Topic
Home / Berita / Opini / Konsep Politik Ihsan

Konsep Politik Ihsan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

konsep politikdakwatuna.com – KONSEP Ihsan sudah dikenal jauh sebelum munculnya sistem demokrasi di Indonesia, bahkan  dunia sekali pun.

Sebagaimana kita ketahui kata ‘Ihsan’ berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘terbaik’ atau ‘kesempurnaan’, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim.

Dari Abu Hurairah RA, pada suatu hari Rasulullah SAW muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seseorang datang dan bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah Iman itu?” Rasulullah SAW bersabda: “Yaitu Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan beriman kepada Hari Kebangkitan.“

Orang itu bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?” Rasulullah SAW bersabda: “Islam yaitu Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan shalat fardhu, memberikan zakat wajib, dan berpuasa di bulan Ramadan“.

Orang itu kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?”. Rasulullah SAW bersabda: “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu“.

Orang itu bertanya lag, “Wahai Rasulullah, kapankah Hari Kiamat itu?”. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang menanya. Apabila ada budak perempuan melahirkan majikannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila ada orang yang semula miskin menjadi pimpinan manusia, maka itu termasuk di antara tandanya. Apabila orang-orang yang tadinya menggembalakan ternak saling berlomba memperindah bangunan, maka itu termasuk di antara tandanya. Ada lima hal yang hanya diketahui oleh Allah“.

Kemudian Rasulullah SAW membaca Surat Luqman ayat 34, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja lah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan Dia lah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal“.

Kemudian orang itu berlalu. Lalu, Rasulullah SAW meminta para sahabatnya untuk melihat orang tersebut.

Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, namun mereka tidak melihat siapa pun.

Maka Rasulullah SAW bersabda: “Itu tadi adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama mereka“.

Melihat sistem demokrasi saat ini jauh sekali dari harapan. Jika kita melihat realita yang terjadi hari ini ternyata praktik demokrasi yang diterapkan di Indonesia merupakan sistem yang sangat mahal, bahkan cenderung bertentangan dengan ajaran agama.

Contohnya, pengambilan keputusan saja melibatkan banyak orang dan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Padahal, pengambilan keputusan bisa diambil dengan cara cepat disertai kajian Ilmiah, bukan berdasarkan suara terbanyak yang keputusannya bisa saja menyesatkan. Apalagi, banyak persoalan yang menyangkut hajat hidup banyak orang.

Bila saja konsep Ihsan bisa diterapkan di Indonesia, di mana setiap pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan menanamkan niat mencari ridha Allah dan menyadari bahwa apa yang mereka kerjakan merupakan bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta, bukan kepada kelompok atau pimpinan partai politik.

Bahkan yang membuat miris, sesama partai Islam atau partai berbasis Islam berselisih kepentingan.

Keyakinan atas segala perbuatan yang dilakukan disaksikan oleh Allah akan menjadi benteng dari perbuatan yang merugikan rakyat.

Walau pun mereka tidak melihatnya Allah secara langsung, namun minimal mereka meyakini Allah selau mendampingi. Dengan begitu, maka sistem apa pun yang diterapkan di Indonesia tidak akan menyengsarakan rakyat.

Bahkan diyakini, korupsi, kolusi, dan nepotisme akan terkikis secara perlahan dari bila konsep politik Ihsan dikedepankan dalam menentukan kebijakan publik. (sbb/dkw)

Wallahu A’lam.

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pengamat politik dari Uhamka (Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka). Sekjend DPP IMM.

Lihat Juga

Rusia: Turki Maju sejak Erdogan Memimpin

Figure
Organization