Kejuaraan U-19 AFC 2014 awal Oktober lalu, menjadikan Indonesia menempati posisi puncak di grup G. Dan yang paling fenomenal adalah ketika Timnas U-19 ini berhasil membungkam kegarangan juara bertahan AFC 12 kali, Korea Selatan. Disiplin, penuh percaya diri serta ditambah dengan penerapan strategi yang jitu, tak ayal membuat tim skuad asuhan pelatih bertangan dingin Indra Sjafri ini, mulai disegani dan diperhitungkan oleh negara lain. Hingga tak berlebihan pula jika perjuangan dan kesuksesan ini kemudian mengantarkan seorang Evan Dimas menjadi bintang lapangan hijau di Republik ini.

Akan tetapi tampaknya, langkah Evan Dimas untuk berkarir di dunia sepak bola ini akan mengalami hambatan. Hal ini disebabkan karena adanya ketidakjelasan sikap dari PSSI, yang tentu saja akan sangat merugikan bukan hanya Evan Dimas secara pribadi, namun juga bangsa Indonesia secara keseluruhan. Baru saja Indonesia mau bangkit dari keterpurukannya di bidang olahraga yang satu ini, sekarang harus “terganjal” oleh keegoisan segelintir elit di dalam tubuh PSSI. Ironis memang…!!!

Salah satu dampak dari sikap PSSI ini adalah, sudah beredarnya kabar bahwa official Korsel berencana akan mengajukan protes ke AFC, terkait pemakaian pemain ilegal di Indonesia U-19. Official Korsel mendapatkan info dari Kedutaan Besar Korsel untuk Indonesia, bahwa Indonesia menggunakan pemain ilegal di sepanjang turnamen U-19 dan berhasil mencetak gol pula. Siapa dia…? Tak lain dan tak bukan adalah EVAN DIMAS. Bahkan official Korsel juga akan mengajak official Filipina dan official Laos, di mana ketiga negara ini sudah dikalahkan oleh Evan Dimas dan kawan-kawan dalam turnamen Kualifikasi Kejuaraan U-19 AFC 2014 awal Oktober lalu, untuk bersama-sama melakukan protes. Saat ini ketiga official dari tiga negara tersebut sedang mengumpulkan informasi dari media Indonesia yang menyebutkan klub ilegal di Indonesia.  Diharapkan dengan adanya “protes” mereka ini, maka nama Indonesia akan tersingkirkan (di-diskualifikasi) dari ajang putaran final piala AFC pada bulan Oktober 2014 yang akan datang.

Dan jika hal ini terjadi, maka Indonesia akan mengalami kerugian yang sangat besar. Yang mungkin akan dihujat oleh seluruh rakyat Indonesia serta akan disesali seumur hidup oleh pemerintah kita, dalam hal ini adalah PSSI.

Pertanyaannya sekarang, apakah akan sesingkat ini karir remaja yang pernah diasuh langsung oleh pelatih Barcelona, Pep Guardiola di dunia persepakbolaan? Apakah nasib Evan Dimas akan berhenti sampai di sini? Apakah mimpi-mimpinya akan terkubur sebelum sempat diwujudkan? Apakah cita-citanya yang ingin membahagiakan kedua orang tuanya hanya akan menjadi angan-angan usang belaka?

Tentu saja kita berharap tidak…!!! Semoga semua itu tidak akan pernah terjadi. Kita berharap semoga PSSI masih memiliki hati nurani, mengubah sikapnya dan bijak dalam bertindak. Mau memberikan kesempatan kepada Evan Dimas serta siapa saja yang berprestasi, untuk mengembangkan potensinya setinggi dan seluas mungkin. Semoga PSSI mau mengenyampingkan segala egonya demi anak-anak Indonesia yang memiliki talenta di bidang sepak bola ini. Jangan sampai Evan Dimas dan kawan-kawan menjadi “korban” keegoisan para elit di dalam tubuh PSSI. Dan jangan sampai pula, justru orang lain yang akan memetik hasilnya tanpa kita mampu berbuat apa-apa.

Karena mereka masih sangat muda. Masa depan mereka masih sangat panjang. Mereka adalah asset berharga yang harus dijaga, dibina dan juga disejahterakan, agar mereka mampu terus berprestasi, memberikan yang terbaik  bagi negeri ini. Mereka adalah Garuda Muda Indonesia yang terus mengepakkan sayapnya untuk bisa terbang mencapai langit guna meraih impiannya. Memberikan prestasi terbaiknya bagi negeri tercinta, Indonesia. Mereka adalah para “Pahlawan” yang telah mengharumkan nama bangsa di ajang sepak bola dunia. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai jasa para pahlawannya? Seberapa pun besar-kecilnya kadar yang mampu mereka berikan kepada Republik ini. Wallahu a’lam…

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga dengan 5 orang anak.Terus berkarya, baik dalam diam maupun bergerak, tak ada kata berhenti sampai Allah yang menghentikannya, tetap tegar walau badai menghadang.

Lihat Juga

FORKOMMI dan FOKMA Malaysia Adakan Bakti Sosial untuk Korban Gempa Palu

Figure
Organization