Topic
Home / Pemuda / Essay / Gegap Gempita Ramadhan

Gegap Gempita Ramadhan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
ilustrasi (inet)
ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Ramadhan kembali bersiap menyapa kita di tahun ini. Gegap gempitanya mulai terasa di mana-mana. Anak-anak sudah mulai membunyikan petasan. Dhuaaaar!!! Suaranya bersahut-sahutan. Sesuatu yang lazim kita temui menjelang atau ketika Ramadhan hadir di tengah-tengah kita. Lihatlah spanduk Ramadhan, bertebaran di segala penjuru kota, mulai dari masjid, kantor, sekolah, kampus, bahkan di jalan-jalan atau ruang publik lainnya. Hal yang sama bisa kita saksikan di layar-layar televisi. Seluruh stasiun televisi telah bersiap menghadirkan acara-acara khusus Ramadhan ke pemirsanya. Semua stasiun televise tentu akan terlihat “lebih islami” dibanding bulan-bulan lain. Pemakaman umum pun mulai dibanjiri para penziarah yang ingin mengirimkan doa bagi keluarga dan handai taulan yang telah mendahuluinya meninggalkan dunia yang fana ini. Pawai-pawai  menyambut datangnya Ramadhan pun dilakukan. Hampir setiap hari di akhir-akhir bulan Sya’ban ada saja yang melakukan pawai atau karnaval menyambut Ramadhan. Baik yang dilakukan ibu-ibu pengajian, siswa/i sekolah, anak-anak TPA, para remaja masjid, dan lain sebagainya. Intinya hanya satu tujuan, mereka menyelipkan kegembiraan akan datangnya sebuah bulan yang sudah ditunggu-tunggu kedatangannya setiap tahun.

Ikatan Remaja Masjid Al-Ishlah pun tidak luput mengadakan pawai tarhib Ramadhan ini. Masjid yang terletak di bilangan Perumahan Pabuaran Asri, Cibinong Bogor itu pada Sabtu malam, 6 Juli 2013 turut merayakan kegembiraan akan datangnya bulan suci Ramadhan. Malam yang cerah itu seakan-akan menjadi saksi pemuda/i yang masih memikirkan bagaimana cara mendakwahkan agamanya. Di saat sebagian pemuda/i lainnya menghabiskan malam minggunya untuk berpacaran atau kegiatan tidak bermanfaat lainnya, para pemuda/i ini mengajak adik-adiknya yang merupakan santri Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al-Ishlah untuk bersama-sama menyambut Ramadhan. Dengan diiringi cahaya-cahaya lampion dan pukulan irama musik marawis, mereka membagikan bunga dakwah yang di dalamnya berisikan pesan dan ucapan selamat menyambut Ramadhan serta ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Ramadhan atau ibadah puasa. Dengan mengambil rute pawai di jalanan sekitar kompleks perumahan, masyarakat terlihat antusias menyaksikan iring-ringan pawai, bahkan secara khusus keluar dari rumahnya masing-masing. Apalagi ketika tangan-tangan mungil santri TPA memberikan setangkai bunga dakwah kepada mereka, kaget, senyum dan ekspresi gembira pun terlihat di wajah mereka.

Alangkah bahagia bisa mencontoh Nabi SAW yang selalu memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya apabila Ramadhan akan menjelang. Sebagaimana hadits panjang beliau yang telah diriwayatkan Ali ibn Abi Thalib. “Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yg paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah, Allah Ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbal-alamin.

Wahai manusia, barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan khotbahnya, “Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan seteguk air.”

Wahai manusia, siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, ia akan berhasil melewati Shirathal Mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia!!! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.”

Ali ibn Abi Thalib berdiri dan kemudian berkata, “Ya Rasulullah, apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi, “Ya Abal Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.”

Sesuai dengan khutbah Rasulullah di atas, Ramadhan memang banyak sekali keutamaannya. Mungkin kita juga sering mendengar sebuah anekdot, “biji salak yang biasanya keras menjadi lembut ketika Ramadhan masuk menyapa kita”. Sebuah anekdot yang menggambarkan bagaimana keutamaan bulan ini yang sangat besar dibanding bulan-bulan lain di luarnya. Keutamaan yang sebenarnya sama saja dari tahun ke tahun. Dari zaman Rasulullah hingga zaman modern ini, keutamaannya tidak berkurang atau bertambah sedikit pun. Hanya suasana hati,  tingkat keimanan, dan bagaimana kita mengisi Ramadhanlah yang kemudian membedakan Ramadhan tahun ini dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Semoga dengan pawai tarhib Ramadhan ini, para masyarakat Muslim diingatkan untuk lebih semangat dalam beribadah di bulan Ramadhan ini.  Bisa kembali mengisi masjid-masjid yng mungkin ditinggalkan pada bulan-bulan sebelumnya. Dapat kembali membaca ayat demi ayat yang di dalam bulan lain mungkin Al-Qur’annya hanya diletakkan di almari atau rak-rak buku mereka. Dan semoga pemuda/i remaja masjid dan santri TPA itu bisa menjadi cahaya-cahaya bagi umat Islam di tengah mulai meredupnya akhlak dan moral sebagian besar generasi muda masa kini. Sebagaimana dahulu para pemuda Ashabul Kahfi tetap mempertahankan keyakinan dan keimanannya di tengah masyarakat yang menyembah berhala.

Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin….

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization