Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Komitmen Dai Sejati

Komitmen Dai Sejati

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Sampul Komitmen Da'i SejatiJudul: Komitmen Dai Sejati

Penulis: Muhammad Abduh

Penerjemah: Asep Sobari Lc.

Penerbit: Al-I’tishom – Jakarta

Cetakan: II, Agustus 2006

Tebal: 256 Halaman ; 15,5 x 24 cm

ISBN: 979-3031-30-3

dakwatuna.com – Berdakwah merupakan profesi mulia yang langsung direkomendasikan oleh Allah melalui Rasulullah. Tujuan utama dari aktivitas mulia ini adalah mengajak manusia untuk menyembah Allah sebagai satu-satunya Robb -Pencipta, Pengatur dan Pemilik semesta. Oleh karena mulianya aktivitas ini, maka yang menjalanipun hanya golongan terpilih yang dimuliakan oleh Allah. Bukan sembarang orang, bukan pula semua orang.

Rambu-rambu dakwah tergambar jelas dalam lima pilar. Allah adalah Tujuan, Rasul adalah Teladan, Al Qur’an sebagai Petunjuk, Jihad sebagai Jalan dan Mati di Jalan Allah sebagai Cita-cita Tertinggi. Jika kelima rambu-rambu ini tidak dilaksanakan secara sempurna, maka dakwah tidak akan berjalan sebagaimana awal diturunkannya.

Oleh karenanya, mereka yang dengan sukarela memilih menjadi Da’i harus memahami dengan baik apa saja yang telah menjadi komitmen mereka. Agar pekerjaan mulia tersebut dilaksanakan secara sempurna dan berhasil sesuai dengan apa yang digariskan-Nya. Berhasil bukan saja terjadi ketika objek dakwah mengikuti apa yang diserukan. Karena wewenang untuk memberi hidayah hanya ada pada Allah. Sehingga keberhasilan dakwah terletak pada seberapa murninya Da’i  mengantarkan materi dakwah kepada objek dakwah.

Dalam rangka memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana seharusnya seorang Da’i, Muhammad Abduh menulis sebuah kitab berjudul Madza Ya’ni Intima’i lid Da’wah. Buku setebal 256 halaman yang diterjemahkan oleh Asep Sobari Lc dengan judul Komitmen Da’i Sejati. Di samping memberikan gambaran utuh tentang dakwah, buku terbitan Al-I’tishom ini juga didedikasikan untuk para dai yang tergabung dalam kafilah dakwah Ikhwanul Muslimin yang diinisiasi oleh Imam Hasan Al Banna.

Di dalamnya dibedah pemikiran-pemikiran Al Banna dalam dunia dakwah. Sebagaimana difahami, bahwa Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan dakwah yang berpengaruh internasional. Lintas negara dan budaya. Sehingga islam yang ditafsirkan secara ‘khusus dan terbatas’ oleh beberapa kalangan pemahaman kaum muslimin, bisa menyentuh ke berbagai lini kehidupan. Baik di pemerintahan, ekonomi, budaya, olahraga dan sendi kehidupan lain.

Dakwah yang dimulai dari warung-warung kopi di Mesir ini, mengalami pertumbuhan yang sangat pesat hingga akhirnya menyentuh kalangan berdasi, profesional muda bahkan gedung parlemen. Dimana oleh sebagian kalangan muslimin, gedung parlemen masih menjadi ‘tempat haram’ yang tidak boleh disentuh oleh para Da’i.

Buku ini terdiri dari empat bab. Bab pertama menjelaskan tentang Karakteristik Dakwah dan Komitmen Da’i. Dimulai dengan analisis lapangan terhadap objek dakwah dilanjutkan dengan penjelasan mengenai tujuan, sasaran dan sarana dakwah. Dalam bab ini, banyak disinggung metode-metode dakwah yang digagas oleh Ikhwanul Muslimin sebagaimana dikatakan oleh pencetusnya, “Untuk itu, sejak baru tumbuh dewasa, saya mewakafkan diri  untuk satu tujuan, yakni membimbing manusia menuju Islam sebagai hakikat kebenaran dan perbuatan.” Lanjut beliau, “Oleh sebab itu, gagasan Ikhwanul Muslimin adalah murni islami, baik tujuan maupun sarana-sarananya, dan sama sekali tidak berkaitan dengan unsur lain di luar islam.” (Hal 12)

Dalam bab berikutnya dijelaskan secara detail tentang Sarana dan Persiapan dakwah. Dalam bab ini, titik tekannya ada pada persiapan seorang individu sebelum terjun ke dalam kancah dakwah. Persiapan tersebut terangkum dalam satu kata ampuh, Rabbaniyah. Satu kata inilah yang kemudian terderivasi dalam banyak makna. Meliputi, iman yang mendalam, kemauan yang kuat, sungguh-sungguh dan optimis, menjadi teladan bagi orang lain, lembut dan bersahaja, mampu menjaga rahasia, teguh dalam menepati janji, sanggup berkorban, manajemen waktu dan hidup teratur.

Karakter inilah yang kelak membuat seorang muslim berhasil dalam setiap sisi kehidupannya. Baik kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bisnis terlebih lagi akhiratnya, “Oleh sebab itu, semangat tinggi dan kesungguhan harus kita miliki jika ingin menunaikan semua amanah dan melaksanakan tanggung jawab untuk meraih tujuan.” ( Halaman 87 )

Setelah membahas karakter mulia yang harus dipraktekkan oleh Da’i, Penulis membahas Kewajiban-kewajiban Terhadap Dakwah. Bahwa Da’i harus proaktif. Bukan berpangku tangan atau menunggu perintah dari Qiyadah. Dijelaskan pula beberapa motivasi agar Da’i aktif melakukan ekspansi ke seluruh lini agar dakwah tersampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Motivasi-motivasi tersebut adalah : Taat kepada Allah dan RasulNya, Cinta kepada sesama dan khawatir mereka akan masuk neraka, Melaksanakan kewajiban dakwah dan menghindari dosa karena lalai, Mendambakan pahala dan ganjaran, Mencari alasan untuk bertanggungjawab di hadapan Allah, Dorongan kuat untuk melawan kerusakan yang merajalela dalam masyarakat, Melawan hegemoni pendukung kebatilan, Lebih banyaknya kewajiban dibanding waktu yang dimiliki dan Fenomena bersimbah darahnya kaum muslimin di berbagai belahan bumi. ( Hal 147-151)

Buku ini menjadi semakin lengkap ketika diakhiri dengan bahasan tentang Rintangan dan Bahaya yang senantiasa menghiasi dakwah. Bab ini semakin menguatkan, bahwa ketika Da’i terjun ke dalam arena dakwah, maka Mereka harus siap mengorbankan semua yang dimiliki. Mulai dari harta, waktu, seluruh potensi dan satu-satunya nyawa yang Allah titipkan.

Sehingga, apapun badai yang tengah dialami oleh dakwah, tidaklah menghasilkan apa-apa melainkan bertambahnya kekuatan. Karena sejatinya, pelaut yang handal tidak akan dilahirkan dari sungai yang mengalir tenang. Dan benarlah, bahwa semakin dahsyatnya badai, maka kemenangan yang dijanjikan itu sudah di rahang pintu. Bahwa badai-badai ‘buatan’ itu, semakin meyakinkan, bahwa Allahlah yang menyuruh berdakwah, maka Allah pulalah yang akan menguatkan para Da’i

Meski diterjemahkan sekitar delapan tahun yang lalu, buku ini sangatlah sesuai dengan apa yang dialami oleh dakwah masa kini. Terlebih lagi ketika dakwah di berbagai lini tengah diserang bertubi-tubi oleh musuh dengan berbagai isu. Buku ini seakan-akan menyapa para Da’i dengan lembut, “Tetaplah bertahan dan bersiap siaga. Beginilah jalan dakwah. Ada Ujian yang datang melanda, ada perangkap menunggu mangsa. Bersabarlah. Kuatkan pegangan kalian ke langit, agar kokoh di bumi-Nya. Cukuplah Allah sebagai satu-satunya Pelindung dan Pembela.”

 

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 7.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Penulis, Pedagang dan Pembelajar

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization