Topic
Home / Berita / Opini / Mendukung Miss World Sama Saja Mengkapitalisasi Tubuh Perempuan

Mendukung Miss World Sama Saja Mengkapitalisasi Tubuh Perempuan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

tolak miss worlddakwatuna.com – Bismillah

Sebelum mengulas tentang meningkatnya gelombang penolakan Miss World akan yang diselenggarakan di Indonesia tepat di Bali dan malam puncak akan diselenggarakan di Sentul-Bogor. Ingin bertanya pada diri sendiri dan pada pembaca semuanya. Apakah miss world betul-betul dibutuhkan Indonesia? Jika boleh jujur penyelenggaraan Miss World di Indonesia banyak mudharatnya bagaimana antuna semuanya!!! Jika kita menyetujui ajang tersebut maka mari pertanyakan kepahaman kita terhadap agama yang kita yakini?

Mendukung ajang ini sama saja dengan melanggengkan penjualan tubuh perempuan.

Walaupun di pihak pemerintah ada yang beranggapan bahwa dengan penyelenggaraan Miss World di Indonesia banyak manfaatnya terutama dari sisi pariwisata, mengenal Kepada Investor Asing di Sektor Industri dan membawa wajah Indonesia yang Indah ke mata dunia Internasional.

Padahal untuk meningkatkan pengunjung pariwisata terutama dari luar negeri banyak cara bisa ditempuh tidak hanya mengandalkan ajang kecantikan seperti ini. Seandainya pengunjung wisata meningkat tapi dampak secara sistematik dan bergelombang negative pada lapisan masyarakat, tentunya ini dinamakan kerugian yang sangat kronis dan ironi. Kita harus mampu membuka mata dan berpikir dengan mata hati. (Jangan kotori Indonesia dengan eksplotasi wanita)

Perlu dipertanyakan juga Untuk ajang yang bertujuan mengangkat harkat dan martabat wanita, kenapa kesannya malah jadi seksis!!

Padahal 11 organisasi kemasyarakatan Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menolak gelaran Miss World. Tentunya ada alasan yang sangat valid kenapa organisasi kemasyarakatan menolak.  Karena Tidak ada nilai agama dilibatkan dan nilai perempuan ditentukan dari kemolekan tubuh, aduhainya, dan kemulusan. Itu sama saja mengkapitalisasi tubuh wanita.

Padahal Islam menilai seorang perempuan dari sisi ketakwaan, sumbangsih bagi kebaikan dan perbaikan masyarakat bukan dari sisi fisik.

Sejarah pertama dicetuskannya miss world memang untuk mencari model pakaian renang alias bikini. Sudah tentu yang dijual adalah kemolekan tubuh para perempuan. Sedangkan Kontes kecantikan hanyalah stempel bagi legalisasi eksploitasi tubuh perempuan agar tampak elegan. Maka dibuatlah kriteria ‘tambahan’ dengan memasukkan aspek intelektual, seperti wawasan sejarah, pengetahuan umum, dan kemampuan bahasa. Ingat itu hanya aksesoris saja!! (sbb/dakwatuna/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Unpad dan UGM. Berprofesi sebagai Dosen, Penulis Lepas dan Penyiar

Lihat Juga

Lima Destinasi Wisata Terbaik di Xi’an, Populasi Muslim Terbesar di China

Figure
Organization