Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Anak / Indahnya Jejak Itu

Indahnya Jejak Itu

dakwatuna.com – Bismillahirrahmaanirrahim.

Banyak orang tua yang memiliki pengalaman dalam mendidik anak, tapi tidak banyak orang tua yang pandai menghayati setiap momentum dalam setiap aktivitas dan interaksi dengan anak. Hal-hal kecil yang terjadi pada seorang anak, sesungguhnya memberikan arti yang sangat indah dan mengesankan, manakala kita hayati, kita renungkan, kita rasakan dan kita nikmati. Penasaran???? Yuk ikuti petualangan ini.

Pernah nonton video Baby Micah? Jika sedang capai, seringkali saya tonton kembali video ini. Seorang bayi bule kurang lebih berumur 8 bulan-1 tahun, tertawa lepas dengan sangat renyah melihat dan mendengarkan bunyi kertas yang disobek oleh orang dewasa di sekitarnya. Renyaaah sekali tertawanya. Lega mendengar suara tawa itu. Rasa lelah pun hilang, ingin tertawa serenyah itu. Sepolos itu. Senikmat itu. Sebahagia itu. Jika Anda belum pernah menyaksikan video ini, saya sarankan untuk bisa menontonnya. Merasakan bahagia. (Video tersebut dapat dilihat di atas artikel ini, red.)

Suatu kali, saya mengajak anak saya (waktu itu, dia berusia 5 tahun, sudah bisa membaca) ke klinik 24 jam dekat rumah, karena batuk pilek yang sudah beberapa hari. Sesampainya di depan klinik, tiba-tiba dia berontak tidak mau masuk untuk diperiksa, padahal sebelumnya sudah setuju diajak ke dokter. Celotehnya membuat kami tertawa: “aku nggak mau diperiksa di sini, karena lama, 24 jam.” Kita orang dewasa nggak pernah menyangka dan berpikir demikian kan??? Ini lah indahnya jejak anak kecil. Siapa yang mengajarkan dia untuk berpikir seperti itu? Maha suci Allah.

Jangan pernah meremehkan atau bersedih dengan apa yang pernah ditulis atau dicoret oleh anak-anak balita kita, meski kadang dia mencoret di tempat yang “aneh”. Suatu kali saya berniat menyembunyikan HP saya (sampul HP dicoret “umi dan abi” oleh anak balita saya) dari pandangan teman. Tapi komentar teman menyadarkan saya. Nggak apa apa bu, nggak usah dihapus, itu jejak-jejak indah anak kita yang seringkali membuat kita rindu dengan anak. Betul juga. Saat kita tidak sedang bersamanya, kerinduan kepada anak bisa diobati dengan menatap kembali jejaknya yang melekat di barang yang kita bawa. Salah satunya ya Hp tadi. Membuka kembali memori saat dia mencoret-coret sarung HP karena ngambek ingin diperhatikan uminya yang sedang sibuk berbincang dengan tamu. Jujur, orang tua memang kadang rindu dengan “suasana rengekan/ngambeknya anak”, apalagi saat sedang ada di luar kota, jauh darinya. Melihat foto dan video dia mungkin sudah biasa dilakukan oleh banyak orang tua saat rindu anak. Tapi, pernahkah Anda menikmati jejak coretan anak yang ada di barang/ buku kita? Coba lah nikmati. Di situ ada perkembangan motorik halus anak kita yang sangat menakjubkan.

Saat balita kita belajar memasang kancing baju sendiri. Saat dia dengan penuh perjuangan memasukkan sedotan ke dalam minuman botol, saat bayi berjuang meraih mainan bolanya yang tergelinding dan terus menjauh ketika dipegang. Saat –saat seperti ini, adalah saat anak-anak kita belajar mengasah dan mempertajam motorik halusnya. Nikmatilah semua momentum ini. Nikmati dan renungkan tanda –tanda Kekuasaan-Nya yang ada pada jejak-jejak anak kita.

Saat anak kita berkali-kali bolak balik memutar pedal belajar baik sepeda roda tiganya, saat ini menendang-nendang bola dengan kakinya yang mungil, saat dia berlari mengejar teman-teman sepermainannya. Saat-saat itu adalah saat anak kita mengembangkan dan mengasah kemampuan motorik kasarnya. Nikmatilah saat-saat itu, bimbing dan arahkan agar geraknya seimbang dan tidak merusak. Nikmati jejak indah ini. Tak perlu marah dengan gaduhnya suara, tapi kita bisa berkata padanya bahwa “kalau lari di lapangan atau di halaman, kau akan lebih puas” mari kita ke lapangan bola.

Saat anak kita dengan lucunya terbolak balik mengucapkan suatu kata. “Gunting dia ucapkan dengan “gintung”. “Lama” dia sebut dengan “mala”. Atau saat dia dengan lucu dan cadelnya mengucapkan suatu kata, saat-saat itu adalah saat di mana dia sedang mengasah kemampuan bahasanya. Sebagai orang tua kita harus membimbing mengucapkan kata yang pas dan yang seharusnya, bukan malah ikut-ikutan cadel. “Minum susu” harus kita ajarkan kepada anak untuk tetap seperti itu, bukan kita ikut mengucap “minum cucu”. Kita menjadi contoh dan guru buat anak kita, meski kadang-kadang kita juga bisa belajar dari anak kita.

Selamat menikmati keindahan ciptaan Allah yang Allah hamparkan pada sosok bocah mungil nan lucu, anak kita, anugerah yang tak terhingga.

Wallahu a’lam bisshawab.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Konsultan Ketahanan Keluarga RKI (Rumah Keluarga Indonesia). Tenaga Ahli Fraksi Bidang Kesra, Mitra Komisi viii, ix, x. Ibu dari 7 putra-putri penghapal Alquran. Lulusan S1 Jurusan Teknologi Pertanian IPB, dan S2 di Universitas Ibnu Khaldun Bogor.

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization