Topic
Home / Pemuda / Essay / Biarlah Saya Memilih yang ke-3 Saja

Biarlah Saya Memilih yang ke-3 Saja

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

love-lilindakwatuna.com – Suatu ketika saya berdiskusi tentang tema yang sangat menarik bersama teman-teman. Saya yakin, nyaris semua di antara kita pasti sepakat tema ini memang menarik. Tema ini tak bergantung musim. Juga tak lekang oleh rentang usia. Tak kenal kasta dan juga harta. Bahkan, seperti tema warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Padahal tema ini hanya terdiri dari satu kata. Bahkan hanya disusun oleh lima huruf saja. Tapi, ya itu tadi, saya yakin, nyaris semua di antara kita menganggap tema ini menarik.

Memang, tidak bisa dipungkiri, tema ini sangat vital. Sangat menentukan garis khidupan seseorang. Meski kental sekali nuansa misterius, tapi justru inilah yg sering jadi pikiran terus..(ehem..ehem…uhuk..uhuk..kukuruyuuk..sahurr..sahurr..eh..! :D).

Tema itu adalah..eng..ing..eng….

“….JODOH….”

Ya, jodoh. Menarik kan? (Ahh,maksa deh..wkwkwk).

“Akmal, jodoh kan harus kita usahakan. Harus dicari! Gak mungkin diam mnunggu. Kalau gak ada usaha untuk ‘jadian’, gak ada acara ‘nembak’, trus ‘jalan bareng’ gimana mau dapet gan?” ujar seorang teman saya dengan penuh keyakinan dengan pemikirannya.

“Ok,,ok..baiklah. Sudah selesai argumennya tuh? Ada tambahannya lagi gak dari yang lain?” tanya saya menanggapi dengan seulas senyum.

“Gua sepakat tuh dengan prnyataan si ‘x’. Mmmhm..gimana ya? Oh ya,,ada neh..ada! Argumen si ‘x’ tadi, sesuai lho dengan pepatah– Jodoh itu di tangan Tuhan. Nah, jika tidak kita ambil, ya tetap di tangan Tuhan..tuuh..iya kan?” timpal teman yang lain, menguatkan argumen sebelumnya.

“Nah,,itu dia broo..muantabh!! gua suka n sepakat dengan pepatah barusan. Jodoh itu memang di tangan Tuhan. Namun yang jadi pertanyaannya, gimana tata cara ngambilnya? Ingat lho, kita ‘ngambil’nya dari tangan Tuhan kan? Kira-kira dengan cara yang ngasal, elegan atau super elegan?” ujar saya bertanya.

“…….” teman-teman saya hanya diam.

“Ok, mungkin ada juga dengan cara ngasal.. eh dapet juga akhirnya. Bahkan dari kacamata kita, mudah banget prosesnya, nembak.. dilanjutkan jalan bareng berbulan bahkan bertahun. Terus berujung di pelaminan. Jadi deh! Atau ada yg lebih simple, baru jadian satu bulan, terus (maaf) telat datang b**an, maka dipercepatlah ke pelaminan..kebuuut man..kebuut! Soalnya maluu..ahh..maluu..” lanjut saya.

“…….” teman-teman saya masih tetap menanggapi dengan diam.

“Nah, tuh.. dapet jodoh juga kan? Tapi jodoh yang gimana tuh coba? Kira-kira yakin gak tuh, yang dijemput barusan dari ‘Tangan Tuhan’? Atau, memang dari tangan Tuhan, tapi Tuhan ‘ngasih-Nya’ dengan cara apa? Kalau ngasih-Nya sesuai dengan cara kita yang ngasal gimana?” tanya saya.

“……..” ahh, teman-teman saya masih saja diam bergeming.

“Memang Jodoh di Tangan Tuhan. Kita memintanya, mengambilnya tentu dengan cara yang diRidhoi Tuhan donk. Jika diminta dengan cara yang mulia, ‘mengambilnya’ dengan cara yang mulia, pasti Tuhan memberi yang mulia, dengan cara yang mulia. Kita pun mendapatkannya di tempat yg mulia,” tambah saya.

Kemudian, saya pun melanjutkan penjelasan khusus, terkait pentingnya ‘tempat mengambil’ jodoh. Semua orang memang ditakdirkan berpasang-pasangan. Tapi, lingkungan tempat pasangan kita bertumbuh, pasti sangat mempengaruhi kualitas pasangan kita. Sama seperti kita yang juga banyak ditentukan lingkungan bergaul. Meskipun tetap saja dalam wujud sama-sama manusia..NAH,LINGKUNGAN SHALIH HARUS DIUTAMAKAN!

Saya pun melanjutkan cerita tentang kaleng minuman bersoda yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Ada 3 jenis kaleng minuman bersoda yang diproduksi dari pabrik yang sama. Suatu hari, sebuah truk datang ke Pabrik, mengangkut kaleng minuman bersoda dan menuju tempat yang berbeda untuk didistribusikan.

Perhentian pertama di supermarket lokal. Kaleng pertama diturunkan di sini. Setelah itu dipajang bersama kaleng minuman bersoda lainnya dan diberi harga Rp.4 ribu.

Perhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana, kaleng kedua diturunkan. Kaleng ini ditempatkan dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp7.500,-

Nah, pemberhentian terakhir adalah hotel berbintang lima yang sangat mewah. Kaleng minuman bersoda ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan.

Jika ada yang memesan, kaleng ini dikeluarkan bersama gelas kristal berisi es batu. Semua disajikan di atas baki. Pelayan hotel akan membuka kaleng minuman bersoda itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya pada pelanggan. Di sini minuman bersoda diberi harga Rp60ribu.

“Jika disuruh memilih, saya biarlah memilih yang ke-3 saja,” tutup saya.

“……..” dan teman-teman saya masih saja diam. Namun, kini dengan kepala yang nyaris dianggukkan serempak.. J

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Sarjana Sains (S.Si) di bidang Fisika, FMIPA Universitas Andalas, kini aktif di bidang Social Entrepreneure.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization