Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Kaca Yang Berdebu

Kaca Yang Berdebu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Fitrahnya perempuan dan lelaki memang berbeda. Bukan hanya secara fisik, namun juga pemikiran, cara berbicara, cara makan, cara menyelesaikan masalah dan beragam proses kehidupan lain. Bukannya membandingkan perbedaan kapasitas dan kualitas perempuan dan lelaki, hanya bercerita sebagian kecil yang baru saya tahu dan belajar pahami dari pasangan hidup saya.

Saat mendapatkan proposal nikah si dia (baca: suami) saya terkejut. Rasanya seperti membaca proposal saya sendiri. Banyak persamaan yang saya dapati di sana. Misalnya tanggal dan bulan kelahiran kami sama, 15 Juli-beda tahun saja. Karakter yang ‘terbaca’ dalam biodata pun mirip. Visi-misi keluarga, itu juga gak beda jauh. Konon jodoh itu, belom kenal saja sudah klik.

Berangkat dari prasangka persamaan di banyak hal, saya pikir kami setipe. Pasti mudah mengayuh biduk dan menyelaraskan perjalanan ke depan. Ternyata benar, kami BERBEDA. Bukan perbedaan pada hal-hal esensial dalam pernikahan sih, CUMA masalah perbedaan cara pandang. Akhirnya, saya-kami benar-benar harus saling berkenalan lebih lanjut, tidak cukup perkenalan di rumah guru mengaji yang cuma 1,5 jam itu. Dan perkenalan ini memang harus terus dijalani sepanjang usia pernikahan, agar engkau makin memahami pasanganmu. Agar masing-masing dari kita menjadi ‘pakaian’ bagi pasangan kita. Agar sakinah itu benar-benar menentramkan rumah cinta kita

***.

Kebanyakan pengantin baru pasti tidak lepas dari problem ini, komunikasi dan menyelaraskan diri satu sama lain. Ini perkara proses dan tidak bisa instan macam mie keriting siap seduh. Butuh kemauan untuk menerima pasangan kita satu paket, kelebihan plus kekurangannya, tunai! Butuh kelapangan untuk bisa mengenal lebih jauh agar bisa saling memahami satu sama lain. Seperti halnya saat mendapat amanah, butuh pundak lebih kuat, butuh kaki lebih kokoh, hati lebih lapang dan pikiran lebih jernih, bukan menyalahkan amanah tersebut.

Saya benar-benar harus mengingat lagi isi buku Mars and Venus yang saya baca tempo dulu zaman remaja. Buku psikologi suami-istri juga cocok buat dibaca. Agar kita saling mengerti. Kenal itu butuh ilmu, agar perlakuan kita terhadap pasangan itu pas-kena di hati. Apalagi buat pasangan macam saya yang gayanya membangun cinta, butuh usaha untuk menghadirkan cinta tersebut dan meng-upgradenya. Meski kadang, banyak hal-hal di luar dugaan yang membuat kita (selalu) jatuh cinta pada pasangan.

***

Sesuatu yang bagi perempuan suatu kebutuhan, bisa jadi bagi dia “Emang penting ya?”. Perempuan acapkali menganggap penting hal remeh temeh, lelaki sebaiknya memahami ini. Karena dari hal tidak penting dan remeh konflik kecil bakal menghiasi hari-hari kita. Bagi lelaki cukuplah cinta itu diwujudkan dari tanggungjawab dan kesetiaannya sebagai seorang suami, tak melulu soal kata I love you. Sementara perempuan adalah makhluk yang ingin dihujani sejuta perhatian dari pasangannya. Buatnya, kata-kata cinta, perhatian pada hal-hal kecil (yang tidak penting bagi lelaki), cara memandang, cara memanggil, cara menggenggam tangan, isi sms dan beragam list sepele lain adalah wujud cinta yang ingin ia dapatkan dari suaminya.

Sisi lainnya, lelaki terbiasa fokus pada satu hal, perempuan memiliki cara pandang menyebar. Wajar saja, saat si dia menulis sms, dia tidak bisa diganggu gugat, tidak nyambung diajak ngobrol dan suka ‘amnesia’ jika di sebelahnya ada istrinya. Perempuan sebaliknya, ia benar-benar multi task, saat menelpon, dia bisa sambil menyetrika, sambil memasak, sambil menyapu, sambil nulis, juga sambil ngobrol dengan orang lain di sampingnya.

Belum lagi type lelaki yang macam karet gelang. Ada pada masa tertentu dia akan menjauh dan menutup diri, masuk ke gua. Memikirkan masalah yang dihadapinya dan mengumpulkan energi lebih. Ia akan lebih banyak diam dan berbicara ke dalam hatinya sendiri. Perempuan tentu saja gak bisa dicuekin kayak gini-apalagi yang gak paham perbedaan psikologi lelaki-perempuan. Parahnya, semakin si perempuan mengeluarkan beragam jurus untuk menarik perhatian suaminya di masa ini, lelaki justru makin senewen. Toh kalau pikiran si lelaki dah fresh, dia bakal balik ke sisi pasangannya. So, sabar saja ya para istri kalau mendadak suami diam dan menjauh, yakinlah ia hanya butuh sendiri sejenak untuk melapangkan hatinya.

Beda dengan gaya perempuan yang harus berbicara-bercerita-mengeluarkan suara untuk mengurangi beban masalahnya. Bukan bermaksud mengeluh sebenarnya ketika seorang istri bercerita tentang kerjaannya di rumah, ia cuma minta diperhatiin kok. Semakin si istri merasa dipahami suaminya, makin banyak keluhan yang ia utarakan. Tidak heran, ada anggapan kalau perempuan itu cerewet. Nyatanya? Emang iya! Tapi itu hanya di rumah, bagi perempuan, rumah adalah tempat paling nyaman untuk menjadi diri sendiri dan menceritakan semuanya, sementara lelaki, ia adalah makhluk cerewet di luar rumah, luar rumah baginya adalah arena untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Tidak ada salahnya para suami jadi pendengar yang baik bagi istrinya, walau cuma, “hmm”, “trus”, “owh”, insya Allah membuat rumah terasa lebih ramai.

***

Beberapa hari kemarin, saya merasa tidak nyambung dengan si dia. Pas dikomunikasikan, dianya merasa fine-fine ssaja. Katanya, tak berkurang sedikit pun cintanya pada saya, halah! Di sinilah saya belajar mengkomunikasikan perasaan saya, terutama ketika ada beberapa hal yang bagi saya mengganjal. Benar kata suami saya, perempuan itu suka menyimpulkan sendiri suatu hal berdasarkan perasaannya saja. Tadi benci, sekarang cinta, perasaan itu begitu mudah berbolak-balik hanya dalam hitungan menit. Konon, lelaki itu menggunakan 9 akal dan 1 perasaan sementara perempuan mengoptimalkan 9 perasaan dan 1 akal, kalau sedang tidak nyambung, komunikasikanlah dengan santun.

Well, setelah nikah saya baru benar-benar sadar maksud dari lagu Maidani kalau perempuan itu diibaratkan kaca yang berdebu. Begitulah fitrahnya, ia adalah bagian dari tulang rusuk teratas yang bengkok. Ketika kau paksa luruskan, ia akan patah. Take care please sebagaimana Rasulullah saw contohkan dalam berumah tangga. Sebaik-baiknya lelaki adalah yang bersikap lemah lembut terhadap keluarganya. Perlakukan pasangan kita seperti yang ia butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Dan saya bersyukur sekali mendapatkan suami yang begitu luar biasa. Ia selalu mencoba memberikan yang terbaik pada keluarga. Semoga Allah membalas setiap kebaikannya dengan surga.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga bahagia

Lihat Juga

Dosa-dosa Yang Harus Dihindari Istri

Figure
Organization