Topic
Home / Berita / Internasional / Eropa / Kesaksian Mahasiswa Indonesia Saat Kerusuhan Turki

Kesaksian Mahasiswa Indonesia Saat Kerusuhan Turki

Oleh Lale Fatma Yulia Ningsih*

Kerumunan Orang di Turki (inet)
Kerumunan Orang di Turki (inet)

dakwatuna.com – Saya baru saja keluar dari ferry setelah menghadiri acara piknik Persatuan Pelajar Istanbul di sebuah pulau ketika melihat kerumunan orang membawa bendera Turki dan berteriak-teriak dengan kata-kata yang kurang saya mengerti.

Saya ingin sekali mendekat ke kerumunan untuk bertanya apa yang terjadi, tapi karena beberapa teman kelaparan jadi kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu, setelah itu kami bergerak menuju stasiun bis untuk pulang. Tapi di stasiun bis ternyata sepi, sehingga kami memutuskan untuk naik kereta. Dan ternyata kereta pun tak beroperasi. Kami memutuskan jalan kaki sampai menemukan taksi. Dan lagi-lagi, taksi pun penuh semua. Akhirnya tak ada jalan lain kecuali menaiki tramway. Karena rasa penasaran saya yang membuncah, akhirnya saya membiarkan teman saya berangkat duluan sedangkan saya kembali ke kumpulan massa.

Masa yang saya lihat bergerak dari Dolmabahce Sarayi (Istana Dolmabahce) sampai dengan Besiktas Iskelesi (Pelabuhan Besiktas), kerumunan masa mulai beransur mundur. Sehingga saya memutuskan untuk duduk di dekat salah satu tembok Istana Dolmabahce sampai beberapa menit kemudian salah satu pengemudi mobil yang berkonvoi berteriak-riak ke kerumunan orang.

“Hey, kenapa diam saja di sini? Ayo bergerak ke sana”

Saya baru sadar ternyata kerumunan masa di sini mulai mundur karena mereka bergerak ke daerah lain. Saya kemudian mengikuti beberapa orang yang saya lihat berjalan menuju arah Pelabuhan Besiktas.

Saya sebenarnya takut berada di kerumunan orang yang berdemo dengan cara brutal begini, tapi saya harus memenuhi rasa penasaran saya. Benar firasat saya bahwa di situ kerumunan masa lebih banyak. Saya kemudian menyalip beberapa wanita dan laki-laki agar saya bisa tau apa yang sedang terjadi di tengah pusat kerumunan. Beberapa meter saya hampir ke tengah kerumunan, polisi kemudian menyemprotkan gas air mata sehingga saya bersembunyi dibalik sebuah tiang sambil saya menutup hidung. Mungkin karena wajah saya yang sangat asia sehingga salah satu orang Turki mendekati saya.

“You are foreigner right?”

“Yes”

“You should go away from the crowd, it’s so dangerous for you, yesterday 8 people died. Go away from the crowd”

Kata-kata orang ini membuat saya merinding, saya pun bergerak mundur menjauhi kerumunan yang berpusat di Pelabuhan Besiktas.

Ketika saya berada jauh dari kerumunan tadi, ada kerumunan lainnya yang juga terus bergerak dari arah berlawanan dari Istana Dolmabahce. Saya harus menembus kerumunan ini untuk bisa keluar dari kerumunan masa. Beberapa meter setelah mendekati kerumunan masa ini, tiba-tiba saja saya mendengar ledakan tembakan, masa mulai berlari-lari dari arah Istana menuju Pelabuhan Besiktas. Saya pun ikut berlari. Menjauh dari Istana. Di belakang saya mobil gas air mata sudah sangat dekat, ditambah lagi di arah depan juga ada mobil gas air mata yang mendekat. Saya tidak punya pilihan lain selain berlindung dibalik sebuah pohon. Ternyata di situ juga ada seorang demonstran yang juga berlindung. Melihat saya yang batuk-batuk dia memberikan saya masker dan memberikan saya cairan lemon untuk diusapkan ke wajah.

“Korkma (jangan takut)”

Saya hanya mengangguk saja. Dia pun bertanya ke mana tujuan saya, saya katakan saja bahwa saya ingin ke Besiktas tempat demo berlangsung karena asrama saya di sana, agar tak terlalu dicurigai. Di tengah jalan saya kemudian mengatakan padanya saya mau berlindung di masjid saja, kemudian di sana kami berpisah dan diapun kembali ke kerumunan massa yang terus bergerak ke Pelabuhan Besiktas.

Kalau bukan karena waktu shalat Maghrib, saya mungkin akan kembali ke kerumunan massa dan mengamati situasi. Tapi setelah setengah jam mengamati situasi saya bisa simpulkan bahwa aksi mereka ini adalah aksi brutal karena mereka merusak beberapa mobil sampai salah satu mobil dibakar, dan banyak di antara mereka yang berdemo dalam keadaan mabuk. Sebagian dari mereka bahkan berjalan sambil memegang botol minuman keras. Di sisi-sisi jalan banyak saya lihat bekas botol minuman keras dan juga kotak minuman keras. Dan bisa saya pastikan tak ada dari mereka yang mengenakan jilbab, dari sini bisa kita simpulkan apa yang sedang mereka perjuangkan saat ini.

Saya memungut beberapa kertas yang memuat tuntutan mereka yang berisi:

1. Salah satu jembatan baru di Turki kenapa di namakan dengan Jembatan Yavuz Selim? Kenapa tidak Mimar Sinan saja?

2. Kenapa salah satu taman di daerah Taksim akan dirusak dan di sana akan dibangun Mall?

Dari sini bisa kita lihat bahwa hal ini hanyalah dijadikan alasan agar mereka menggulingkan pemerintahan Erdogan. Mereka tak ingin ada islamisasi besar-besaran di Turki apalagi baru saja Turki mengesahkan Undang-Undang tentang minuman keras dan berciuman di tempat umum. Oleh sebab itu kami meminta doa agar keadaan Turki cepat membaik.

*Mahasiswa Master TEFL Istanbul University Istanbul-Turki

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (11 votes, average: 9.64 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Ini Alasan Turki Beli Sistem Pertahanan dari Rusia

Figure
Organization