Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Risalah Kultwit @malakmalakmal #1

Risalah Kultwit @malakmalakmal #1

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Cover buku “Risalah Kultwit @malakmalakmal #1”
Cover buku “Risalah Kultwit @malakmalakmal #1”

Judul: Risalah Kultwit @malakmalakmal #1
Penulis: Akmal Sjafril
Penerbit: Afnan Publishing – Bogor
Cetakan: 1 April 2013
Tebal: 117 Halaman

dakwatuna.com – Disamping perang tanding atau perang bersenjata, musuh-musuh Islam juga melancarkan serangan tanpa senjata kepada kaum muslimin. Hal ini mereka lakukan sebagai wujud kebencian yang ada di hati mereka. Dimana kebencian tersebut, sampai kapanpun akan terus ada bahkan semakin bertambah.

Mereka secara resmi melancarkan perang yang menyerang ke dalam pikiran dan hati kaum muslimin. Perang ini berjalan sangat halus, bahkan seringkali tidak disadari oleh kaum muslimin. Mirisnya, sebagian besar kaum muslimin malah menikmati serangan ini sebagai ‘hiburan’.

Medan perangpun beralih, ia tak lagi terjadi di lapangan terbuka, gurun pasir ataupun hutan belantara. Ia masuk ke dalam rumah kaum muslimin melalui tayangan televisi, siaran radio, media cetak, dll. Ia juga masuk melalui media sosial seperti twitter, facebook, dan seterusnya.

Perang ini sebenarnya telah dimulai sejak zaman nabi Adam. Dimana beliau dan istrinya , ketika di Surga, telah berhadapan dengan Iblis yang melancarkan serangan pemikiran ke dalam diri kedua nenek moyang umat manusia ini. Iblis inilah yang kemudian dijuluki dengan Gembong Liberal. Di mana turunan dari mereka, saat ini, di negeri ini, melahirkan anak haram bernama Jaringan (bukan) Islam Liberal (JIL).

Menyadari hal ini, dimana perang tersebut digencarkan oleh musuh Islam ke segala penjuru dengan berbagai macam cara dari semua generasi mereka, maka satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah terjun bebas untuk menghadapi perang tersebut. Para pendakwah yang peduli dengan agamanya harus menyeruak ke berbagai medan pertempuran tersebut agar umat tercerahkan.

Hal ini pulalah yang dilakukan oleh Akmal Sjafril. Lulusan ITB yang telah melalang buana di dunia maya. Beliau dengan berani memasang badan untuk menghadapi gemburan perang pemikirian yang dikomandoi oleh JIL.

Dalam buku ketiganya ini, Pria Minang yang murah senyum itu menjelaskan tiga alasan mengapa para pendakwah harus melakukan perlawanan terhadap serangan pemikiran ini. Pertama, karena perang ini bukanlah hal baru dan bukan hal yang ‘terlalu’ tinggi dalam dakwah. Perintah ini sudah Allah syariatkan sejak lama melalui  (Al-Hijr: 39-40) Kedua, karena perang ini dilancarkan kepada kalangan awam yang kebanyakannya tidak banyak tahu. Sehingga mereka butuh bimbingan dan penangkal-penagkal ampuh agar tidak tersesat. Ketiga, tema ini merupakan tema yang tidak ada pertentangan di dalamnya. Karena ini masalah aqidah, fikroh, sehingga lintas ormas, madzhab bahkan partai sekalipun. (Hal 46-47)

Di dalam buku setebal 117 halaman ini, akan kita temui juga argumen-argumen cerdas dari Penulis yang hobi makan rendang ini. Dalam empat belas tema yang beliau paparkan, selalu disajikan dengan lugas, kadang konyol namun tetap sarat makna. Beliau juga tanpa tedeng aling-aling menyebutkan oknum-oknum pengusung JIL agar kita waspada.

Banyak pula cerita di balik layar yang beliau beberkan. Dimana cerita tersebut sengaja ditutupi oleh media mainstream yang memang sarat dengan kepentingan pribadi dan golongan. Misalnya saja ketika beliau membahas Ikhwanul Muslimin (IM). Dimana organisasi ini sering disebut teroris dan biang kerusuhan oleh berbagai media mainstream sekuler. Namun beliau dengan tegas menyatakan bahwa IM inilah yang berperan dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. Dimana tokoh Islam seperti KH Agus Salim, Sutan Syahrir dan Prof. Rasjidi memiliki kedekatan khusus dan komunikasi intens dengan Hasan Al-Banna Sang Pendiri IM ( Hal 61). Beliau juga menyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia, merupakan berita gembira bagi dunia Islam, karena belum lama dari proses kemerdekaan tersebut, Khilafah Utsmaniyah baru saja diruntuhkan (sementara) oleh musuh Islam. IM jugalah yang berada dalam garis terdepan menentang penjajahan Zionis terhadap Palestina dengan perlawanan senjata kala itu.

Di samping argumen cerdas yang sangat mudah untuk difahami, dalam buku pertama yang diterbitkan oleh Afnan Publishing ini, berisi pula analogi-analogi sederhana yang meluncur dengan lincah sebagai bukti keluasan ilmu penulisnya.

Misalnya ketika membahas Diin (Agama, Religion). Bahwa Diin mempunyai akar kata dengan Dain yang bermakna hutang. Maka dengan beragama, sejatinya merupakan sarana untuk membayar hutang kita kepada Allah Sang Pencipta. Maka, kita harus membayarnya dengan aneka cara (ibadah) yang memang diminta oleh Sang Pemberi Hutang.

Analogi ini beliau lanjutkan ketika membahas Aurat. Bahwa menutup aurat adalah salah satu cara yang Allah minta untuk membayar hutang-hutang seorang hamba kepada Allah. Sehingga, pelaksanaannya. Caranya, haruslah seseuai dengan Kehendak Allah yang telah dijelaskan oleh Rasulullah. Bukan dengan cara kita dan semau kita.

Ketika kita memabayar hutang dari Allah dengan cara kita, diibaratkan oleh penulis beranak satu yang kini menetap di Bogor ini dengan berkata jenaka, “Coba saja bayar kredit mobil dengan ember, bukan uang, pasti berabe! :D” ( Hal 6)

Semoga buku ini bisa dibaca oleh kaum muslimin dari segala lapisan, sehingga virus yang dihembuskan oleh JIL bisa segera hangus dari bumi pertiwi Indonesia. Karena, jika pemikiran JIL ini dipraktekan, maka kekacauan akan terjadi dimana-mana.

Bayangkan saja, JIL mengatakan bahwa “semua agama sama”. Maka, kalimat ini bisa disamakan dengan kalimat, “semua suami/istri sama.” Wah, bisa-bisa banyak terjadi pertukaran pasangan yang sangat membahayakan. Maka, berhati-hatilah.

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 9.60 out of 5)
Loading...

Tentang

Penulis, Pedagang dan Pembelajar

Lihat Juga

Penasehat Erdogan Tegaskan Turki bukan Ikhwanul Muslimin

Figure
Organization