Topic
Home / Berita / Silaturahim / Ramadhan di Kampus UGM 1434 H

Ramadhan di Kampus UGM 1434 H

dakwatuna.com – Yogyakarta. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Jama’ah Shalahuddin Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Ramadhan di Kampus (RDK) 1434 H. RDK merupakan kegiatan terbesar yang rutin diselenggarakan oleh LDK Jama’ah Shalahuddin UGM sejak tahun 1976.

Kegiatan RDK tahun diisi oleh acara, antara lain “Dare to Win”, Pagelaran Seni, dan Talkshow Kemandirian Bangsa.

Acara Cerdas Cermat "Dare to Win" dalam rangka Ramadhan di Kampus (RDK) LDK Jama’ah Shalahuddin UGM, Sabtu (27/7/2013). (ist)
Acara Cerdas Cermat “Dare to Win” dalam rangka Ramadhan di Kampus (RDK) LDK Jama’ah Shalahuddin UGM, Sabtu (27/7/2013). (ist)

Dare to Win

Acara Dare To Win dilaksanakan pada hari Sabtu (27/7/2013). Bertempat di Ruang Auditorium Fakultas Biologi, acara lomba cerdas cermat dilaksanakan. Dare to Win merupakan lomba cerdas cermat yang ditujukan untuk siswa SMA/MA dan sederajat se-Yogyakarta. Acara diikuti oleh sembilan tim, dengan anggota tiga orang per tim. Satu sekolah boleh mengirimkan lebih dari satu tim, sehingga ada beberapa sekolah mengirimkan dua tim dalam acara tersebut. Berbeda dengan lomba cerdas cermat pada umumnya, Dare to Win mencoba membuat inovasi baru, tidak monoton seperti lomba cerdas cermat.

Sesuai tema acara Ramadhan di Kampus (RDK) 1434 H, ‘Semangat Baru Menuju Perubahan’ panitia ingin memberikan sesuatu yang berbeda dalam acara Dare to Win. “Acara ini (Dare to Win) mencoba memberikan sentuhan baru, yaitu dengan konsep baru. Namun esensi dari cerdas cermat tidak hilang,” papar Jeni Roxy, koordinator acara. Konsep baru yang digunakan dalam acara ini, ialah menggunakan Teknologi Informasi (TI). Konsep yang diusung serupa dengan acara Who Wants to be Millionare. Materi yang diujikan dalam lomba cerdas cermat mencakup materi pengetahuan sosial, sejarah Islam, Isu terkini, seputar Ramadhan, dan dunia Islam.

Peserta melewati beberapa tahap untuk masuk dalam babak ‘Jeopardy Seat’, terdapat dua tahap. Tahap pertama, semua tim mengikuti babak ‘Estafet Jawab’. Masing-masing tim disediakan satu laptop di seberang. Dalam menjawab peserta harus berlari menuju laptop satu per satu, seperti lari estafet. Waktu yang disediakan 10 menit. Soal yang disediakan berupa soal hitungan dan soal cerita. Babak ini melatih kecerdasan dan kecermatan peserta. “Kadang-kadang dalam keadaan mendesak, manusia tidak bisa berpikir baik. Yang menarik di sini, setiap peserta harus memiliki kecerdasan dan kecermatan dalam menjawab soal, terutama di soal cerita. Konsep dalam soal cerita panjang, tapi yang ditanyakan bukan itu,” papar Jeni.

Babak selanjutnya, Teka-Teki Srabble (TTS), peserta harus menjawab beberapa pertanyaan dalam sebuah kertas dan menjawabnya dengan menyusun huruf per huruf membentuk suatu kata. Lomba ini menggunakan sistem poin terbanyak. Dari dua babak sebelumnya, poin diakumulasikan. Tiga tim dengan poin terbanyak masuk dalam babak Jeopardy seat (babak final). Ketiga tim tersebut dari SMA N 1 Godean, SMA N 1 Depok, dan MAN 2 Yogyakarta.

Babak Jeopardy seat merupakan babak penentuan juara. Pada babak ini,  para peserta dihadapkan di kursi panas. Babak ini dikemas menyerupai Who Wants to be Millionare, yaitu dengan tiga bantuan dan sistem pemberian pertanyaan. Tiap tim diberikan waktu untuk menyelesaikan beberapa pertanyaan. Namun jika tiap anggota tim telah menjawab salah, maka permainan berakhir. Tiap pertanyaan yang terjawab benar, akan dihitung sebagai poin tim.

Pada akhir acara, panitia mengumumkan para pemenang. Lomba cerdas cermat Dare to Win ini dimenangkan oleh SMA N 1 Godean, sebagai juara I. Juara II diperoleh tim SMA N 1 Depok, dan juara III ditempati MAN 2 Yogyakarta. Juara I memperoleh Tropi Dinas Pendidikan Yogyakarta, juara II meraih Tropi Dirmawa UGM dan juara III mendapatkan Tropi JS UGM. Seluruh pemenang mendapatkan sertifikat dan uang pembinaan. Tahun ini merupakan tahun pertama digelar Dare to Win, seperti yang diungkapkan Jeni, “seperti artinya, Dare to Win yaitu berani menang. Acara ini untuk memotivasi para peserta lebih giat belajar. Ini tahun pertama, jadi kita berusaha baik, dan mengharapkan tahun depan lebih baik lagi.”

Pagelaran Seni, Pengunjung Antusias

Acara Pagelaran Seni dalam rangka Ramadhan di Kampus (RDK) LDK Jama’ah Shalahuddin UGM, Sabtu (27/7/2013). (ist)
Acara Pagelaran Seni dalam rangka Ramadhan di Kampus (RDK) LDK Jama’ah Shalahuddin UGM, Sabtu (27/7/2013). (ist)

Sabtu malam (27/7/2013) gedung Pusat Kebudayaan Koesnandi Hardjosoemantri dibanjiri oleh pengunjung dari berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan pada pukul 21.00 sampai pukul 23.59 WIB diselenggarakan Pagelaran Budaya Islam.

Tema yang diangkat adalah Malam Mingguan Bareng Cak Nun dan Kyai Kanjeng dalam Menjemput Malam Lailatul Qadr. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai islami pada masyarakat dari segi seni. Tidak hanya sebagai hiburan dan seni saja, acara ini dilaksanakan juga untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas atau berdakwah bahwa Islam adalah agama yang tidak memberatkan.

Melalui publikasi dengan poster, leaflet, baliho, pengumuman pada setiap acara di Masjid Kampus (maskam) UGM, serta via SMS, kegiatan ini mampu menyita perhatian ribuan pengunjung. Semula panitia RDK menargetkan seribu pengunjung. Target tersebut terpenuhi dan melebihi perkiraan peserta yang datang karena tempat berlangsungnya acara tersebut penuh sesak oleh antusias peserta yang hadir.

Persiapan yang dilakukan cukup matang, sejak satu bulan sebelum bulan Ramadhan acara ini telah terkonsep. “Awalnya kita mencoba me-lobi Cak Nun, kemudian membicarakan fee. Kita cukup berhasil juga di sini, karena harga awal yang dipatokkan tiga puluh juta, kita mampu menawar sampai dua puluh juta,” terang Fakhrina Ika Apriliani.

Meskipun telah dilakukan persiapan cukup matang, panitia pun masih menghadapi kendala. Kendala tersebut berupa waktu penyelenggaraan yang dilakukan malam hari. Hal ini berkaitan karena JS merupakan lembaga dakwah kampus (LDK) yang merasa agak riskan mengadakan kegiatan sampai larut malam. Untuk mengatasi kendala tersebut, Fakhrina mahasiswi Akuntansi 2011 ini mengaku membagi-bagi tugas penting yang harus dilakukan seorang akhwat.

Acara yang pertama kali diadakan ini berjalan sukses dan sesuai rencana. Kesuksesan yang terlihat selain karena jumlah pengunjung yang melebihi target, dibuktikan dengan tepatnya show time dan momentum yang tepat saat malam minggu. Panitia RDK juga turut mengundang dua orang anggota Kajasha (keluarga alumni Jamaah Shalahuddin), yaitu Prof. Edi Meiyanto dan Muslih Zainal Asidiq, serta Prof. Heddy Shri Ahimsa Putra selaku dosen Antropologi UGM.

Sebagai penanggung jawab acara, Fakhrina juga berharap untuk tahun depan semoga acara ini dapat berlanjut. Beliau juga memaparkan acara tersebut tidak dilakukan di Maskam UGM seperti kegiatan-kegiatan yang lain dengan alasan menyesuaikan tema dan kegiatan dilakukan waktu malam hari. “Kalau di Maskam maksimal hanya sampai jam sepuluh malam, tidak seperti di sini (Pusat Kebudayaan Koesnandi Hardjosoemantri,-Red) dibebaskan meskipun sampai tengah malam. Karena acara pagelaran seni ini seperti konser, maka kita adakan di pusat kebudayaan.” Pungkasnya.

Sejarah perjuangan Cak Nun dan Jamaah Shalahuddin

Pada puncak acara sabtu malam, Cak Nun membacakan puisi-puisi Lautan Jilbab dengan diiringi musik Kyai Kanjeng. Hal tersebut bertujuan untuk mempersegar ingatan dan mengenang memori sejarah. Emha Ainun Nadjib, dengan nama sapaan yang akrab di telinga kita sebagai Cak Nun memiliki ikatan sejarah dan kontribusi penting sebagai tonggak berdirinya Jamaah Shalahuddin (JS) sebagai lembaga dakwah kampus (LDK) pertama dan terdepan di Indonesia.

Fenomena bersejarah tersebut terjadi ketika Cak Nun mementaskan pagelaran Lautan Jilbab bersama para aktivis Jamaah Shalahuddin di acara Pentas Seni Ramadhan di Kampus UGM pada tahun 1986. Hal yang mengguncang kesadaran publik tentang pemakaian jilbab pada saat itu. Sebelum terjadi peristiwa penting itu terjadi, orang berjilbab bisa dikeluarkan dari kampus dan sekolah. Melamar pekerjaan pun ditolak karena alasan berjilbab. Saat itulah Cak Nun dan JS UGM menggebrak dan melakukan perlawanan atas kondisi ini.

Oleh sebab itu, acara pagelaran budaya Islam ini begitu penting bagi generasi penerus JS UGM saat ini. Berbicara mengenai sejarah awal mula gerakan dakwah kampus di Indonesia, tidak lepas dari gerakan Jama’ah Shalahuddin UGM di Yogyakarta dan masjid Salman ITB di Bandung.

Talkshow Kemandirian Bangsa

Acara Talkshow Kemandirian Bangsa dalam rangka Ramadhan di Kampus (RDK) LDK Jama’ah Shalahuddin UGM, Kamis (25/7/2013). (ist)
Acara Talkshow Kemandirian Bangsa dalam rangka Ramadhan di Kampus (RDK) LDK Jama’ah Shalahuddin UGM, Kamis (25/7/2013). (ist)

Kamis malam (25/7) panitia Ramadhan di kampus (RDK) UGM mengadakan Talkshow Kemandirian Bangsa. Dengan tema “Tantangan Pengembangan Sainstek dalam Mewujudkan Kemandirian Bangsa” menghadirkan dua tokoh yang telah ahli dalam bidang masing-masing. Kedua pembicara tersebut ialah Prof. Dr. Ir. Umar Anggara Jenie, M. Sc, Apt. (Ketua LIPI 2002-2010) yang berkiprah dalam dunia sains-teknologi dan Dr. Hendri Saparini (Dirut ECONIT dan Staff Ahli Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli) yang berkecimpung dalam bidang perekonomian.

Acara yang bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat umum agar bisa menggunakan teknologi yang ada dengan sebaik mungkin. Selain itu juga agar tidak ketinggalan dari negara-negara maju untuk mencapai kemandirian dalam perekonomian. Dari kedua pembicara tersebut kita bisa belajar bagaimana memaksimalkan teknologi untuk menjadi negara yang mandiri dalam bidang perekonomian.

Kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Kampus (Maskam) UGM ini dilaksanakan setelah shalat tarawih. Sekitar pukul 20.30 WIB acara dimulai dan selesai pada 22.30 WIB. Persiapan yang sudah dilakukan selama kurang lebih satu bulan sebelum acara dilaksanakan ini mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut yang menyebabkan acara ini ditunda menjadi malam hari, karena semula direncanakan pada pagi hari.

Kendala yang dialami antara lain karena salah satu pembicara (Dr. Hendri) terlambat sampai di bandara, sehingga pesawat yang akan ditumpangi telah berangkat. Selain itu publikasi yang kurang menyebar karena keterbatasan dana. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) dan padatnya kegiatan RDK minggu ini juga menjadi kendala. “Sebenarnya proposal sudah masuk ke perusahaan-perusahaan besar, tetapi kita kurang mendapat follow up dari media partner dan sponsor.” Papar Andri Prayitno mahasiswa Ilmu Filasafat 2011.

Keputusan yang diambil untuk menunda acara menjadi malah hari karena tindakan cepat dari panitia. Saat mengetahui bahwa Dr. Hendri tertinggal pesawat, panitia segera mengadakan rapat mendadak untuk mengatasinya. Karena sebelumnya tidak ada rencana cadangan jika terjadi hal-hal seperti ini.

“Kita bisa saja tetap melangsungkan kegiatan pada pagi hari dengan Prof. Umar, tetapi karena tema kita sainstek dan kemandirian bangsa dalam perekonomian maka kurang lengkap rasanya jika kita hanya dengan satu pembicara dari aspek sainstek saja.” Ungkap Andri selaku koordinator sie acara. Alternatif ditundanya acara ini tidak hanya pada malam hari, ada rencana untuk dilaksanakan pada saat kajian buka bersama. Namun pada waktu tersebut kurang efektif karena jamaah dan pendengar yang datang pada sore hari itu hanya orang-orang yang berniat untuk mengaji. Sedangkan malam hari dengan asumsi bahwa jamaah shalat tarawih setelah selesai melaksanakan shalat tarawih tidak segera meninggalkan tempat, untuk itu dikondisikan agar tetap berada di tempat sebagai peserta talkshow.

Jadwal Prof. Umar yang fleksibel membantu memudahkan panitia untuk tidak menggagalkan rencana ini. Selain itu karena beliau berdomisili di Jogjakarta, maka beliau dengan mudah menyesuaikan diri untuk tetap bisa menjadi pembicara. Dengan demikian acara tetap berlangsung sukses sesuai rencana dengan dua pembicara.

Semula jumlah peserta yang ditargetkan kurang lebih dua ratus orang, tetapi melihat kondisi yang diundur sampai malam, peserta kira-kira seratus sampai seratus lima puluh orang. Andri juga mengaku pada sekitar pukul 09.00-10.00 WIB kira-kira ada sepuluh orang yang datang ke maskam dan menanyakan tentang acara tersebut. Kemudian pihak panitia menjelaskan bahwa acara diundur sampai setelah shalat tarawih.

Kegiatan yang pernah dilaksanakan tahun lalu di Auditorium Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dengan menggunakan biaya untuk mengikuti talkshow tersebut. Berbeda dengan tahun ini yang terbuka untuk umum dan gratis dilakukan di Maskam UGM. Hal ini dilandasi sesuai dengan tema Ramadhan di kampus (RDK) tahun ini yaitu semangat baru menuju perubahan kita berusaha memfasilitasi umat untuk mencari ilmu tanpa harus mengeluarkan uang.

Kesuksesan acara ini bisa diukur dari menariknya kegiatan ini, pembicara menguasai, tetapi sedikit kurang maksimal karena publikasi yang mendadak ketika diumumkan saat akan shalat tarawih. Sebenarnya acara ini akan lebih menarik jika dilaksanakan di dalam ruangan. Karena kita tidak mendapatkan ruangan pinjaman, terpaksa kegiatan dialihkan ke maskam, jelas Andri.

Andri juga berharap acara ini bisa dilanjutkan. Dengan persiapan lebih matang, publikasi menyebar, terjalin komunikasi yang baik antara panitia dengan pembicara maupun dengan sesama, dan gratis lagi. Karena ibu Hendri sendiri berharap semoga tahun depan bisa bertemu dalam kegiatan seperti ini. Tahun ini pun RDK juga lebih baik dari tahun lalu dengan sponsor dan media partner lebih banyak dari pada tahun lalu.

Kendati demikian, kita dapat belajar banyak ketika sebuah rencana tidak bisa berjalan sesuai harapan. Kita juga merasakan hikmah dan mudharatnya ketika kita harus menunda acara ini. Hikmah karena peserta lebih banyak dan mudharat karena kita tidak konsekuen dan profesional terhadap waktu, pungkas Andri.

(Vindiasari Yunizha S.P. / Adinda Noor Malita / hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization