Topic
Home / Berita / Nasional / Hari ini ACT Kirim Tim Kemanusiaan ke Suriah

Hari ini ACT Kirim Tim Kemanusiaan ke Suriah

IMG_5831IMG_5820IMG_5791

dakwatuna.com – Jakarta.  Perang saudara di Suriah menelantarkan banyak jiwa. Krisis di negeri dengan sejarah panjang peradaban manusia ini, tak elok hanya disoroti sekadar dari sudut pandang politik dan membuat Indonesia, negara yang menegaskan kehendaknya berperan dalam ketertiban dunia dan perdamaian abadi umat manusia ini, tak menunjukkan peran yang cukup berarti untuk mengerem kehancuran civil society. Hari ini 3  September 2013 ACT mengirim Tim Kemanusiaan SOS Syiria IV, simultan dengan keberadaan Tim SOS Egypt I di Kairo.

Krisis Suriah mengalami narasi publikasi yang pincang. Didominasi perspektif kekuasaan, polarisasi kekuatan dan militerisme. Krisis Suriah sejatinya adalah penghancuran civil society. “Dunia tanpa civil society, tak lagi beradab. Tertib sipil di bawah ancaman kekuatan bersenjata, abaikan nurani, sejatinya kedamaian semu.

“Ini juga yang mengemuka di banyak Negara. Di balik kekerasan senjata, ada penghancuran civil society. Ini harus menjadi kepedulian masyarakat sipil di mana saja. Boleh jadi sikap pemerintah berbagai Negara bungkam, atau malah berada di polar-polar perbedaan ekstrim atas nama kepentingan ‘tertib dunia’ dengan kekuatan bersenjata. Tapi masyarakat sipil di belahan dunia manapun, jangan sampai ikut bungkam. Selamatkan peradaban kemanusiaan,” ungkap Ahyudin, President ACT.

Media massa dunia diwarnai narasi kekerasan miter dan dampaknya, dan sikap-sikap pasca penyerangan terhadap penduduk sipil di bagian timur Ghoita, 21/8 lalu. Benar bahwa serangan itu – sebagaimana sebuah laporan sepihak, menewaskan tak kurang dari 1.429 dan 426 diantaranya anak-anak. Benar serangan itu melejitkan angka pengungsian di berbagai negara tetangga Suriah. Atas nama kemanusiaan, ACT hadir di tengah pengungsi Suriah. ACT risau karena wacana insan sedunia dihadapkan kemungkinan perang besar antara pihak “penghukum dan terhukum”.

 

Food for Syiria: More than Food

Dominasi isu bernuansa militerisme dunia, perlu perimbangan sikap masyarakat sipil dunia. “Terlepas dari perdebatan politik yang panjang di antara banyak pihak yang merepresentasikan pemerintah sejumlah negara atas krisis ini, ACT ingin konsisten berdiri di atas landasan kemanusiaan. Kami kirim tim kemanusiaan dengan tajuk Food for Syiria. Kebutuhan pokok berupa makanan, harus disiapkan menyangga masa-masa darurat lonjakan pengungsi di berbagai wilayah yang berbatasan dengan Syiria,” jelas N. Imam Akbari, Senior Vice President – Global Network Department ACT. Naif, jika tema kampanye Food for Syiria dipahami pangan secara harfiah.

“Meskipun, pengungsi Suriah memang memerlukan bantuan pangan. ACT berkomitmen membantu pangan untuk pengungsi. Tapi Suriah dan negeri-negeri yang tengah dihancurkan civil society-nya, termasuk Mesir, Somalia, Palestina, etnik Rohingya di Myanmar, juga memerlukan ‘makanan peradaban’.  Kepedulian masyarakat sipil dunia itulah, makanan peradaban.

Gelombang pengungsian memenuhi perbatasan Suriah, antara lain di Lebanon dan Turki. Doddy CHP yang sebelumnya memimpin Tim SOS Egypt-ACT I di Kairo, digeser penugasannya menuju kantong pengungsi Syria. “Salah satu titik krusial pengungsian yang memerlukan dukungan  kemanusiaan, ada di Hatay, Turki. Kami berkoordinasi dengan institusi setempat untuk mengoptimalkan pemberian bantuan,” jelas Doddy CHP.

Pengiriman tim kemanusiaan SOS Syiria-ACT bukan kali ini saja. Ini keempat kalinya. “Tim pertama dan kedua menyampaikan bantuan logistik non-medis ke perbatasan Syiria, khususnya di Jordania dan Turki.  Di Jordania, ACT masuk kamp terbesar di Zaatari. Di Turki, ACT menjalin sinergi dengan sejumlah lembaga kemanusiaan yang berpusat di Istanbul. Baru pada Tim Ketiga, kami mengirim tiga tenaga medis yaitu dua dokter satu perawat. Saat itu kami melayani sehari sampai 200 pasien. Kami juga memberi pelatihan singkat untuk tenaga medis di Jordania,” jelas Doddy.

Tim SOS Syiria-ACT IV kali ini, mengutamakan bantuan pangan. Bantuan pangan sangat mendesak. Terutama untuk anak-anak. “Mengekspos aksi ini, tentu ‘`menjadi ‘peluru’ diplomasi kemanusiaan. Semua mata hati akan bicara, rakyat Syiria tidak hanya memerlukan makanan. Jauh lebih mendasar, semua mengharapkan kedamaian. Perdebatan para pemimpin negara yang berseberangan dalam menyikapi krisis Suriah, alih-alih membangun ketenteraman justru kepanikan massif. Semua ketakutan perang dunia akan pecah di antara lawan dan kawan Suriah. Situasi belum kunjung membaik di Suriah dan perbatasannya,” papar Doddy.

Melalui pengiriman tim ini ACT berharap: Pertama, rakyat Indonesia tidak mati nurani, sadar untuk berpartisipasi kongkret membantu sesama masyarakat sipil di belahan dunia lainnya demi peradaban yang berperikemanusiaan. Kedua, Pemerintah Indonesia segera menunaikan mandat kemanusiaan mendorong perdamaian di Suriah. Ketiga, Rakyat Indonesia maupun institusi kemanusiaan di Indonesia bersatu bersama elemen dunia mendorong perdamaian di Suriah. (act/sbb/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Milad ke-19 PKPU, Human Initiative: Spirit of Humanity

Figure
Organization