Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Pengungsi Palestina di Suriah, Bangsa yang Terlupakan

Pengungsi Palestina di Suriah, Bangsa yang Terlupakan

Pengungsi Palestina di Suriah (inet)
Pengungsi Palestina di Suriah (inet)

dakwatuna.com – John Kerry Menlu Amerika berusaha menyampaikan gambaran utuh di kawasan berikut visinya. Namun ada bagian yang hilang dari gambaran tersebut. Padahal itu tak boleh dilupakan jika berbicara tentang wabah perang dalam negeri Suriah dan konflik Israel–Palestina.

Pada saat kepedulian politik dan media massa diumbar pada krisis kemanusiaan yang dihadapi lebih dari 1 juta warga yang terusir, menjadi pengungsi (bangsa Suriah), pengungsi Palestina yang selama ini tinggal di Suriah terlupakan. Badan Bantuan Amerika untuk Pengungsi Timur Tengah  (American Near East Refugee Aid (ANERA)) terakhir mengeluarkan laporan. Isinya, tentang masyarakat pengungsi yang sedang menghadapi ujian paling baru yang terusir dari Suriah dan Lebanon. Bahkan bangsa yang satu ini disebutnya sebagai “bangsa terlupakan”.

Sebelum Suriah terseret dalam perang saudara, setengah juta pengungsi Palestina berada di sana dalam kondisi yang terbilang baik. Meski mereka tidak memiliki kewarganegaraan Suriah, namun mereka diperbolehkan mendapatkan pekerjaan di Suriah dan perusahaan-perusahaan di sana. Bahkan mereka diperkenankan untuk mendirikan perusahaan khusus. Mereka mendapatkan pendidikan dan layanan kesehatan penuh sebagaimana warga Suriah asli. Sejumlah kesuksesan pun mereka raih. Dari kamp pengungsi, mereka mampu membangun rumah-rumah dan merancang masa depan keluarga mereka.

Perang meletus. Kondisi pun berubah. Sejumlah warga Palestina di sana terbunuh. Sebagian besar mereka pun kehilangan rumah di Suriah. Mereka terpaksa melarikan diri dari pertempuran yang melanda negeri Suriah. Misalnya, berdasarkan data yang dirilis lembaga ANERA, 85% warga Palestina di kamp pengungsi Yarmuk harus kini harus hidup di pengasingan dan menjadi pengungsi untuk kedua kalinya. Sejumlah laporan juga menegaskan, satu dari lima pengungsi mengakhiri hidupnya karena konflik dan setengah dari rumah-rumah mereka hancur.

Karena para pengungsi Palestina itu tidak membawa identitas Suriah maka mereka kesulitan masuk ke Turki atau Yordania. Sebagian mereka lari ke Lebanon namun mereka harus penuh sesak di pengungsi Palestina di sana ditambah kemiskinan.

Ketua Badan Anira, Bill Curcuran pekan lalu menegaskan bahwa kondisi pengungsi Palestina dari Suriah sangat mengkhawatirkan. Mereka manusia yang dimasukkan di tempat yang tidak layak secara kesehatan dan tak layak untuk hidup. Sebanyak 60% satu keluarga Palestina hidup dalam satu ruangan. Bahkan sebagian mereka hidup di tempat reparasi mobil tanpa ada ventilasi. Bahkan ada yang 20 orang satu keluarga hidup dalam satu kamar.

Warga Palestina dari Suriah tidak mendapatkan hak untuk bekerja di Lebanon. Sehingga 90% dari mereka menganggur.

Badan PBB untuk Bantuan Pengungsi Palestina, UNRWA bertanggung jawab atas nasib pengungsi Palestina di Lebanon. Namun badan ini mengalami kekurangan pendanaan dan sumber dana dan beban itu sudah di luar kemampuannya.

Akibatnya, ¾ anak-anak Palestina yang dari Suriah tidak bisa sekolah. Mereka juga mengalami berbagai penyakit. 40% mereka menderita influenza, 20% mengalami gangguan pencernaan. Selain itu mereka juga membutuhkan perawatan kejiwaan.

Bahkan kemiskinan dan kondisi sulit itu bisa memicu kekecewaan dan kemarahan pengungsi dan menimbulkan sikap dan tindakan kekerasan dan ekstrimisme.

ANERA juga menyampaikan laporan mengingatkan bahwa masyarakat dunia harus mengatasi masalah pengungsi Palestina ini di samping pengungsi Suriah. (dkw/sni)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 6.33 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Opick: Jangan Berhenti Bantu Rakyat Palestina!

Figure
Organization