Topic
Home / Berita / Opini / Ironi Demokrasi

Ironi Demokrasi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

demokrasidakwatuna.com – Ketika sebagian gerakan Islam tidak memilih mengangkat senjata untuk mencapai cita-citanya. Dan lebih memilih cara-cara damai untuk membuat perubahan menuju kebaikan melalui sistem demokrasi.

Ketika gerakan Islam yang terjun dalam sistem demokrasi mengikuti aturan main, memenuhi integritas dan etika berdemokrasi dengan cara menghindari arogansi dalam mencari kekuasaan.

Sehingga bagi mereka kalah dan menang dalam event demokrasi adalah hal yang biasa. Namun, aturan main demokrasi justru dilanggar oleh kaum sekuler-liberal-Islam hipokrit.

Kaum liberal-sekuler yang selama ini meneriakkan demokrasi sebagai jalur legal-formal untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi pengkhianat sejati demokrasi.

Kudeta terhadap presiden sah Mesir, Dr. Muhammad Mursi adalah contoh buruk bagi demokrasi, betapa mereka menghalalkan segala cara ketika kaum sekuler-liberal-Islam hipokrit sudah kalah di kotak-kotak suara.

Mereka tidak mau menerima kenyataan ketika kalah. Dan merasa sesak dadanya ketika kekuatan Islam mampu meraih simpati massa dan memenangkan pertarungan event demokrasi.

Kaum sekuler-liberal-Islam hipokrit menjadikan demokrasi sekedar retorika dan wacana untuk mempertahankan kekuasaan. Ketika menang mereka sombong dan berbuat zhalim terhadap aktivis Islam, ketika kalah mereka melanggar aturan demokrasi dan berubah menjadi ekstremis demokrasi.

Gerakan Islam yang terjun dalam demokrasi bisa bersabar ketika kalah, mereka belajar dan menyusun kerja nyata untuk meraih simpati massa.

Namun, kaum sekuler-liberal-Islam hipokrit ketika kalah menjadi gelap mata dan tidak mau bersabar walau hanya 5 tahun. Kalau kalah silakan berkompetisi pada pemilu berikutnya.

Jangan menebar fitnah, mengadu domba dan mempermainkan masyarakat, kemudian kaum sekuler-liberal-Islam hipokrit menciptakan chaos, kerusuhan, penjarahan, pembakaran, dan mereka mengklaim bahwa gerakan mereka mewakili rakyat?

Ikutilah aturan main demokrasi. Bersabarlah kaum sekuler-liberal-Islam hipokrit ketika kekuatan Islam memimpin, insya Allah mereka tidak akan berbuat zhalim. Masa kerusakan negara 60 tahun dipaksa diselesaikan hanya 1 tahun?

Ikhwanul Muslimin (IM) adalah gerakan Islam yang sangat bersabar dengan perlakuan zhalim. Aktivis IM sudah kenyang dipenjara, disiksa, bahkan dibunuh oleh penguasa zhalim.

Berkali-kali IM dikhianati, padahal para aktivis nya sangat mencintai negerinya. Mereka melakukan amal bakti di tengah masyarakat. Sehingga pemilu tahun lalu menjadi saksi bahwa, partai politik bentukan IM lebih disukai rakyat. Bahkan dalam sejarah IM turut berpartisipasi dalam upaya KEMERDEKAAN RI.

Saya khawatir, langkah akrobatik kaum sekuler-liberal-Islam hipokrit di Mesir yang menciderai proses demokrasi akan menjadi preseden buruk bagi pergolakan politik di dunia. Dan makin menumbuh subur kan RADIKALISME.

Khususnya bagi kelompok-kelompok Islamis yang dulu menanggalkan senjata dan berpartisipasi dalam demokrasi akan berbalik arah, kembali bergerilya mengangkat senjata, karena bagi mereka jalur legal-formal sudah tidak dipercaya lagi.

Kemudian, kaum sekuler-liberal-Islam hipokrit akan menuduh gerakan Islam anti demokrasi, melanggar HAM, haus darah dan label negatif lainnya. Padahal merekalah yang memaksa kaum Islamis menjadi radikal.

Kalau ini yang terjadi, maka sadar atau tidak sadar kaum sekuler-liberal-Islam hipokrit justru turut serta menumbuhkan gerakan radikalisme.

Tapi saya yakin, IM Mesir tidak akan terpancing untuk mengangkat senjata, karena mereka sudah kenyang makar para pengkhianat. Mereka akan tetap mengedepankan integritas etika dan moral dalam langkah perjuangannya. Wallahu a’lam.

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Universitas Muhammadiyah Tangerang. Tinggal di Serpong Utara Kota Tangsel.

Lihat Juga

Mengenang 2 Tahun Upaya Kudeta Militer di Turki: Sebuah Titik Balik

Figure
Organization