Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Miracle of the Work

Miracle of the Work

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Kakek berkata padaku,

“Kau jangan pernah lihat seseorang dari seberapa tinggi status dia dalam pekerjaan yang ditanganinya. Tapi lihatlah apakah dia bekerja dengan cara yang baik untuk hasil yang baik atau bukan.  Boleh jadi kebahagiaan tidak untuk orang dengan pangkat di atas saja, boleh jadi kita pun berhak untuk mencicipi bahagia, bahkan lebih bahagia ketimbang mereka.”

“Tak masalah bila kakek mu hanya seorang peladang tua renta, atau ayahmu yang hanya tukang ojek. Tapi kami berani taruhan bahwa kau tak sedikitpun kami aliri dengan sesuatu yang tidak baik. Semua murni dari keringat kami, nak. Aku dan ayahmu tak pernah merampas hak orang. Benar memang kita hidup sederhana, tapi itulah kebahagiaan, nak!”

Andai saja ribuan warga zamrud ini berpikiran sama seperti sang kakek, maka di media masa,  kita tidak akan pernah lagi mendengar kabar kalau ada anak SMA yang tega bunuh diri hanya karena tidak bayar uang sekolah, tidak lagi akan melihat seorang ibu yang dengan terpaksa menjambret tas di pasar untuk beli susu anaknya, atau bahkan tidak lagi pernah merasakan di sebelah dinding rumah kita sayup-sayup ada teriak tetangga yang kelaparan.

Namun sayang, ternyata hanya sekian persen dari sepersekian orang yang mengerti kalau bekerja mesti dengan cara yang baik. Tidak mengambil dan merampas hak orang lain, juga tidak menghalangi jalan rezeki orang lain. Ilustrasi cerita kakek di atas menjelaskan bahwa seperti apa pun pekerjaan kita, asal dengan jalan halal, maka hasilnya pasti baik. Tak butuhlah pangkat tinggi, jika harga pangkat sebanding dengan penderitaan rakyat yang kelaparan karena banyak hak dari mereka yang dirampas. Atau tak perlulah pakaian elegan jika hanya menghabiskan waktu untuk pamer seragam lalu keliaran di waktu kerja. Sementara para petani, nelayan, buruh dan banyak lagi yang mereka bekerja tanpa ijazah berusaha semaksimal mungkin memutar roda perekonomian negara.

Cukup kita mengerti posisi kerja kita, agar peforma kinerja kita bisa maksimal, seimbang dengan apa yang akan kita terima nanti. Haus pangkat dengan berjuta kesenangan yang dijanjikannya telah membutakan mata kita. Sebenarnya, kebahagiaan kerja itu tidak datang sekadar dari status jabatan yang tinggi saja, tidak tiba dari pangkat yang di atas saja. Namun, kebahagiaan itu datang dari jenis pekerjaan apapun yang tujuannya hanya satu, yakni mengejar ridha ALLAH SWT. Kalau tujuannya mengejar ridha Sang Pangasih tentulah pekerjaan yang dikerjakan adalah pekerjaan yang halal lagi baik. Jelas sumber pendapatannya, dan jelas pula pertanggungjawabannya kelak.

Sekarang mari kita bercermin diri, sudahkah niat dalam bekerja kita luruskan seperti yang Rasul anjurkan? Nabi kita, Muhammad SAW adalah seorang pekerja keras, pejuang tangguh dalam perdagangan, dan punya tujuan pasti dalam setiap pekerjaan beliau. Mengajarkan kepada kita arti dari sebuah keikhlasan dalam bekerja, makna tanggung jawab dari sebuah amanah, dan niat tulus dari pekerjaan itu. Jangan minder dengan pekerjaan kita, selagi itu baik, maka berkah pasti akan mengalir. Di sisi ALLAH tidak ada bedanya seorang tukang jahit dengan dokter apabila mereka bekerja berlandaskan niat ikhlas dan dengan cara yang benar. Jangan hiraukan pandangan manusia yang bisanya hanya merendahkan status kita hanya karena kita peladang atau nelayan. Sungguh kita tidak butuh itu. Semua pekerjaan adalah ‘raja’ dalam bidangnya masing-masing. Kebahagiaan tidak akan pilih-pilih status pekerjaan orang, dia datang untuk orang yang ikhlas dan bertanggung jawab, dia datang untuk orang yang tidak memakan dan merampas hak orang lain, dan dia datang untuk orang yang senantiasa saat bekerja selalu dipenuhi rasa syukur dan takut kepada Allah atas segala yang dikerjakan.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi Psikologi Unand. Ingin menjadi penulis inspiratif. Saat ini sedang menggarap satu buku nonfiksi bergenre psikologi, dan 2 novel.

Lihat Juga

Tips Membangun Kepercayaan Anak dengan Ibu Bekerja Melalui Ramadhan

Figure
Organization