Topic
Home / Berita / Nasional / Wanita dan Anak Ikut Jadi Korban, Militer Mesir Langgar HAM Internasional

Wanita dan Anak Ikut Jadi Korban, Militer Mesir Langgar HAM Internasional

Banyak korban yang berjatuhan pada peristiwa pembantaian di Rab'ahm Mesir, Rabu lalu (14/8/2013), termasuk kaum ibu. Seorang anak menangis melihat ibunya bersimbah darah, sambil berteriak, "bangun mama... bangun mama..."
Banyak korban yang berjatuhan pada peristiwa pembantaian di Rab’ahm Mesir, Rabu lalu (14/8/2013), termasuk kaum ibu. Seorang anak menangis melihat ibunya bersimbah darah, sambil berteriak, “bangun mama… bangun mama…”

dakwatuna.com – Kekejaman militer Mesir terhadap warga pendukung Muhammad Mursi masih terus berlangsung. Sejak peristiwa penyerangan jamaah shalat Subuh pada Juli lalu, operasi pembersihan kamp-kamp pendukung anti-kudeta di lapangan Rabiah Al Adawiyah dan Nahda Square pada Rabu (14/8) hingga Jumat (16/8) kemarin, sudah ribuan warga Mesir tewas. Sementara puluhan ribu lainnya terluka. Di antara korban, banyak terdapat perempuan dan anak-anak.

Ketua Bidang Perempuan DPP PKS, Anis Byarwati mengatakan pembantaian yang dilakukan pemerintahan kudeta Mesir dengan dukungan militer telah nyata-nyata melanggar Deklarasi Universal PBB tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR).

“Pasal 9 Konvensi tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan dan keamanan pribadi. Tidak seorang pun dapat ditahan atau ditangkap secara sewenang-wenang,” ujar Anis di Jakarta, Sabtu (17/8/2013).

Anis mengatakan tindakan militer Mesir sudah melewati batas hukum deklarasi ICCPR tersebut. Militer Mesir tidak sekadar menangkap, tapi juga membantai warganegara yang sedang menyampaikan aspirasinya dengan damai.

“Manusia manapun yang memiliki hati pasti tersentuh dan mengutuk perbuatan keji dan tidak beradab tersebut, tindakan kejam tersebut jelas dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki hati,” jelasnya.

Menurutnya, tindakan militer Mesir sangat menodai prinsip demokrasi. Para pendukung Mursi melakukan unjuk rasa dengan damai untuk mengembalikan otoritas Mursi yang telah dicabut paksa, padahal Mursi dipilih dengan legitimasi dari rakyat. Protes yang dilakukan pendukung Mursi adalah bagian dari demokrasi itu sendiri. Pendukung Mursi tidak melakukan tindakan anarkis, mereka melakukan aksi dengan damai sehingga sangat tidak layak jika direspon dengan kekejaman yang sangat brutal oleh militer Mesir.

Secara kemanusiaan, tambah Anis, tindakan militer Mesir sangat jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Apalagi ada banyak perempuan dan anak-anak di dua lokasi demonstrasi tersebut. Namun militer Mesir tidak peduli.

“Alih-alih memberikan perlindungan pada perempuan dan anak-anak, justru sebaliknya, pembantaian dilakukan dengan membabi buta,” cetusnya.

Pemerintahan kudeta Mesir menyebutkan jumlah korban tewas akibat serangan militer itu hanya mencapai 600 orang. Sementara sekitar 5000 lainnya terluka. Namun Ikhwanul Muslimin menyebutkan angka korban yang tewas lebih banyak dari yang dilansir pemerintah. Jumlah korban tewas mencapai 2600 orang, sementara sekitar 15.000 lainnya terluka.

Bahkan masjid-masjid di Kairo kini menjadi tempat penampungan sementara mayat-mayat korban militer Mesir. Jumlah mereka mencapai ratusan. Banyak korban yang sulit teridentifikasi karena mengalami luka bakar parah.

Korban semakin bertambah setelah militer Mesir menembaki dari udara massa yang melakukan unjuk rasa damai di Kairo usai Shalat Jum’at kemarin. (dakwatuna/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization