Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Saatnya Ayunkan Penamu Wahai Sahabat

Saatnya Ayunkan Penamu Wahai Sahabat

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

writing-with-penadakwatuna.com – Sesungguhnya kita hidup dalam kehidupan yang luas dan beragam. Di sana akan kita dapati berbagai manusia yang bergerak, berhimpun dengan memiliki tujuan dan kepentingannya masing-masing. Oleh karena itu patut pula kita sadari bahwa kadang akan timbul benturan antar kepentingan manusia, kelompok satu dengan yang lainnya. Kita akan disuguhi berbagai fenomena kehidupan, ada tangis, pilu, tawa, hasad, benci, pengorbanan, kearifan, egoisme, kezhaliman bahkan keadilan. Damai tentunya bila peristiwa yang singgah di hati kita ini adalah peristiwa positifisme. Disana kita akan manemukan betapa hati kian teraduk-aduk basah oleh ketulusan yang memukau, kearifan nan jelita, atau bahkan keadilan yang menggema. Namun lain halnya bila kita dihadirkan pada peristiwa kehidupan yang egois, benci, egois, kotor, curang, picik dan peristiwa kezhaliman lainnya. Peristiwa kezhaliman tersebut pastinya akan memukul jiwa dan nurani ketulusan kita. Ingin teriak tapi tak bisa, ingin menggebrak namun tak kuasa, ingin berlari pun tak tega. Kala berucap pun tak ada orang yang gubris, kekuasaanpun tak punya, bayar penegak hukum pun tak bisa. Hanya menguatkan memandang lara sambil jiwa terisak dan hati penuh dengan sekeranjang duka.

Ayyuhas shabiruun… di antara ikhtiar ikhtiar yang kita bisa lakukan selain panjangkan doa adalah urai dan bela yang tertindas itu melalui goresan pena. Pena yang ujungnya meruncing kebenaran takkan lekang oleh waktu dan zaman. Melalui tangan kita biarlah goresan itu mengungkap kejadian yang sebenarnya. Hingga sontak masyarakat bergemuruh mendengar fakta dan berpaling membersamai kita. Tak ingatkah kita tentang deraan bertubi tubi pada perjuangan IM di Mesir……. toh seberapa pun digdaya kezhaliman itu siapakah yang mampu memberikan tafsir kemenangannya? Apatah artinya peluh yang menderas, darah yang mengucur dan tangis yang berburai-burai dibanding anugerah dari langit yang bertebar pesona. Hingga kau tersadar bahwa kemenangan itu turun dari langit dibersamai kehendak teguh penghuni bumi untuk meraihnya. Dan barangkali kehendak teguh itu bernama pena salah satunya.

Goreskan penamu… Wahai saudaraku! sebelum tinta ketulusanmu mengering.  Mewangilah bersama mereka yang telah mendahuluimu ke surga. Sayyid Qutb Allahu yarham tatkala di tiang pancung hingga di akhir hayatnya telah meninggalkan puluhan karya tulis yang menjadi rujukan umat Islam di penjuru dunia. Hingga tak kuasa membendung ribuan orang membela dakwah ini. Pantaslah karanganmu, Ma’alim Fii at Thariq itu telah menjadi daftar cekal lembaga intelijen CIA. Semakin tertakjub apa yang difatwakan syeikh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah itu bahwa salah satu jihad yang harus dilakukan seorang muslim di antara 5 jihad lainnya adalah jihad bil Qalam.

Umat Islam era sekarang ini memang tidak punya media untuk mendakwahkan ajaran dan juga mengangkat isu-isu penting yang menyangkut permasalahan umat. Namun tak perlu risau, karena kita tidak dididik untuk meratapi kekurangan. Bila kita sudah miliki anugerah menulis itu tinggal bagaimana gunakan untuk memperjuangkan mereka yang membutuhkan keadilan, membela mereka yang tertindas, meluruskan mereka yang terfitnah dan menginspirasi banyak orang untuk bersama sama berjuang dalam jalan dakwah. Bila kita belum memiliki kemampuan itu, teruslah menulis… menulis… dan menulis. Seperti kata Dahlan Iskan, “Menulis itu seperti naik sepeda tidak ada sekolahnya dan tidak ada khursus latihannya, siapapun bisa menjadi penulis. Menulislah terus, jangan berhenti mencoba nanti setelah terbiasa akan bagus dengan sendirinya.” Dengan goresan pena ini kita berharap dapat menyihir negeri dengan kelembutan hati nurani. Memberikan rasa “cetar” yang membungkam pezhalim-pezhalim di kolong tirani. Hingga keadilan itu tegak di ufuk tertinggi negeri pertiwi.

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Praktisi manajemen, analis perusahaan manufaktur dan tambang. Mempunyai minat yang besar pada dunia menulis & Sastra

Lihat Juga

Berbakti Pada Bunda tak Mengenal Waktu

Figure
Organization