Topic
Home / Pemuda / Essay / Konsep Tanam-Menanam

Konsep Tanam-Menanam

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Matahari yang bersimphoni dengan angin yang akan membantu para bunga dalam berkembang biak, dengan backsound Al-Kahfinya Al-Ghomidi… lirih menyapa seperti angin yang menyapa dedaunan hijau di tengah musim panas…

Hari ini hari Jum’at, hari raya-nya umat Islam, hari yang penuh berkah. Sembari menunggu kaum Adam menunaikan shalat sunnah yang wajib: shalat Jum’at, aku di sini, lagi-lagi bersama benda-benda mati yang menemani. Sedikit mencari inspirasi di tengah panasnya udara. Teringat ku tentang orang-orang itu, hari ini mereka membuatku berdecak kagum dengan segala hal positif yang ada pada mereka, tentu dengan sisi yang berbeda… :’)

Yang pertama Pak Doktor. Ya, sebut saja Pak Doktor, karena memang demikian gelarnya. Semester ini kedua kalinya aku di didik beliau. Di didik loh bukan di ajar, lain ya… :’)

Cara beliau di kelas-lah yang membuatku berkata demikian. Sejak pertemuan pertama dengan beliau, beliau selalu menekankan “konsep proses” bukan “konsep hasil” selalu demikian. Dan ketika pertemuan kesekian, sekian dan sekian, beliau selalu mengingatkan hal ini lagi. Buatku, inilah cara mendidik. Beliau mampu membentuk paradigma, ini bagiku. Bahasa beliau yang lain dari dosen yang lain membuatku selalu tertarik ketika di didik olehnya. Dan ada beberapa pemikiranku yang terbentuk setelah kuliahnya. Dan, aku semakin sadar, bahwasanya saat ini, Indonesia sedang butuh orang-orang seperti ini. Orang-orang yang mampu mendidik bukan hanya -mengajar-. Hanya orang-orang terdidiklah yang mampu mendidik, dan mengajar? Semua orang bisa. Semoga rahim bangsa ini terus melahirkan pendidik yang kompeten dengan pondasi akhlaq yang kokoh tentunya. Semoga :’)

Yang kedua ini tentang seorang ibu paruh baya yang aku kenal di sini hampir 1thn lebih. Sebut saja Ummi. Tadinya aku enggan untuk datang ke rumah Ummi untuk hadir di kelas tahsin jam 10.00 pagi ini, selain karena sebelumnya ada kuliah yang kadang selesainya ngaret, juga adik-adik mentor banyak yang minta mentoring sebelum Juma’atan. Alhasil, Allah-lah yang menggerakkan kaki juga hatiku untuk ke rumahnya. Aku datang ke sana, dan kelas tahsin sudah dimulai ternyata. 90 menit kelas, selesai, ustadznya ingin segera menunaikan kewajibannya sebagai kaum adam: shalat Jum’at. Dan sebelum pulang aku sempat bincang sedikit dengan Ummi. Dan, “fabiayyi aalaairabbikumaa tukadzdzibaan..” penggalan ayat ini seakan terngiang di hatiku. Benar, “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?”. Memang sengaja ayat ini diulang hingga 31x dalam surat Ar-Rahman, ini sebagai pengingat bahwasanya manusia sering sekali lupa akan nikmat Allah yang begitu banyak.

Alhamdulillah, big thanks to Allah… karena begitu banyak orang-orang baik yang ada di sekitarku meskipun aku jauh dari orang tua, selalu saja ada pertolongan dan nikmat yang datang. Inilah takdir-Nya, bukan kebetulan :’) Allahu Akbar.

Kebaikan Ummi itu, serta orang-orang yang ada di sekitarku saat ini sungguh membuatku sering berdecak kagum dalam hati. Semoga Allah selalu memberkahi kehidupan mereka dari hari ke hari. Dan sikap orang-orang yang berbuat baik selalu memotivasiku untuk bisa berbuat demikian semampuku, karena aku yakin dengan “konsep tanam-menanam” versi Allah. Boleh jadi, kebaikan orang-orang hari ini kepadaku adalah “panen” dari orang tuaku ataupun orang-orang terdahulu lainnya.  Bisa jadi bukan? Dan, inilah yang ingin aku siapkan untuk anak-anak serta cucu-cucuku nanti, walaupun mungkin aku tidak bisa “memanen” benih itu sekarang, setidaknya aku sudah menyiapkan “saldo” untuk mereka di hari esok.

Indah bukan dunia ini? Indah dengan kebaikan yang selalu tersebar di manapun :’)

Jatinangor, Graha Suhardani, 4 Oktober 2013

Jumu’ah mubarak

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Muslimah. Mawar haroki KAMMI Sumedang. Mahasiswi. Indonesian.

Lihat Juga

Muhasabah, Kebaikan untuk Negeri

Figure
Organization