Topic
Home / Pemuda / Essay / Pemuda Pembangun Peradaban

Pemuda Pembangun Peradaban

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Jika membayangkan kata peradaban lantas apa yang tersirat di benak kita?.  Berbicara peradaban maka kita mulai berbicara SDM (Sumber Daya Manusia). Untuk membangun sebuah peradaban yang madani tentu dibutuhkan kualitas SDM yang baik maka SDM yang baik tentu tak lepas dari hasil produksi Pendidikan. Bagi mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan tentu sudah tidak asing lagi dengan kata ini dan sudah lebih memahami makna dan tujuan pendidikan itu sendiri. Sekilas saya bahas salah satu pengertian Pendidikan. “Pendidikan adalah  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan  proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. (UU RI No.  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1) . Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan dengan pendidikan seorang manusia mempunyai potensi besar untuk memiliki kualitas terdidik sehingga bisa menjadi manusia yang berguna. Jika manusia memiliki kualitas terdidik seperti kriteria yang disebutkan dalam Undang-undang maka Negara tentunya akan memiliki SDM yang berkualitas dan negeri ini bukan lagi menjadi Negara berkembang namun menjadi Negara maju. Pertanyaannya, apakah memang sudah terealisasikan hal tersebut? Dengan melihat berbagai fakta krisis pendidikan di negeri ini? Ambilah, Salah satu contoh kasus yang hangat saat ini adalah carut marut UN dan pergantian kurikulum 2013. Pihak pro dan kontra dari kalangan birokrat, guru, mahasiswa, warga terus memperdebatkan hal ini namun seperti kasus-kasus sebelumnya yang melebur dan tidak pernah usai layaknya cuplikan film yang bertuliskan to be continue namun sayang belum selesai satu episode malah dimunculkan episode baru.  Masih adakah masalah pendidikan selain itu? Coba jawablah dengan hati dan pikirian anda.

                Sudah terbayangkah masalah-masalah itu? Lantas apa yang bisa kita perbuat setelah kita melihat fakta-fakta “kemiskinan pendidikan” di tanah air yang kita pijakan ini?. Ingatkah dulu ketika masa orientasi Kampus, kita dikenalkan dengan 3 peranan mahasiswa yaitu social control, iron stock dan agent of change maka sudah sepantasnya kita menyadari fitrah kita sebagai mahasiswa. Tidakkah terketuk hati kita ketika saudara-saudara kita diluar sana kehilangan hak nya untuk mengenyam pendidikan ataukah kita tega melihat anak-anak kita kelak terpuruk dalam pendidikan yang sudah tidak sehat bilamana mahasiswa saat ini hanya diam, tidak peduli dengan fenomena degradasi kualitas SDM pendidik di Indonesia. Mari maksimalkan peranan kita. Tidak cukup dengan kita hadir full time dalam setiap agenda kuliah, namun perlunya sejak saat ini kita mengasah hati dan pikiran kita atas permasalahan pendidikan yang terjadi hari ini. Bukankah fungsi kita adalah untuk menyelesaikan masalah rakyat? Bukan sekedar mengejar nilai, gelar, karir dan kedudukan. Sebagai calon pendidik maka sensitifitas terhadap permasalahan pendidikan sudah menjadi sebuah keharusan yang melekat dalam jiwa kita. Dan bukankah manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain?. Jangan sampai kita  menjadi bungkus snack kosong yang telah diproses dengan teknologi canggih namun tetap berakhir di tempat pembuangan sampah.

                Siapakah para sahabat yang mendampingi Rasulullah berjuang? Siapakah yang menculik Soekarno ke rengasdengklok dan memaksanya untuk segera mendekalarasikan kemerdekaan? Siapakah yang menggulingkan tirani Soeharto pada era orde baru? Jawabannya Pemuda. Mahasiswa adalah kaum intelektual yang terkenal dengan kekritisan, kreatif, dan solutif. Maka peradaban ada di tangan mahasiswa dengan sikap kekritisannya terhadap berbagai permasalahan hingga memunculkan tekad untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan tindakan. Maka dengan visi yang sama yaitu membangun peradaban madani, mahasiswa mampu menjadi pembangun peradaban. Apalagi dengan status sebagai pendidik maka kita memiliki peranan yang cukup besar untuk mencetak SDM berkualitas yang mampu untuk menyulap negeri ini menjadi sepenggal firdaus hingga lahir SDM dari negeri yang siap berekspansi ke negeri lain untuk mewujudkan cita-cita membangun peradaban yang madani. Mari kita mulai hari ini dengan langkah paraktis. Mulailah dari membangun kekritisan terhadap isu-isu pendidikan di negeri ini minimal isu pendidikan di kampus sendiri, lalu munculkanlah budaya diskusi dalam forum kajian isu, bersama merumuskan solusi dan mulailah bersama bergerak dengan arah dan landasan yang benar dan terbaik. Selalu yakin bahwa setiap proses akan baik bila niat lurus dan setiap hasil akan baik manakala kita berdoa dan yakin kepada sang Pencipta.

Siapa yang bisa menguatkan hati mereka (rakyat) dan membela hak mereka jika bukan kita (kaum intelektual). Ketika tidak ada lagi yang menyuarakan kepedihan rakyat kepada pemimpin di sana, maka berarti sudah tidak ada lagi pemuda.

Setiap muslim bersaudara dan dimanapun tempat mereka berada maka disana tanah air kita dan sudah sepantasnya kita membela mereka dimanapun mereka berada.

Anak-anak yang kelak kita lahirkan

Anak-anak yang kelak menjadi keturunan kita

Merekalah generasi masa depan

Maka mampukah kita melihat mereka dalam keterpurukan

Karena kelalaian kita dalam membenahi negeri hari ini

Generasi masa depan tergantung pada generasi sekarang

Bila kita menegcap pahitnya hari ini maka jangan biarkan pahit ini dikecap oleh anak-anak kita

Menyelamatkan anak-anak kita adalah Menyelamatkan generasi Masa Depan

Menyelamatkan generasi masa depan dimulai dari mengoptimalkan peranan kita sebagai mahasiswa

Kembali kepada fitrah mahasiswa yaitu kaum intelektual yang berkarakter, selalu bergerak dan berdedikasi untuk agama dan negeri

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang Mahasiswi Jurusan Pendidikan Kimia prodi Kimia Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2011. Aktif di BEM HMK FPMIPA UPI sebagai ketua departemen Organisasi, KAMMI komisariat UPI sebagai staf humas dan LDK UKDM UPI sebagai anggota.

Lihat Juga

Kaderisasi Pemuda: Investasi Tegaknya Agama

Figure
Organization