Topic
Home / Berita / Opini / Peta Politik Pilwalkot Bandung

Peta Politik Pilwalkot Bandung

Oleh @Kang_Cepot

Kota Bandung (inet)
Kota Bandung (inet)

dakwatuna.com – Pilwalkot Bandung sebentar lagi, pemilihannya tanggal 23 Juni 2013. Seperti apa peta politiknya, mari kita ikuti kultwit berikut ini.

Ada delapan pasangan calon peserta pilwakot Bandung. Empat pasangan diusung oleh partai dan empat pasangan adalah peserta independen. Bertarung untuk memperebutkan pucuk pimpinan di Kota Bandung. Dua pasangan merupakan representasi incumbent, yaitu Ayi-Nani dan Edi Siswadi-Erwan. Seperti apakah mereka?

Edi Siswadi dulunya adalah anak emas Dada Rosada. Ia yang disiapkan menjadi pengganti Dada Rosada dengan diangkat sebagai Sekda Kota Bandung. Namun peta politik berubah, Edi Siswadi bermasalah dengan Golkar. Dada Rosada masuk Demokrat. Edi mulai berjarak dengan Dada. Dada mulai khawatir Dada Rosada merapat ke kekuasaan, bujuk-bujuk tahan KPK.

Dada Rosada, Ayi Vivananda dan Edi Sis sempat dipanggil kejaksaan terkait kasus Bansos. Ketiganya saling melindungi. Tapi di KPK, Edi buka suara, karena Edi Siswadi tidak mau masuk penjara sendirian, dia mengaku Dada Rosadalah yang menginstruksikan iuran untuk menyuap hakim Setyabudi.

Kini Edi Siswadi bermusuhan dengan Dada Rosada. Selain di KPK, juga di pilwalkot Bandung. Di awal, sebenarnya calon paling populer itu Edi Siswadi. Namun ia tidak dapat tiket dari Golkar. Golkar pun ditinggalkannya dan akhirnya pindah ke Demokrat.

Akhirnya, Edi Siswadi berpasangan dengan Erwan, Ketua DPRD dari Demokrat. Karena tidak dapat restu dari Dada Rosada, banyak birokrat yang membatalkan dukungan kepadanya.

Popularitas Edi Siswadi yang awalnya tinggi, semakin tergerus. Apalagi saat ia dipanggil KPK terkait kasus suap hakim kasus Bansos. Di antara penyebab turunnya popularitas Edi Siswadi adalah munculnya pasangan Ayi-Nani yang didukung penuh oleh Dada Rosada.

Dada Rosada tidak mau dinastinya berhenti. Ia calonkan istrinya. Meski istrinya kurang populer, namun karena sudah 10 tahun Dada mengumpulkan uang dengan menggerogoti APBD Kota Bandung. Kasus korupsi Bansos Dada Rosada CS hanya salah satu saja. Dana itu dikumpulkan untuk pilwalkot Bandung.

Ayi Vivananda yang selama ini dipinggirkan oleh Dada Rosada, akhirnya dipungut lagi. Ayi pun mau karena tidak punya uang. Uang dari Dada Rosada. Ayi Vivananda sebenarnya potensial, namun ia salah pilih pasangan. Ia menyerah pada kekuatan uang yang dimiliki oleh Dada Rosada.

Banyak tokoh Kota Bandung yang semula cenderung ke Ayi Vivananda akhirnya menarik dukungan karena berpasangan dengan istri Dada Rosada. Kasus korupsi bansos, tertangkapnya penyuapan hakim, dan dipanggilnya Dada Rosada menyebabkan popularitas Ayi-Nani merosot tajam.

Dulu baliho pasangan ini namanya Ayi Vivananda-Nani Rosada. Karena malu Dada Rosada terlibat korupsi, diganti Ayi-Nani Suryani. Pasangan Ayi-Nani makin ketar-ketir kalau sampai KPK tetapkan Dada Rosada sebagai tersangka sebelum pelaksanaan pilwalkot, maka habislah mereka.

Protes masyarakat Kota Bandung dengan jalan-jalan kota Bandung yang berlubang dan menyebabkan warga meninggal semakin menurunkan popularitas Ayi-Nani. Kasus Babakan Siliwangi pun jadi batu ganjalan Ayi-Nani. Ayi pun demi citra di pilwalkot nyatakan tolak pembangunan Baksil.

Dengan tekanan publik yang kuat, citra yang tengah merosot, Dada Rosada coba selamatkan pasangan Ayi-Nani dengan cabut izin pembangunan Baksil. Namun di tengah berbagai kasus yang melilit lingkaran inti Ayi-Nani, apakah usaha Dada Rosada selamatkan pasangan tersebut akan berhasil?

Tampaknya usaha Dada Rosada akan sia-sia. Apalagi rakyat melihat perbedaan periode pertama dengan kedua. Dulu pembangunan bagus, kini ancur-ancuran. Namun Dada Rosada masih punya kekuatan simpanan uang hasil gerogoti APBD yang tampaknya baru dibagikan menjelang pemilihan.

Dengan kondisi rakyat yang masih pragmatis dan dengan uang 100 ribu, kemungkinan akan bisa mengganti pilihan. Dengan demikian, peluang Ayi-Nani menang masih terbuka.

Pasangan Ayi-Nani dan Edi-Erwan sebagai representasi incumbent sedang berjuang menaikkan kembali elektabilitas yang terus merosot. Namun sudah mentok.

Ada lagi 2 pasangan dari partai yang secara politik tidak terpetakan sebagai lingkaran incumbent, yaitu Iswara-Dedi dan Ridwan Kamil-Oded

Iswara-Dedi keduanya dari Golkar. Hampir tidak bisa maju di pilwalkot karena kurang kursi. Untung berhasil beli partai-partai non-parlemen.

Iswara anggota DPRD Jabar dan Sekum DPD Golkar Jabar. Menyimak beberapa kali debat kandidat, ia termasuk yang punya konsep dan kuasai data.

Namun di Kota Bandung ia kurang dikenal. Apalagi saat ini ia jadi caleg DPR RI dapil Jabar VI (Depok-Bekasi) dan bukan dari Bandung.

Hasil Survey menunjukkan popularistas Iswara-Dedi belum pernah masuk 3 besar. Harus kerja ekstra untuk bisa menang.

Kehadiran pasangan Iswara-Dedi membuat galau ormas AMS (Angkatan Muda Siliwangi). Dukung Iswara-Dedi yang notabene dari Golkar yang merupakan partai ketua AMS Bandung.

Atau AMS dukung Ayi-Nani sebagaimana permintaan Dada Rosada yang selama ini mensuplay logistik AMS (Angkatan Muda Siliwangi) Kota Bandung.

Iswara-Dedi pun menghadapi masalah internal, partai-partai kecil non-parlemen tidak jelas kerja lapangannya dalam memasarkan Iswara-Dedi.

Partai-partai kecil non-parlemen hanya menjual perahu ke Iswara-Dedi, tapi kerja nyatanya tidak terlihat. Kalau ada uang, baru mau jalan. Dengan kondisi tersebut, peluang menang Iswara-Dedi sangat kecil, kecuali ada hal-hal yang luar biasa, seperti Dada Rosada dan Edi Siswadi ditahan KPK.

Jika Dada Rosada dan Edi Siswadi jadi tersangka KPK, suara pasangan Ayi-Nani dan Edi-Erwan pasti banyak yang beralih ke pasangan lain.

Pertanyaannya beranikah KPK nyatakan Dada Rosada dan Edi Siswadi sebagai tersangka? Infonya KPK sudah punya 2 alat bukti. “Dua alat bukti sudah ada. Tinggal persoalan waktu dan administrasi saja,” kata seorang sumber di internal KPK, Rabu (29/5/2013).

Jadi cepat atau lambat, Dada Rosada dan Edi Siswadi tampaknya akan kembali bersama di hotel prodeo. Tinggal tunggu waktu saja. Disinggung apakah Dada memiliki potential suspect sebagai tersangka, Bambang Widjoyanto tidak membantah. “Insya Allah,” jelasnya.

Sekarang beralih ke kandidat asal partai yang terakhir, yaitu Ridwan Kamil-Oded MD yang didukung oleh PKS dan Gerindra.

Ridwan Kamil-Oded diprediksi jadi kuda hitam di pilwalkot Bandung. Semula hasil survey tunjukkan popularitas mereka no 3 dan terus naik. Proses bersatunya pasangan Ridwan Kamil-Oded bukan tanpa masalah. Partai-partai kecil non-parlemen yang semula dukung Ridwan Kamil pindah ke Iswara-Dedi.

Partai Gerindra sebagai pendukung Ridwan Kamil-Oded tampak hanya mau memasarkan Ridwan Kamil saja. Lihat saja media kampanye dari Gerindra. Ridwan Kamil sendiri sebenarnya bukan orang parpol, namun dengan manuver Gerindra seolah Ridwan Kamil itu kader Partai Gerindra.

Secara citra, pasangan Ridwan Kamil-Oded ini pun diserang dengan kasus yang mengenai pimpinan PKS, yaitu impor sapi. Dalam debat terakhir di TVOne, pasangan Ayi-Nani aktif gunakan isu sapi untuk mendiskreditkan pasangan Ridwan Kamil-Oded MD. Efektifkah isu sapi untuk menjegal pasangan Ridwan Kamil-Oded? Bisa jadi, namun isu itu tidak terkait langsung, beda dengan kasus bansos di pemkot.

Ridwan Kamil awalnya punya masalah di popularitas. Yang mengenalnya justru lebih banyak orang luar Bandung. Popularitasnya meningkat oleh kerja relawan dari komunitas-komunitas kreatif kota Bandung yang aktif dan didukung partai yang solid, PKS dan Gerindra. Ridwan Kamil-Oded semakin melejit dengan dukungan tokoh-tokoh seperti Jusuf Kalla, Abah Iwan, Anies Baswedan, Anis Matta, Prabowo dll.

Pertanyaannya, apakah trend elektabilitas yang naik itu mampu lampaui angka 30% pada tanggal 23 Juni? Jika tidak, pasti dikeroyok di putaran kedua.

Sekarang ke calon-calon independen. Ada 4 pasangan. Hasil survey tidak ada yang elektabilitas di atas 5%, tapi bukan berarti tidak ada yang layak dipilih.

Ada Wawan-Sayogo. Wawan Kabid Dispora Kota Bandung, di pemkot ia bawahan Dada Rosada dan Edi Siswadi, tapi ia memilih jalur independen. Ada Wahyudin-Toni yang unik. Wahyudin mantan militer yang berani ceplas-ceplos. Ia berani bicara terbuka dan tegas meski minim data. Toni Apriliani mantan anggota DPR RI dari Golkar maju melalui jalur independen ternyata bisa diisi oleh kader partai yang tak terpilih di partainya.

Ada Budi Dalton-Rizal. Basis massanya mirip dengan Ridwan Kamil karena Budi Dalton juga aktif di BCCF (Bandung Creative Community Forum). Budi Dalton adalah pasangan yang karakter sundanya sangat kuat. Sayangnya program-program konkretnya kurang tersosialisasi di masyarakat.

Terakhir ada pasangan Bambang-Alex. Bambang Setiadi adalah pengacara yang berpasangan dengan Alex Tahsin Ibrahim, PNS PN Bandung. Bambang-Alex aktif sosialisasikan program-program pro-rakyat, seperti SIUP dan SITU gratis, ijazah jadi jaminan modal usaha dll. Programnya bagus-bagus.

Pasangan manakah yang menjadi pilihan Anda di pilwalkot Bandung?

Apapun pilihanmu, asalkan jangan representasi incumbent yang telah terbukti GAGAL dan KORUP!!! (sumber: Twitter)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Ilusi Band: Islam Tidak Ajarkan Berbohong Meski Untuk Kebaikan

Figure
Organization