Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Kuburan Semut

Kuburan Semut

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

semutdakwatuna.com – “Aduhhhh, bu…semutnya banyak yang meninggal!”, seru seorang siswa kelas 4 padaku. Pada saat itu kami lagi menunggu upacara yang diadakan pada siang hari tepat jam 12.00 WIB pada 17 Agustus 2013. Kami sudah menunggu dari jam 11.00 WIB, karena aku tak tahu kapan mulai upacaranya. Kali ini kami menghadiri upacara yang diadakan oleh kecamatan Dendang karena di dusun yang aku diami dan tempatku mengajar dusun Aik Asam terdapat salah seorang pahlawan yang bernama Alm. Ahmad Muharram, seorang pejuang di zaman 45’.

Sembari menunggu upacara di mulai dimana panas menghempas dan menghampiri tubuhku dan malaikat-malaikat kecil yang berada di sekililingku yang ikut menunggu upacara akan diadakan. Mulai dari kelas 4-6 SD yang diminta oleh Kepala Sekolah untuk ikut dalam upacara pahlawan Aik Asam tersebut. Tubuh malaikat yang berada di sampingku bernama Rohati, sedari tadi semut-semut hitam pekat itu berjalan teratur di tempat duduk kami, aku menghindar dari serbuan semut dengan mengangkat kedua kakiku ke arah tempat dudukku agar tidak masuk menghampiri tubuhku. Malaikat kecil yang berada di sampingku pun ikut menirukan gaya dudukku (jadi malu….hehe) sambil mengatakan dan bertindak langsung, “duduk kayak bu Farida ah…”, ujarnya. Aku hanya tersenyum.

Ku lihat guru lain yang telah menurunkan kakinya dari tempat duduk dan duduk dengan nyaman, ku tanyakan pada malaikat disampingku ini,

“ Apa semutnya masih ada lagi? ”, tanyaku padanya.

la udah nda ade bu “, jawabnya, sembari ia menurunkan kakinya. Akupun menurunkan kakiku karena mendengar apa yang dikatakan malaikat yang satu ini.

Wiiihh bu…semutnya banyak yang meninggal bu…, ucapnya.

Seketika itu aku ingin memperbaiki apa yang diucapkannya dengan mengatakan kalau hewan itu dikatakan “ bukan meninggal sayang…tapi mati”. Tapi aku mencoba untuk melihat apa reaksi yang akan di lakukannya jika saja aku mengatakan hal ini. aku ingin menggali kreativitasnya dan memfasilitasi daya khayal anak yang tinggi ini.

“Kalau mati dikuburkan lah…!, di buat kuburannya juga”, ujarku padanya.

Seketika itu ia membuat kuburan dengan menggunakan tangannya, tapi karena tak cukup banyak yang tergali maka ia mengambil kayu untuk menggali tanah yang lebih dalam lagi. Tahukah apa selanjutnya yang di lakukannya??, apa…menguburkan semut?!. Kalau itu jawabannya salah!. Karena hanya satu ,dua semut yang ditemukannya mati karena terhimpit oleh kakinya saat ia ingin menurunkan kakinya ke tanah. Jadi ia mengambil kayu lagi untuk mematikan semut-semut tersebut… “Astaghfirulloh dalam hatiku…ini anak sadis amat membunuh semut segitunya sampai digiles segala semutnya. Lalu semut-semut yang telah dibunuhnya secara sadis itu diletakkannya di tanah yang telah digali sebelumnya dan di tutupnya dengan tangan kemudian diinjaknya sambil ditekan dengan sepatu hingga tanah yang telah digali sama rata. Karena ku lihat kuburannya telah sama rata, maka kukatakan kembali.

“ Ntar kalau sama rata gitu kasihan donk kuburan semutnya dilangkahi sama orang yang lewat dan diinjaknya. Ia pun langsung meninggikan kuburan semut tersebut dengan tanah. Dan aku mengatakannya lagi..

“ Coba dikasih tanda agar tidak diinjak sama teman kamu atau orang lain yang lewat”, ucapku padanya.

Ia pun mencari kayu yang tadi untuk digunakan menggali tanah sebagai nisannya dan tumbuh-tumbuhan liar yang panjang untuk menyejukkan kuburan semut tersebut dan sebagai tanda agar tak diinjak. Kemudian si malaikat kecil satu ini meninggalkan kuburan tersebut dan berada disampingku dan kulihat kuburannya diinjak oleh teman-temannya yang lewat, dan diapun ternyata melihat bahwa kuburannya telah dirusak oleh temannya karena kuburannya sangat kecil. Akhirnya ia membenahi kuburan semutnya dan meminta temannya agar kalau berjalan tidak disini, ..

“Ngaleh-ngaleh (pindah-pindah) ini kuburan semut..jangan diinjak kata bu Farida tadi semut-semutnya dikuburkan”.

Terus ia pun menjaga kuburan semut-semutnya agar tidak diinjak kembali hingga kalau ada yang lewat disitu dimintanya untuk pindah.

“Aduhhh bu…mayat-mayatnya bau”, sambil menutup hidungnya.

Aku pun berujar kembali… “udah digitukan aja kuburannya ? gak diapa-apakan lagikah ? kasihan semutnya gak ada yang do’ain dia”.

Kemudian teman-temannya yang mendengar malaikat yang satu ini sibuk dengan kuburan semutnya sedari tadi bergabung dengannya dan membuat kelompok kecil mengelilingi pekuburan semut dan berdo’a untuk semutnya itu, kemudian ada satu malaikat lagi yang melihat ada semut yang mati lagi dan berujar kepadaku,

” Bu…ada semut yang mati lagi!”, ucapnya

“Ya udah..dikuburkan lagilah semut itu”, jawabku.

Ia pun menggali kembali kuburan yang telah diresmikan dan dido’akan olehnya dan temannya untuk ditambah beberapa anggota semut lain yang tak sengaja mati. Kemudian di tutupnya kembali dan dipasangnya tumbuhan liar seperti semula sebelum dibongkarnya. Aku hanya bisa tersenyum dalam hati, karena melihat reaksi mereka langsung bertindak ketika ada yang mati dan uniknya itu semut loh. Malaikat-malaikat kecilku semoga kalian tetap kreatif, sholeh dan sholeha serta cinta dan mengenal agama kalian apalagi kalau Ibu sudah tidak bersama kalian lagi…kalian pasti bisa..! dan Alloh sayang dan cinta sama anak yang sholeh dan sholeha ^_^.

Redaktur: Fauziah Nabila

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Guru SDN 4 Dendang Belitung.

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization